Berita Tanjabbar
Cerita Kapten Laut Agus Toha, Menemukan Arti Hidup dari Matematika dan Laut
Kapten Laut Agus Toha, komandan pos Angkatan Laut Kuala Tungkal, Jambi, saat membuka percakapan dengan senyuman.
Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Kapten Laut Agus Toha, komandan pos Angkatan Laut Kuala Tungkal, Jambi, saat membuka percakapan dengan senyuman.
Danposal Kapten Laut Pelaut yang bertugas di Kuala Tungkal ini akhirnya berpindah ke Jakarta, dan baru dipromosikan menjadi Satminpers Denma Mabes TNI AL.
Walau tanpa perpisahan dengan orang-orang di Tungkal, namun punya cerita yang selalu dikenang saat bertugas di Tungkal, sebuah daerah di tepian laut Jambi.
Namanya mungkin belum banyak dikenal publik, tapi kisah hidupnya menyimpan inspirasi mendalam.
Yaitu tentang cita-cita yang gagal tercapai, tentang keberanian menghadapi hidup, dan tentang bagaimana ia bertransformasi menjadi mata dan otak kapal perang.
Agus Toha berasal dari Jawa Barat, dengan latar keluarga yang demokratis namun terarah.
Sejak kecil, ia diberi kebebasan mengeksplorasi berbagai hal. Ia dikenal aktif di dua dunia yang kontras antara pendaki gunung dan paskibra.
Dari situ ia belajar dua hal: kerasnya alam dan disiplinnya protokoler. Dua karakter yang membentuk gaya kepemimpinan khasnya sekarang.
"Kalau teman-teman saya pikir, saya ini komandan yang maunya rapi-rapi saja. Padahal saya bisa lebih gembel dari yang paling gembel, dan lebih siap dari siapa pun," ucapnya sambil tertawa kecil.
Dahulu, cita-cita besarnya adalah menjadi penerbang tempur di Angkatan Udara. Namun takdir berkata lain.
"aya punya tambalan gigi. Di AU itu jadi syarat berat. Kalau lepas bisa bahaya. Saya nggak mau mempertaruhkan nyawa," katanya.
Ia tak menyesal. Ia justru berdamai dengan kenyataan dan memilih masuk Angkatan Laut. Awalnya berat, terutama karena ia harus berhadapan dengan matematika yang sejak dulu ia hindari.
Tapi justru karena tekanan itu, ia berubah. Ia belajar keras hingga akhirnya jatuh cinta pada matematika praktis, karena itulah yang membentuk dirinya sebagai seorang navigator, 'matanya kapal perang dan otaknya kapal perang'.
Pendidikan di Bumi Moro Surabaya selama 11,5 bulan menggemblengnya. Ketika pertama kali masuk kapal perang, ia langsung ditunjuk menjadi kepala bagian.
"Saya dikasih waktu 3 hari untuk belajar. Itu yang memicu saya. Saya penasaran orangnya. Bahasa kasarnya, kalau harus menyembah dulu buat belajar, saya mau. Yang penting saya bisa, habis itu saya akan ngajari balik,” kenangnya.
Korban Angin Puting Beliung dan Hujan Es Kembali Dapat Bantuan dari Kapolres Tanjabbar |
![]() |
---|
Bupati Tanjabbar Serahkan Bantuan untuk Korban Puting Beliung dan Hujan Es di Desa Pembengis |
![]() |
---|
Dharma Wanita Dinas Perakim Tanjabbar Meriahkan HUT RI ke-80 dengan Beragam Lomba |
![]() |
---|
Bupati Tanjabbar Anwar Sadat Pimpin Upacara HUT ke-80 RI di Alun-alun Kuala Tungkal |
![]() |
---|
Peringatan HUT RI ke-80 di Tanjabbar Berlangsung Khidmat, Masyarakat Padati Alun-alun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.