Wawancara Eksklusif

Garuda Nusa Youth Summit Jadi Mimpi Tamara dan Arif Meraih Mimpi

Tribun Jambi berhasil mewawancarai Tamara dan Arif yang mencoba mengawali mimpinya pada program Garuda Nusa Youth Summit ke tiga negara yang berbeda.

Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi.com/Rara
Wawancara Tamara dan Arif yang mencoba mengawali mimpinya pada program Garuda Nusa Youth Summit ke tiga negara yang berbeda. 

TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI - Anak muda sudah punya banyak prestasi. Itulah yang diharapkan dari kebanyakan orang. Tetapi tidak semua orang mampu mewujudkannya.

Tribun Jambi berhasil mewawancarai Tamara dan Arif yang mencoba mengawali mimpinya pada program Garuda Nusa Youth Summit ke tiga negara yang berbeda.

Tribun Jambi: ceritakan bagaimana kalian bisa menjadi delegasi ke beberapa negara itu?

Tamara: awalnya saya bukan lulus ke tiga negara, tapi ke Jepang. Itu diajak sama teman di pondok juga. Karena perginya bulan 4 jadi pengen cobain yang lain. Ternyata lulus juga.

Baca juga: Wawancara Eksklusif Nufa Berbagi Kasih ke Anak-anak Autisme

Tribun Jambi: terus cara pergi ke tiga negara ini lewat siapa?

Tamara: Kalau yang ini lewat Instagram. Cari informasinya memang. Karena sebelumnya sudah tahu langkahnya, cari informasinya. Nah ikut kegiatan ini karena dari Instagram juga.

Tribun Jambi: kegiatannya itu ngapain sih?

Tamara: pertama volunteering. Kami itu ada namanya mengajar sehari di kelang Malaysia, konferensi dan kunjungan ke beberapa kampus, lalu ke KBRI Singapura.

Tribun Jambi: Kalau Arif bagaimana?

Arif: saya awalnya ada kawan juga yang ikut program. Jadi saya tanya-tanya, cari tahu. Setelah itu dapat informasi daftarnya dari Instagram.

Saya memang pengen ke luar negeri, tapi belum kesampaian. Jadi ada ke tiga negara, sebenarnya nggak terlalu niat, belum terlalu percaya gitu sampai titik ke tahap empat.

Semuanya itu ada 5 tahap. Pada tahapan terakhir itu ada tahapan diskusi wawancara tentang problem di Indonesia zaman sekarang terutama tentang pendidikan.

Ketika wawancara itu ada 10 peserta dan yang diterima itu hanya satu. Karena belum rezeki, kalau nggak diterima ya nggak papa lah.

Terakhir ada uji publik namanya orang yang menilai kita tentang branding kita dengan kita membandingkan diri kita di sosmed mereka.

Jadi siapa yang paling banyak di like siapa yang paling banyak di komen akan jadi pemenangnya.

Jadi yang full face itu dari yang duta-duta misal duta pariwisata, duta bahasa. Di sana ada sekitar dua orang yang dapat fasilitas penuh dari program.

Tribun Jambi: bagaimana pesertanya saat itu?

Baca juga: Wawancara Eksklusif Kepala BMKG Ibnu Sulistyono, Daerah di Jambi Jadi Perhatian Bencana Banjir

Tamara: pesertanya itu kalau yang dari SMA keren-keren mereka pemenang olimpiade, dari UIN sebenarnya ada lima cuma nggak semuanya lulus.

Tribun Jambi: peserta yang tidak lulus Kenapa alasannya?

Tamara: mungkin bisa jadi dari berkas, karena kita juga membuat essay, di dalam berkas pun ada seperti pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Prosesnya itu cepat selama 3 hari 4 hari. Daftarnya itu dari Desember ujung dan selesainya pertengahan Januari.

Tribun Jambi: dari tiga negara ini mana yang paling excited bagi kalian?

Tamara: kalau saya paling excited itu ketika di Singapura.

Arif: terbagi-bagi sih. Excited karena kemewahannya, excited karena budayanya, excited karena sensasinya itu dapat.

Tribun Jambi: Kalian di Thailand ke mananya?

Tamara: kami di Thailand Selatan, di sana mayoritas orang muslim, dan berbahasa Melayu. Masih bisa lah paham sedikit bahasanya.

Tribun Jambi: berapa hari total kalian ketiga negara ini?

Tamara: total 8 hari dibagi-bagi. Kegiatan paling padatnya itu di Singapura. Dapat sesi sharing juga sama mahasiswa sana.

Arif: di Singapura, kami pergi ke kampus terbaik di sana. Belajar tentang beasiswa-beasiswa ke sana.

Tribun Jambi: sebagai orang awam, masih bertanya-tanya itu sebenarnya Kegiatan apa sih?

Ketika orang awam melihat kalian mau ikut kegiatan itu seperti apa caranya?

Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Albert Khu, Siswa SMK Bina Kasih Jambi yang Banyak Menyabet Medali

Tamara: pertama kali kita harus mencari dulu sumbernya. Biasanya kalau kegiatan-kegiatan seperti ini itu selain di Instagram itu jarang, paling banyak di Instagram memang informasinya. Dan itu memang habis kita kegiatan ada lagi, kegiatan terus ada lagi gitu.

Arif: kegiatan seperti ini banyak yang menyelenggarakan. Ada Garuda Nusa Youth Summit, Indonesian Youth Action.

Nah kami (berdua-red) ini dapat di Garuda Nusa, teman saya yang lain ada dapat di Indonesian Youth.

Tribun Jambi: kalau sudah pernah ikut, boleh ikut lagi?

Arif: boleh, kalau orang yang belum pernah ikut kan daftar menjadi delegasinya, kita yang sudah pernah ikut selanjutnya bisa daftar jadi panitia. Karena kan kita sudah termasuk jadi alumni.

Kami berdua sama-sama dari pesantren dan ngajar di pesantren.

Tribun Jambi: alasan kalian di pesantren itu apa? kan kalian masih kuliah, apakah tidak menggangu kuliah?

Tamara: Tidak menggangu kuliah. Memang ada waktu yang dikorbankan sih. Misalkan pulang kuliah seharusnya istirahat atau main sama teman tetapi kita mengurus santri.

Jadi misalkan ketika jadwal kuliah dan mengajar itu waktunya serempak, maka waktu mengajarnya bisa diganti misalkan jadi sore hari atau malam hari.

Tetapi kan mengajar itu tidak setiap hari, terus juga setiap hari kan kuliahnya juga tidak Senin sampai Minggu.

Arif: prioritas kami tetap kuliah, dan juga pimpinan tahu kalau kami ini masih kuliah. Jadi kalau ditanya mengapa mengajar sambil kuliah? Menurut kami mencari karir itu bukan ketika lulus kuliah. Pas lagi kuliah pun kita bisa memulai karir.

Kalau tamat kuliah kita mau apa itu sudah terlambat mencari link dan sebagainya.

Tribun Jambi: Maksudnya kami, di usia kalian itu rata-rata orang masih ingin bermain, mencari jati diri. Nah kalian di usia yang masih muda apakah nggak sayang untuk hal itu?

Arif: lebih baik susah di waktu muda, dan senang di waktu tua. Karena bener, menurut saya bahagia di waktu tua itu lebih menyenangkan daripada bahagia di waktu muda susah mencari kerja nantinya.

Tribun Jambi: dorongan sendirikah kalian untuk mengajar atau ada dorongan lain?

Arif: pertama dorongan sendiri untuk berkembang, kedua bantu orang tua juga. Karena kondisi sekarang, anak muda sekarang banyak ketergantungan dengan orang tua. Nah kami ini walaupun masih mengharap dengan orang tua tapi setidaknya tidak sepenuhnya.

Tribun Jambi: capek nggak sih kegiatan seperti itu?

Arif: capek, kami itu belajar di kampus dari pagi sampai sore. Malamnya itu kami ngajar, dan paginya ketika kami tidak kuliah kami tetap ngajar juga. Jadi 24 jam itu memang di pondok.

Tamara: jadi pergi ke tiga negara itu termasuk healing juga walaupun capek.

Arif: Jadi kami pengen juga merasakan bagaimana jalan-jalan sesungguhnya.

Tribun Jambi: apa yang kalian dapatkan selama volunteer ini ketiga negara?

Arif: pertama itu mindset, ketika kita sudah keluar negeri kita akan mendapatkan pemikiran ternyata di luar negeri itu seperti ini. Ada hal yang maju daripada di tempat kita.

Ada keinginan untuk maju, ada keinginan untuk berkembang.

Tamara: Kalau saya sendiri ternyata kita itu bukan apa-apanya di saat kita sudah kumpul dengan orang-orang intelektual. Ketika kita melihat mereka yang pintar sekali kita jadi terpacu ingin menjadi seperti mereka.

Benar, ketika kita ketemu mereka kita jadi banyak diamnya terkadang insecure. Yang ikut kegiatan tersebut ada 52 orang dari latar belakang yang berbeda. Ada yang masih sekolah, ada yang masih kuliah, ada yang sudah punya bisnis, ada yang punya saham bisnis, dan lain sebagainya.

Baca juga: Wawancara Eksklusif Bachyuni Deliansyah, Potensi Wisata di Muaro Jambi yang Harus Dikembangkan

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved