Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Nufa Berbagi Kasih ke Anak-anak Autisme
Berbagi cerita tentang kehidupan Nufa yang berbagi kasih dengan anak Autisme. Dia bahkan mengajar anak-anak kebutuhan khusus itu di sekolah.
Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI - Berbagi cerita tentang kehidupan Nufa yang berbagi kasih dengan anak Autisme.
Dia bahkan mengajar anak-anak kebutuhan khusus itu di sekolah.
Tribun Jambi: Jadi guru apa ini Jadi selain jadi guru?
Nuva: biasanya kan kalau kalau guru SD ya kalau guru SD itu kan biasa dia mencakup semua mata pelajaran. Hanya keahlian keahliannya keahlian khusus bahasa isyarat.
Tribun Jambi: Kenapa bisa memutuskan untuk belajar bahasa isyarat?
Nuva: Bahasa isyarat itu mungkin karena saya punya Putra, anak pertama itu kebetulan tunarungu alias tuli. Jadi memang komunikasi kami kalau hanya sebatas vokal saja enggak akan tersampaikan gitu. Jadi acuannya sih dari itu gitu saya pengin belajar bahasa isyarat supaya komunikasi dengan anak saya lancar. Gitu kan awalnya, ternyata akhirnya terkait juga dengan pekerjaan saya sebagai guru kebetulan guru di SD inklusi yang menerima anak-anak berkebutuhan khusus.
Juga gitu dan kemarin di tahun berapa itu salah satunya ada anak yang berkebutuhan khusus tunarungu juga gitu.
Jadi dari situ sudah terpacu gitu jadi untuk belajar bahasa isyarat tadi gitu. Awalnya otodidak otodidak, belajar di YouTube gitu lihat video-video edukasi yang membahas bahasa isyarat kemudian. Setelah ke sini ada komunitas yang namanya komunitas tuli Gerkatin, jadi saya ikut di situ.
Komunitas itu bahasa bahasa isyarat semua pakai bahasa isyarat semua pengajarnya pun orang-orang yang tuli. Karena mereka puny legalitas atas bahasa mereka gitu. Jadi yang wajib menyampaikan itu ya mereka-mereka itu.
Tribun Jambi: Sulit enggak sih Mbak belajar bahasa isyarat?
Nufa: Balik lagi ke kitanya gitu ya kalau menurut saya enggak terlalu sulit karena kalau memang tahu pola dari bahasa isyaratnya, itu ngeh kita gitu kan. Maksudnya kayak abjad gitu kan abjad A B gitu kan mengikuti hurufnya. Sebenarnya mudah sih gitu tapi kan simbol-simbol A B itu kan enggak sembarangan kan itu yang harus dihafalkan.
Tapi lebih ke bahasa sehari-hari itu kita ngungkapinnya itu kita susah karena tidak terbiasa. Itu kalau emosi gimana. Nah dari guru kan sekarang ini kan kayak TV kayak apa kan sekarang memakai itu.
Mbak seperti mbak ini kan basa isyarat itu juga sempat ngisi-ngisi di TV gitu belum ke sana karena baru level 1.
Tribun Jambi: Kalau video call gimana?
Nufa: Kalau video call pakai bahasa isyarat, kalau chatting tapi tulisannya beda terbalik-balik terbalikbalik iya kalau kalau bahasa Indonesia kan diterangkan-menerangkan. Kalau mereka dibalik. Misalnya "aku mau pulang ke rumah" jadi "aku rumah pulang".
Tribun Jambi: Mbak sudah jadi guru kan udah udah legalitas dan teruji?
Nufa: Iya mungkin hanya kalangan terbatas ibaratnya seperti itu kayak wali murid yang ingin belajar kalau privasi ya enggak apa-apa gitu saya bahasa yang paling sulit.
Biasanya seperti itu ngungkapin emosinya, biar dia tahu seperti itu kan itu agak dengan ekspresi wajah aja enggak bisae.
Tribun Jambi: Kalau mereka untuk misalkan membaca Al-Qur'an ada harus cara khusus?
Nufa: Untuk baca al-qur'an ada bahasa isyaratnya juga. Jadi kayak abjadnya berbeda sama huruf-huruf hijaiyahnya. Alif Ba gitu itu beda.
Tribun Jambi: Mbak mengajar berapa orang anak di sekolah?
Nufa: Kebetulan di kelas saya ada satu orang yang masih sisa pendengarannya. Jadi dia sudah terlatih membaca bahasa bibir. Jadi tidak terlalu pakai bahasa isyarat. Kalau pakai alat itu kan bisa membantu.
Mungkin dia nggak bisa, nggak tahu kan inputny apa, enggak tahu dia mau ngapain. Tapi kalau diajarin gitu bisa ngobrol, ada namanya terapi wicara.
Tribun Jambi: Sulit enggak mbak ngajarin anak SD apalagi inar tingkat kesabarannya double?
Nufa: Jadi kalau memang mau belajar, punya anak yang berkebutuhan khusus dari lahir lebih dini belajar, lebih bagus.
Oh gitu jadi lebih apalagi disertai pakai terapi bicara itu tadi minimal usianya yang yang paling bagus Iya minimal usianya eh saatun 1 tahun Insyaallah. Jadi kalau misalkan memang memiliki anak yang beruran khusus langsung aja gitu diajarin.
Tribun Jambi: Terkadang banyak orang tua kan nutupin ya kayak gitu, bagaimana kalau menurut pandangan mbak?
Nufa: Sangat-sangat merugikan, merugikan anaknya terutama betul. Karena apa ya ibaratnya kalau kita mau cari obat tentu saja harus mengetahui penyakitnya apa gitu. Jadi kalau orang tuanya saja tidak terbuka tidak mengakui anaknya perlu solusi khusus, gimana kita mau bisa bantu.
Tribun Jambi: Nah di komunitas Mbak sendiri ada enggak program yang seperti itu yang ada beberapa orang tua kan yang kayak tadi kan enggak mau anaknya ini diajarin. Nah dari komunitas mbak, ada enggak yang door to door gitu datang ngasih pencerahan ke orang tuanya?
Nufa: Kalau kalau yang itu lebih di sekolah ya. Di sekolah kebetulan saya guru pembimbing khusus baru dapat sertifik juga jadi dipercaya pegang yang inklusi ini, dan di situ saya buat program sharing antara orang tuanya. Misalnya orang tuanya nih punya kendala gitu boleh konsultasi ke saya ataupun anaknya boleh.
Tribun Jambi: Mbak sendiri bisa memberi pandangan kepada orang tua dengan anak berkebutuhan ini?
Nufa: Nanti dulu ketika ada yang kaget ketika ketemu orang tua yang mengalami situasi yang seperti itu mereka harus gimana nih. Mungkin orang tuanya punya anak berkebutuhan khusus gitu ya, terus saya ngapain nih?
Kalau dari saya biasanya kasih pandangan dulu gitu pandangannya, saya arahin dulu ke psikolog. Oh iya karena perluvidasi dulu orang anaknya ngapain gitu kan. Nanti sudah konsultasi dengan psikolog biasanya keluar tuh punya surat keterangan bahwa dia berkebutuhan khusus. Misalnya autis seperti itu tunarungu ataupun lainnya. baru dari psikolognya diarahin perlu apa, perlu apa gitu.
Misal anaknya kurang fokus tapi anaknya aktif, enggak mau diam, lari ke sana lari sini. Susah fokus ciri-cirinya gimana susah fokus itu susah fokus tuh. Lebih ke ya itu tadi aktif ke sana ke sini gitu kan duduk bentar itu sudah hebat tuh.
Tribun Jambi: Kalau terapi ini mau diusahakan di programnya bagaimana?
Nufa: Kalau program gitu semampu saya, sih gitu kan untuk membantu mereka. Kalau lebih dalamnya lebih bagusnya ke klinik tumbuh kembang itu punya terapis tersendiri.
Baca juga: Putusan Terkait Aturan Usia Cawapres, Dosen Unja Sebut Tak Mempengaruhi Pengesahan Pendaftaran
Baca juga: Gubernur Al Haris Bersama RS Vertikal Kemenkes Teken MoU Tingkatkan Layanan Prioritas
Baca juga: Download Minecraft Pocket Edition V1.20.60 MOD Combo 2024, Full Diamond untuk di Android
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Ayah Ragil Soal 2 Polisi yang Bunuh Anaknya di Polsek Kumpeh Muaro Jambi |
![]() |
---|
Misteri Kematian Pemuda di Sel Polsek Kumpeh Ilir Jambi, Ayah Korban: Saya Masih Bertanya |
![]() |
---|
Partisun, Jangan Cuma Asal Bapak Senang, Gubernur Al Haris Kelola Potensi Alam Jambi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.