Waisak 2569 BE

Pesan Perdamaian Dunia dari Candi Muaro Jambi, Puja Bakti Umat Budha saat Waisak 2569 BE/2025

Sembilan biksu mendatangi umat Budha yang duduk di karpet dan hambal, lalu memercikkan air berkah ke arah kepala umat Budha.

Penulis: Yoso Muliawan | Editor: Mareza Sutan AJ
Tribunjambi.com/Yoso Muliawan
PEMERCIKAN AIR BERKAH - Seorang biksu memercikkan air berkah kepada umat Budha saat Puja Bakti dalam rangkaian ibadah Waisak Bersama 2569 BE/2025 di Candi Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Minggu (18/5/2025). 

SENGETI, TRIBUN - Vivian (18) menancapkan dupa di pasir yang terhampar di wadah mirip tempat pemanggangan. Ia bersama ibu dan adiknya baru saja tiba di Candi Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Minggu (18/5/2025) pagi.

Setelah menancapkan dupa, Vivian bersama ibu dan adiknya bergegas mendekat ke altar.

Mereka hendak beribadah dalam rangkaian perayaan Waisak Bersama 2569 BE/2025. Panitia telah menyusun karpet dan hambal untuk alas duduk umat Budha yang datang dari berbagai daerah.

"Ini Waisak terakhir saya di Jambi sebelum saya berangkat kuliah ke China. Ibadah tahun ini harus khidmat," ucap Vivian, siswi SMA yang tinggal di Kota Jambi ini.

Jam menunjukkan pukul 08.15 WIB ketika pembawa acara membuka rangkaian Puja Bakti Waisak Bersama.

Dua gadis pembawa acara mempersilakan Romo Suyono dan Ramani Indah memimpin Puja Bakti.

Tim Amisa Puja yang terdiri dari lima pasang laki-laki dan perempuan bergerak menuju altar untuk mengawali Puja Bakti. Mereka membawa persembahan mulai dari lilin, air, buah-buahan, dupa, dan bunga.

WAISAK - Umat Buddha di Kota Jambi memperingati Hari Raya Waisak 2569 BE dengan penuh kekhidmatan di Vihara Sakyakirti, Senin (12/5/2025).
WAISAK - Umat Buddha di Kota Jambi memperingati Hari Raya Waisak 2569 BE dengan penuh kekhidmatan di Vihara Sakyakirti, Senin (12/5/2025). (Tribunjambi.com/Srituti Apriliani Putri)

Stephen Chandra (25), anggota tim Amisa Puja paling depan, bersama rekan perempuannya berjalan lebih dulu dengan membawa lilin.

Empat pasang rekan lainnya mengikuti tak lama kemudian.

Pasangan kedua membawa air, pasangan ketiga membawa buah jeruk dan pir, pasangan keempat membawa dupa, dan pasangan terakhir membawa bunga.

Masing-masing pasangan berjalan mendekat ke Romo Suyono dan Ramani Indah yang duduk di depan altar.

Mereka bergiliran menyerahkan persembahan itu kepada Romo Suyono dan Ramani Indah sembari mengatupkan tangan dan bersujud.

Di tengah penyerahan persembahan, pembawa acara membacakan naskah persembahan.

"Persembahan dupa. Dengan dupa ini, yang harum semerbak, terdiri dari perpaduan wangi-wangian khusus, aku bersujud di hadapan bagawa, mewujudkan sembah bakti yang patut dihormati," tutur pembawa acara saat tim Amisa Puja menyerahkan persembahan dupa.

Setelah menerima persembahan, Romo Suyono dan Ramani Indah menaruh persembahan-persembahan itu di altar.

Berikutnya, Biksu Sangha yang terdiri dari lima orang mendekat ke altar dan memasuki Bhaktisala.

Kelimanya adalah Biksu Nyanamaitri Mahastavira (Sakyakirti), Biksu Vipulasilo Thera (JM), Biksu Phra Visidh Eamboriboon (MCOH), Biksu Sarayuth (Prachinasi), dan Biksu Nyanabandhu Stavira (Sakyakirti). 

Mereka menyalakan lilin panca warna dan dupa. Lilin panca warna berukuran besar itu masing-masing berwarna oranye, putih, merah, kuning, dan biru.

Setelah penyalaan lilin panca warna dan dupa, Biksu Vipulasilo Thera memimpin pengucapan Syair Penghormatan, yaitu Namakara Gatha. Sang Biksu mengucapkan kalimat per kalimat, lalu seluruh umat Budha yang hadir mengikutinya dengan khusyuk.

Rangkaian Puja Bakti terus berlanjut. Kali ini, Biksu Vipulasilo Thera memimpin permohonan Pancasila Aradhana. Hingga Biksu Nyanabandhu Stavira menyampaikan pesan Waisak.

Dalam pesannya, Biksu Nyanabandhu Stavira mengajak umat Budha mengingat kembali hadirnya agama Budha pada 2.600 tahun lalu untuk menjawab persoalan social yang terjadi. 

"Mengapa kita harus selalu mampu mengendalikan diri, mampu untuk mendapatkan kedalaman batin, hingga memunculkan kebijaksanaan, dan akan membawa kita pada keagungan, kedamaian. Tidak hanya kedamaian pada diri kita, kedamaian di sekitar kita, tapi juga kedamaian dunia," tutur Biksu Nyanabandhu Stavira.

Ia menjelaskan, sejak masa awal Nusantara, umat Budha berkontribusi besar dalam membangun toleransi, ilmu pengetahuan, dan budaya. 

"Membangun bangsa yang beradab dan berbudaya, hingga kini Budha terus menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Kita terkoneksi dengan leluhur untuk kemudian melanjutkan estafet kepada generasi bangsa," ucapnya.

Pesan Waisak berakhir. Rangkaian ibadah berlanjut dengan pemercikan air berkah.

Sembilan biksu mendatangi umat Budha yang duduk di karpet dan hambal, lalu memercikkan air berkah ke arah kepala umat Budha.

Rangkaian ibadah berakhir menjelang siang.

Dalam perayaan tersebut, hadir sejumlah pejabat lokal, di antaranya Kapolda Jambi Irjen Pol Krisno H Siregar, Bupati Muaro Jambi Bambang Bayu Suseno, dan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko.

Dari Jakarta, hadir Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional Annisa Rengganis serta Sekretaris Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Budaya Insan Abdirrohman. (TribunJambi.com/Yoso Muliawan)

 

Baca juga: Waisak 2569 BE di Jambi: Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia

Baca juga: Waisak 2569 BE dan Candi Muaro Jambi, Percandian Buddha Terluas di Asia Tenggara

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved