Gunung Marapi di Sumbar Erupsi Lagi Tadi Malam, Kawasan 3 Km dari Kawah Disterilkan

Gunung Marapi kembali erupsi pada Jumat (23/8/2024) malam. Namun tinggi kolom erupsi tidak teramati oleh petugas pemantau Gunung Marapi di pos sebela

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi Gunung Marapi Sumatera Barat kembali erupsi, Rabu (27/3/2024). 

TRIBUNJAMBI.COM - Gunung Marapi kembali erupsi pada Jumat (23/8/2024) malam.

 Gunung Marapi di perbatasan Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat erupsi dengan amplitudo (getaran) maksimum 30,3 milimeter (mm).

Namun tinggi kolom erupsi tidak teramati oleh petugas pemantau Gunung Marapi di pos sebelah barat laut dari puncak gunung itu.

Ini seperti dikatakan Kepala Badan Geologi, M Wafid dalam keterangan resminya, seperti dikutip dari Antara, Jumat (23/8/2024).

Namun, Badan Geologi masih tetap mengimbau masyarakat sekitar untuk tidak memasuki dan/atau melakukan kegiatan di wilayah radius 3 kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) gunung api itu.

"Erupsi berdurasi 49 detik itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30,3 mm pada pukul 22.27 WIB," kata Wafid.

Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran, bantaran sungai-sungai yang airnya berhulu di puncak Gunung Marapi.

Baca juga: Hasil Munas Golkar Digugat ke PN Diduga Langgar AD/ART, Posisi Ketum Bahlil Lahadalia Terancam

Baca juga: Resep Nasi Goreng Solaria, Mudah Dibuat di Rumah

Termasuk diminta selalu waspada terhadap potensi ancaman bahaya lahar hujan, terutama saat musim hujan.

Badan Geologi juga mengimbau masyarakat agar menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain yang dapat melindungi mata dan kulit.

Hal ini untuk menghindari gangguan pernapasan serta kesehatan lainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik.

"Jika terjadi hujan abu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh," ujarnya. 

Sebelumnya, Gunung Marapi juga erupsi pada Rabu (21/8/2024).

Ahli geologi dan vulkanologi Ade Edward menduga, letusan itu dipicu oleh tingginya intensitas curah hujan yang menghujani dapur magma gunung api tersebut.

Ade mengatakan, letusan gunung api 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu merupakan tipe freatik.

Baca juga: Mengapa Nama Sugeng Melekat di Luna Maya, Ini Latar Belakang Keluarga Saat Kecil di Bali

Baca juga: Kawal Putusan MK, Ratusan Mahasiswa Demo ke DPRD Jambi, PMKRI: Ini Momen Mengguncang Pembodohan

Artinya, adanya aktivitas air yang jenuh di kawasan kawah gunung, kemudian bertemu langsung dengan dapur magma, sehingga memicu letusan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved