Renungan Harian Kristen 21 Desember 2023 - Bertanggung Jawab dengan Ucapan Bibir

Renungan Harian Kristen 21 Desember 2023 - Bertanggung Jawab dengan Ucapan Bibir

Bacaan ayat; Amsal 16:10 (TB) Keputusan dari Allah ada di bibir raja, kalau ia mengadili mulutnya tidak berbuat salah.

Oleh Pdt Feri Nugroho

Teokrasi adalah cara pemerintahan yang dipimpin oleh Tuhan secara langsung.

Sistem ini tersebar secara apik dalam sejarah karya penyelamatan Allah yang dicatat dalam Alkitab.

Dalam hal ini Allah yang proaktif untuk memanggil dan memilih orang-orang tertentu untuk menyatakan kehendak-Nya.

Tiga generasi awal yaitu Abraham, Ishak dan Yakub menjadi representasi pilihan Allah yang melahirkan sebuah bangsa pilihan yang nantinya akan disebut umat Allah.

Pada awalnya, nabi dan imam adalah orang-orang yang secara khusus dipanggil Allah untuk menyatakan kehendak-Nya.

Nabi menyatakan firman-Nya dan imam memandu ibadah sebagai tanda ketaatan.

Musa dan Harus menjadi tokoh penting dalam dua jabatan tersebut.

Pada periode berikutnya, umat mendesak untuk mempunyai seorang raja. Ide tersebut pada awalnya ditolak oleh Allah.

Sebab ide tersebut berimplikasi pada penolakan kepada Allah sebagai Raja atas kehidupan umat-Nya.

Pada akhirnya ide tersebut dipenuhi dengan catatan bahwa raja yang dimiliki adalah pilihan Allah.

Saul menjadi raja pertama pilihan Allah. Melalui Saul kehendak Allah dinyatakan. Artinya apa yang dikatakan Saul adalah kehendak Allah.

Tidak bisa dihindari bahwa kekuasaan telah membuat Saul abai kepada Allah.

Akhirnya ia ditolak Allah dan dipilihlah oleh Allah yaitu Daud untuk menggantikannya. Pada periode ini peran nabi, imam dan raja menjadi tiga serangkai untuk mengetahui kehendak Allah.

Masing-masing dengan tugasnya yang tidak diijinkan untuk saling campur tangan.

Nabi bertugas menyuarakan suara Tuhan, iman fokus pada tugas ritual ibadah dan raja pada kepemimpinan pemerintahan.

Menjadi wajar dan dapat dipahami bahwa penulis Amsal berujar, "Keputusan dari Allah ada di bibir raja, kalau ia mengadili mulutnya tidak berbuat salah."

Konteks itulah yang membuat penulis Amsal yakin bahwa apapun yang dikatakan raja adalah kehendak Tuhan.

Setiap keputusan yang diambil adalah keputusan Tuhan sehingga wajib hukumnya untuk dipatuhi. Pada periode kemudianlah penyimpanan terjadi.

Rata-rata berikutnya setelah Salomo seringkali melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.

Tentu tidak lagi bibir mereka dipakai Tuhan untuk menyatakan kehendak-Nya.

Meskipun demikian bukan berarti ide tentang kehendak-Nya yang dinyatakan melalui raja tidak berlaku lagi, meskipun dalam pemaknaan yang berbeda.

Nabi, imam dan raja telah 'included' dalam Yesus Kristus.

Dia adalah Nabi, sebab Ia adalah Firman Allah yang menjadi manusia.

Dia adalah Imam, sebab menjadikan diri-Nya sendiri sebagai kurban penebus manusia dari dosa.

Dan, Ia adalah Raja, sebab setelah karya penyelamatan, Ia bangkit dan naik ke surga duduk di sebelah kanan Allah. Ia pernah berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi."

Menariknya, setiap orang yang percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat maka dalam dirinya ada fungsi nabi, imam dan raja.

Setiap orang percaya bertanggung jawab untuk mengabarkan Kabar Baik.

Ia juga diijinkan datang dalam doa dan ibadah, layaknya seorang imam.

Bahkan, mengambil setiap keputusan dalam hidup, layaknya seorang raja, untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Maka sadarilah setiap waktu bahwa setiap kata yang keluar dari bibir akan menjadi keputusan yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Berkatalah benar, berbicaralah untuk membangun kehidupan, dan pilihlah kata yang sesuai dengan kehendak Tuhan

. Ingat, perkataan kita adalah perkataan raja yang mencerminkan kehendak Tuhan. Amin

     Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Palembang Siloam