Berita Internasional

Syarat Akhiri Perang Versi PM Israel Netanyahu: Semua Warga Palestina 'Pergi' dari Gaza

Israel memberi syarat seluruh warga Palestina 'harus pergi' dari Gaza sebagai syarat mengakhiri perang

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
Ist/ Kolase Tribun Jambi
SYARAT AKHIRI PERANG - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan syarat mengakhiri perang adalah semua warga Palestina harus pergi dari Gaza. 

TRIBUNJAMBI.COM - Israel memberi syarat seluruh warga Palestina 'harus pergi' dari Gaza sebagai syarat mengakhiri perang.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sedang dicari secara internasional atas tuduhan kejahatan perang, kemarin (21/5/2025) mengumumkan bahwa pelaksanaan rencana Amerika Serikat untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza merupakan “syarat yang jelas” untuk mengakhiri pengepungan di wilayah tersebut.

"Saya siap mengakhiri perang di Gaza, dengan syarat-syarat yang jelas yang akan menjamin keselamatan Israel – semua sandera pulang, Hamas meletakkan senjata, turun dari kekuasaan, para pemimpinnya diasingkan dari Jalur Gaza...

"Gaza dilucuti sepenuhnya, dan kami melaksanakan rencana Trump. Sebuah rencana yang sangat tepat dan revolusioner,” ujar Netanyahu dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi pada Rabu malam.

Pekan lalu, Trump kembali menegaskan dukungannya terhadap gagasan pengosongan Gaza dari penduduk Palestina dalam kunjungannya ke Qatar.

Ia menekankan bahwa wilayah tersebut seharusnya diubah menjadi “zona kebebasan.”

"Gaza telah menjadi wilayah kematian dan kehancuran selama bertahun-tahun," ujar Trump.

"Saya punya konsep untuk Gaza yang menurut saya sangat bagus — jadikan itu zona kebebasan. Biarkan Amerika Serikat terlibat dan jadikan itu zona kebebasan."

Dalam pidato yang sama, Netanyahu juga menyatakan bahwa operasi militer yang dinamai 'Kereta Perang Gideon' sedang berlangsung dengan tujuan untuk "menyelesaikan perang dan pekerjaan."

"Pasukan kami mengambil alih lebih banyak wilayah untuk membersihkan diri dari teroris dan infrastruktur teror Hamas," ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa setelah operasi ini yang diprediksi akan memakan waktu satu tahun, "seluruh wilayah Gaza akan berada di bawah kendali keamanan Israel, dan Hamas akan dikalahkan sepenuhnya."

Di tengah tekanan yang terus meningkat dari negara-negara sekutu, terutama terkait masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, Netanyahu menjelaskan bahwa Tel Aviv bersama Washington telah menyusun skema bantuan yang akan diterapkan dalam tiga tahapan.

Pada tahap pertama, ia mengatakan, “makanan pokok sekarang” akan segera disalurkan.

Selanjutnya, bantuan akan disebarkan melalui pusat distribusi yang akan dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga berbasis di Swiss yang menggunakan personel bayaran dari Amerika Serikat dan Mesir.

Langkah ketiga dari skema bantuan ini adalah pembentukan "zona steril" di wilayah selatan Gaza, yang ditujukan sebagai tempat penampungan warga sipil Palestina.

"Di zona ini, yang akan sepenuhnya bebas dari Hamas, penduduk Gaza akan menerima bantuan kemanusiaan penuh," jelas Netanyahu.

Namun, meski Netanyahu menjanjikan penyaluran bantuan, pada hari yang sama Kantor Media Pemerintah Gaza menyampaikan bahwa pasukan Israel terus menghalangi masuknya bantuan ke Gaza selama 81 hari berturut-turut.

PBB juga mengonfirmasi bahwa Israel masih menutup akses bantuan makanan ke wilayah tersebut.

Hingga Selasa sore, hanya lima truk yang berhasil memasuki Gaza, dua di antaranya diketahui membawa kain kafan, bukan kebutuhan dasar seperti makanan atau obat-obatan.

Hanya Sembilan Truk Diizinkan Masuk

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa hanya sembilan truk bantuan kemanusiaan yang diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza pada Senin (19/5/2025).

Truk-truk ini berhasil melintasi penyeberangan Kerem Shalom setelah Israel memberikan kelonggaran sementara terhadap blokade yang telah diberlakukan sejak awal Maret.

Informasi tersebut disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency.

Ia menegaskan bahwa izin ini diberikan di tengah meningkatnya operasi militer oleh Israel.

"Ini adalah perkembangan yang baik dan harus tetap dipertahankan," kata Fletcher dalam pernyataan resminya.

"Namun, ini hanyalah setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan."

"Lebih banyak bantuan harus diizinkan masuk ke Gaza mulai besok pagi."

Menurut catatan PBB, wilayah Gaza memerlukan setidaknya 500 truk bantuan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

Jumlah bantuan yang diizinkan masuk saat ini masih sangat jauh dari kebutuhan tersebut.

Sementara itu, Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) menyebutkan bahwa lima truk bantuan, termasuk yang membawa makanan bayi, berhasil masuk Gaza pada hari Senin.

Itu merupakan pengiriman pertama sejak Israel menutup seluruh jalur penyeberangan menuju Gaza pada 2 Maret lalu, menurut laporan Middle East Monitor.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, turut membenarkan bahwa sembilan truk sudah mendapatkan izin untuk masuk melalui Kerem Shalom dan saat ini sedang dalam proses penyeberangan.

Truk-truk itu membawa bantuan berupa makanan pokok dan suplemen nutrisi.

“Mereka telah menyeberang dari Israel ke wilayah tempat PBB dapat mengambil pasokan di Gaza," kata Dujarric dalam konferensi pers di New York.

"Namun, karena hari sudah sore dan gelap, serta alasan keamanan, kami belum bisa menjemputnya."

Dujarric menegaskan bahwa meskipun sembilan truk lebih baik daripada tidak sama sekali, jumlah tersebut masih sangat tidak mencukupi.

"Kami membutuhkan peningkatan besar dalam bantuan kemanusiaan," ujarnya.

"Yang dibutuhkan adalah bantuan dalam jumlah besar: makanan, minyak goreng, bahan bakar."

Blokade penuh yang diberlakukan Israel sejak Maret telah memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu menyatakan bahwa “sejumlah makanan pokok” kini akan diizinkan masuk untuk mencegah bencana kelaparan.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 53.000 warga Palestina tewas, mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, menurut laporan Anadolu.

 

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Netanyahu Tetapkan Pemindahan Warga Palestina dari Gaza Sebagai 'Syarat' Mengakhiri Genosida.

 

Baca juga: Hanya 9 Truk Bantuan yang Boleh Masuk Gaza saat Serangan Israel Makin Intensif

Baca juga: DETIK-DETIK Atap Menara Genderang sejak Zaman Dinasti Ming China Roboh setelah 650 Tahun

Baca juga: Bareskrim Polri Nyatakan Ijazah Jokowi Asli: Perkara Ini Dihentikan Penyidikannya

Baca juga: 85 Warga Gaza Tewas akibat Serangan Israel, Bantuan Kemanusiaan Belum Tiba

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved