Gaya Kepemimpinan Dikritik Rocky Gerung, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi: Pilih Berpemikiran Dangkal

Rocky Gerung kritik gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Bahkan Rocky Gerung menyamakan Dedi Mulyadi dengan Presiden ke-7 RI, Jokowi

Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
DANGKAL - (kiri) Akademisi Rocky Gerung memberikan keterangan saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (4/8/2023). Rocky Gerung sebut kepemimpinan (kanan) Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dangkal dan disamakan dengan Jokowi. 

TRIBUNJAMBI.COM - Rocky Gerung kritik gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Pengamat Rocky Gerung menyoroti kepemimpinan Dedi Mulyadi yang dinilai hanya menjual penampilan visual.

Namun bukan visi yang mendalam.

Bahkan Rocky Gerung menyamakan Dedi Mulyadi dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).

Untuk memperkuat argumennya, Rocky Gerung mengutip teori Guy Debord dalam buku The Society of the Spectacle (1967).

Berdasarkan teori itu, Rocky Gerung menjelaskan masyarakat saat ini lebih suka mengonsumsi penampilan dangkal dibandingkan gagasan mendalam.

Ia menyebutnya sebagai “masyarakat yang doyan nonton kedangkalan”.

"Jadi kita lagi menonton orang jualan komoditas yang namanya penampilan. Visualisasi, bukan visi," ujar Rocky.

Baca juga: Sosok Elvis Tabuni, Bupati Puncak Papua Alumni Unimed Ungkap Warga Ketakutan, Ratusan Mengungsi

Baca juga: Viral Bocah SMP di Lombok Dinikahi Siswa SMK, Ingin Pose Metal saat Foto Bareng Tamu

"Jokowi dan Dedi Mulyadi sama-sama besar lewat intensitas kemunculan mereka di media, bukan karena visinya,” jelas Rocky Gerung.

Tak hanya itu, Rocky Gerung bahkan menyinggung program Gubernur Jawa Barat yang mengirim anak-anak bermasalah ke barak militer sebagai contoh kebijakan dangkal.

Menurutnya, pendekatan seperti itu hanya mendisiplinkan tubuh, bukan mengajak berpikir.

Rocky kemudian mengutip teori disciplinary society ala Michel Foucault bahwa fungsi barak militer itu untuk mendisiplinkan tubuh, bukan membentuk pemikiran.

Tak berhenti di situ, Rocky juga menyentil tingkat IQ masyarakat Indonesia yang disebut stagnan di angka 78 selama satu dekade terakhir.

Ia menyebut kondisi ini sebagai penyebab larisnya “kedangkalan” dalam politik.

"Hanya dalam masyarakat dengan IQ 78, kedangkalan itu laku. Dan kita masih di situ. Saya cek WHO dan World Bank, datanya masih 78," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved