Pilkada di Jambi
KPU se-Jambi Dikritik Pilih Tim Perumus dan Panelis Debat Publik Berdasarkan Balas Budi
KPU se-Provinsi Jambi dikritik sejumlah pihak terkait dengan pemilihan tim perumus dan tim panelis pada ajang Debat Publik Pilkada 2024.
Penulis: Danang Noprianto | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jambi dikritik sejumlah pihak terkait dengan pemilihan tim perumus dan tim panelis pada ajang Debat Publik Pilkada 2024.
Sejumlah pihak menilai pemilihan tim perumus dan panelis ini syarat dengan kepentingan politik balas budi bagi komisioner KPU.
Pada debat perdana tingkat provinsi maupun kabupaten/kota mayoritas tim perumus dan panelis debat merupakan anggota Tim Seleksi (Timsel) KPU, baik provinsi maupun kabupaten/kota juga Bawaslu periode 2023-2028.
Sejumlah pengamat menyebut bahwa politik balas budi komisioner KPU sangat ketara dengan minimnya akademisi yang pakar dibidangnya pada debat perdana di Jambi.
Akademisi Universitas Jambi, Nasuhaidi mengatakan bahwa tim perumus dan panelis debat Pilkada itu idealnya adalah orang yang pakar dalam bidangnya dan melakukan kajian, penelitian, pengajaran dan pembinaan serta punya pengetahuan khusus di atas rata-rata individu.
"Panelis dan perumus itu wilayah scientific bersifatnya ilmiah bukan basa- basi, kita khawatir tidak semua pakar pada bidang itu, takutnya hanya formalitas saja, subtansinya dinomor duakan," kata Nasuhaidi, Senin (4/11/2024).
Baca juga: 107 Nama Pengurus DPP Golkar Periode 2024-2029, Anak Tokoh-tokoh Besar Masuk di Dalam
Baca juga: Sasar ASN, Kominfo Muaro Jambi Gelar Sosialisasi Kesadaran Keamanan Informasi
Nas yang merupakan mantan Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi Jambi dan Kabag Teknis KPU Provinsi Jambi selama 6 tahun itu mengatakan bahwa penunjukkan beberapa nama anggota Timsel periode 2023- 2028 menjadi tim perumus dan panelis tidak melanggar aturan secara prosedural, tetapi secara subtansi tidak masuk.
"Debat publik itu wilayah akademis calon kepala daerah, dimana kepala daerah menjelaskan pertanyaan panelis yang sifatnya itu untuk solusi persoalan di daerah," katanya.
Sejalan dengan Nasuhaidi, Akademisi Universitas Nurdin Hamzah Jambi, Pahrudin HM selaku akademisi juga mengatakan tim panelis dan perumus di Provinsi lain merupakan akademisi yang sangat mumpuni dibuktikan dengan jabatan dosen di kampus dan kajian-kajiannya sesuai dengan pakar dibidangnya.
"Saya lihat di Jambi kok kebalikannya, akademisi yang pakar dibidangnya itu sangat minim, lebih kepada politik balas budi," kata Pahrudin.
Pahrudin yang juga merupakan analis politik dan kebijakan itu heran dengan komposisi tim panelis terdapat lebih dari satu orang memiliki latar pendidikan yang sama.
"Bahkan ada komposisi yang terlalu banyak dibidang tertentu bahkan dikampus tidak pernah melakukan kajian terhadap tema debat tapi dimunculkan," kata Pahrudin.
Pahrudin menilai komposisi Tim Panelis dan Tim Perumus debat serupa dengan Tim Seleksi KPU Provinsi dan Kabupaten/ Kota meskipun ada selipan akademisi di kampus.
"Ini sangat disayangkan sebetulnya, debat ini arena untuk menyampaikan idenya kepada masyarakat, adu argumen itu akan muncul ketika disuguhkan dengan pertanyaan subtantif dan kontekstual dengan masalah," ujarnya.
Pahrudin berharap nuasa balas budi komisioner KPU dikurangin pada debat kedua calon kepala daerah terjadi perubahan komposisi tim panelis dan tim perumus dengan pakar ahli dibidangnya.
"Kalo tadi akademi yang pakar dibidangnya cuma 1 orang ditingkatkan menjadi 3 orang," katanya.
Baca juga: Jelang Debat Cawagub Jambi 2024 Sudirman vs Abdullah Sani, Ini Nama 5 Panelis
Baca juga: Eks Menkominfo Budie Tegaskan Tak Terlibat Lindungi Judi Online Seperti Pegawai Komdigi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.