Berita Viral

Viral Jual Beli Data Retina di WorlID di Bekasi, Sumber Dana Disebut dari Rusia

Viral warga di Bekasi yang ramai-ramai menjual data biometrik retina mata dengan imbalan uang dari WorldID.

Editor: Suci Rahayu PK
Dok. World
SUMBER DANA WORLD.ID - (kiri) Tampilan aplikasi World yang ramai dibicarakan publik lantaran memindai atau scan retina mata dapat menerima uang hingga Rp800 ribu. (kanan) Ilustrasi, Warga Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu rela antre untuk melakukan scan retina mata melalui alat canggih bernama The Orb. 

"Tetangga ada yang enggak dapat. Katanya kemarin disuruh datang, tapi kok ini enggak keluar uang, katanya sehari doang," jelasnya.

Warga yang telah mendaftar, diminta datang langsung ke ruko WorldID untuk pemindaian retina menggunakan kamera khusus berbentuk bola yang disebut Orb.

Kala itu, Meri menjalani proses pemindaian retina mata ini bersama sembilan peserta lainnya.

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Bus ALS Tujuan Medan-Bekasi di Padang Panjang

Setelah proses pemindaian selesai, Meri menerima koin digital yang langsung dapat dicairkan dalam bentuk uang sebesar Rp 265.000.

"Besoknya saya dapat uangnya. Saya dapat Rp 265.000, anak saya juga dapat," kata Meri.

Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) telah membekukan sementara tanda daftar penyelenggara sistem elektronik Worldcoin dan WorldID akibat laporan aktivitas mencurigakan.

"Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat," ujar Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, Alexander Sabar.

Kemkomdigi juga berencana memanggil perusahaan terkait, yakni PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara, untuk klarifikasi lebih lanjut mengenai dugaan pelanggaran aturan sistem elektronik.

Namun apa sebenarnya bahaya penjualan data retina mata?

Dilansir dari Kompas.com, pemindaian retina mata memiliki beberapa risiko yang harus diwaspadai, seperti potensi penyalahgunaan data untuk pencurian identitas, risiko keamanan digital dari peretasan data biometrik, ketidakjelasan pemanfaatan data, dan kurangnya regulasi pengawasan.

Meski begitu, pakar keamanan siber Vaksin.com, Alfons Tanujaya, menyatakan, kekhawatiran terhadap penyalahgunaan data retina mata agak berlebihan.

Ia menekankan bahwa yang terpenting dari keamanan data bukanlah jenis data biometriknya, tetapi bagaimana data itu dikelola.

"Penyimpanan data retina dilakukan dalam bentuk digital terenkripsi yang kemudian dipecah dan disimpan di server yang berbeda," jelas Alfons.

Untuk membobol data ini, kata Alfons, seseorang harus mengakses beberapa server sekaligus dan memecahkan sistem enkripsinya.

Namun, ia menambahkan, seperti halnya sistem digital lain, teknologi pemindaian retina pun tetap memiliki risiko penyalahgunaan data, bahkan walau dari perusahaan besar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved