Berita Merangin
Sawah Hilang, Emas Sirna Warga Sungai Manau Merangin Jambi Merana
5 tahun lalu, Desa Sungai Pinang terkenal dengan areal persawahannya, namun saat ini areal sawah itu berganti dengan areal bekas Penambangan Emas Tanp
Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM – Bicara soal sawah dengan warga Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Jambi seolah tabu.
Pasalnya, kata sawah seolah mengingatkan mereka pada kesalahan lama yang ingin dilupakan dan tak ingin diungkit lagi oleh warga Desa Sungai Pinang.
5 tahun lalu, Desa Sungai Pinang terkenal dengan areal persawahannya, namun saat ini areal sawah itu berganti dengan areal bekas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang tak lagi dicari emasnya.
Dari data yang diperoleh Tribunjambi dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Merangin, sebelum aktifitas PETI (sekitar 5 tahun lalu, red), sawah di Sungai Pinang ada sekitar 104 hektar.
Namun saat ini tak ada lagi sawah di desa ini.
Dikatakan Samin, warga Desa Sei Pinang, beberapa tahun lalu dia bertani, namun saat ini beralih ke tambang.
“Sekarang tidak ada lagi (sawah,red). Sudah digali pakai eskavator (kegiatan PETI,red),” katanya.
Baca juga: Dinas PPP Batanghari akan Optimalisasi 70 Hektare Lahan Sawah
Baca juga: Masuk Musim Kemarau, Petani di Batanghari Kesulitan Sumber Air untuk Aliri Sawah
Dijelaskan Samin, saat ini eskavator masih menggali di wilayah Sungai Pinang. Sementara masyarakat bekerja di penambangan.
“Masih tani (tapi menanam kayu manis,red) sama di tambang,” ujarnya.
Tak ada lagi aktifitas menanam padi di wilayah ini.
Warga, lanjutnya membeli beras di pasaran. Karena memang tidak ada lagi petani yang menanam padi di wilayah ini.
Sementara untuk mencukupi kebutuhan harian, Samin hanya mengandalkan hasil penambangan emas yang dilakukan secara tradisional.
Sakinah, warga Sungai Pinang lainnya enggan membeberkan terkat kondisi di Desa sungai Pinang.
"Kata siapa ada sawah di Sei Pinang (Sungai Pinang)? Kata siapa ada PETI disini? Ngobrol sama yang lain ajalah," kata Sakinah, warga Desa Sungai Pinang.
Lokasi Desa Sungai Pinang memang strategis untuk sawah dan PETI, karena bersebelahan dengan sungai. Inilah yang membuat warga desa tergiur dengan hasil PETI.
Umumnya mereka menyewakan lahan dengan sistem persenan dengan pemilik alat berat untuk PETI.
”Sistem persenan. 40 persen untuk pemilik lahan, sementara 60 persen untuk pemilik alat berat,” kata Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Kantor Balai Benih Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Merangin Mulihadi.
Namun saat ini, emas semakin sedikit di wilayah ini, sehingga lahan banyak yang ditinggalkan begitu saja tanpa bisa dimanfaatkan untuk menanam.
Padahal Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Jambi, termasuk dalam wilayah penghasil beras.
Saat ini di Kecamatan Sungai Manau tercatat memiliki luasan sawah 616,19 hektar. Dan sawah ini tersebar di desa yang ada di kecamatan ini, yakni Desa Sungai Manau, Desa Sungai Nilau, Desa Bukit Batu, Desa Seringat, Desa Gelanggang, Desa Durian Pecah.
Baca juga: Dinas Pertanian Kota Jambi Koordinasi dengan Pemprov Jambi untuk Atasi Kekeringan Sawah
Baca juga: Menari, Bernyanyi di Sawah Sebelum Masa Tanam, Tradisi Masyarakat Marga Batin Pengambang, Sarolangun
Kemudian Desa Tiangko, Desa Palipan dan Desa Benteng. Sementara Desa Sungai Pinang saat ini tak lagi memiliki sawah karena alihfungsi jadi lahan PETI.
Dikatakan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Kantor Balai Benih Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Merangin Mulihadi, dari 616,19 hektar sawah itu, paling banyak berada di Desa Bukit Batu dan Desa Tiangko.
“Yang paling sedikit di Desa Sungai Pinang, karena 5 tahun terakhir wilayah ini banyak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI),” katanya kepada Tribunjambi.com.
Namun, lanjutnya saat ini di Desa Sungai Pinang PETI sudah tidak menghasilkan. “Dulunya sawah, kemudian dicari emasnya, namun saat ini emas sudah tidak ada lagi,” imbuhnya.
Kondisi ini membuat warga desa disana, lanjut Mulihadi menjadi buruh atau bekerja bidang lain.
Namun untuk wilayah lain, seperti Desa Sungai Nilau, Desa Bukit Batu atau Desa Tiangko masih memiliki sawah yang cukup luas.
Dari luas sawah 616,19 hektar, terdapat 560 hektar yang berpotensi menghasilkan beras. “Yakni kisaran 5 ton per bulan, karena tidak semua sawah aktif ditanami warga,” kata Mulihadi.
Serupa wilayah yang lain, sawah di kecamatan juga ditanami dua kali setahun. Periode April-September dan Oktober-Maret. “Saat iini sedang musim panen. Karena sawahnya sawah tadah hujan dan irigasi, maka juga bergantung pada musim hujan,” bebernya.
“Musim kemarau sangat mempengaruhi musim tanam. Jika petani punya system irigasi sendiri (berupa kuncir air, red) maka musim kemarau tidak berpengaruh, tapi jika sawah tadah hujan, musim kemarau snagat berpengaruh,” imbuhnya.

Upaya Revitalisasi Lahan Bekas PETI
Dijelaskan Mulihadi, untuk wilayah yang pernah ada PETI, belum bisa dilakukan karena fakor biaya.
“Revitalisasi lahan bekas PETI belum dilakukan, karena butuh biaya besar. Namun minimal untuk saat ini mempertahankan lahan sawah yang ada,” katanya.
Saat ini, lanjutnya lahan bekas PETI di Desa Sungai Pinang belum bisa dimanfaatkan. “Hanya berupa kubangan berpasir, belum bisa dimanfaatkan jadi sawah atau ditanami tanaman apapun,” jelas Mulihadi.
Namun, menurut Mulihadi ada keinginan dari masyarakat untuk kembali memanfaatkan lahan bekas PETI untuk menjadi sawah lagi.
Terpisah, Fungsional Pelaksana di Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Merangin Hamser mengatakan, sejauh ini upaya revitalisasi dilakukan masyarakat secara swadaya.
“Di Kecamatan Pangkalan Jambu (bersebelahan dengan Sungai Manau, red) sudah ada upaya reklamasi sudah dilakukan secara swadaya,” kata Hamser.
Yakni dengan cara membuat perjanjian kerjasama dnegan pemilik alat berat.
“Pemilik lahan bekerjasama dengan pemilik alat berat. Petani meminta pemilik alat berat membuat areal-areal serupa sawah lengkap dengan pematangnya. Dan jika pemilik alat berat menemukan emas di areal tersebut, itu menjadi hak miliknya,” bebernya.
Karena beberapa tahun lalu PETI dilakukan dengan menggunakaan alat berat maka masih bisa dimanfaatkan.
“Beda kalau PETI-nya menggunakan dompeng, itu merusak unsur tanahnya. Kalau alat berat hanya mengeruk, tanpa menggunakan bahan kimia untuk mencari emas, makanya lahan bekas PETI masih bisa dimanfaatkan lagi,” katanya.
Sejauh ini, baru beberapa wilayah di Kecamatan Pangkalan Jambu yang sudah melakukan reklamasi lahan bekas PETI menjadi sawah.
“Lumpur yang mengendap di lahan bekas PETI, langsung bisa dimanfaatkan untuk menanam padi,” imbuh Hamser.
Sejauh ini, beras produksi lokal dikonsumsi oleh warga sendiri dan dijual di pasar lokal atau pasar tradisional.
“Masih banyak warga yang menjual beras lokal di pasar tradisional, itu artinya sawah masih menghasilkan,” katanya.
Selain padi, warga di Merangin juga menanam tanaman pangan lain seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar hingga kedelai.
“Ubi jalar atau pilo banyak ditanam di Kecamatan Jangkat, Lembah Masurai dan Jangkat Timur sudah banyak yang dijual ke luar daerah. Sementara ubi kayu banyak dimanfaatkan UMKM,” jelas Hamser.
Baca juga: Tarian Mangku Berentak, Tradisi Mencangkul Sawah Warga Margo Batin Pengambang
Saat ini Kabupaten Merangin memiliki sawah seluas 5.231 hektar, dengan rincian 42,44 ha di Kecamatan Bangko Barat, 11,49 Ha di Batang Masumai, 1.026,47 Ha di Kecamatan Jangkat.
51,30 Ha di Lembah Masurai, 294,96 Ha di Margo Tabir, 62,40 Ha di Muara Siau, 396,87 Ha di Kecamatan Pamenang, 21,23 Ha di Pamenang Barat, 47,60 Ha di Pamenang Selatan.
195,80 Ha di Pangkalan Jambu, 62,82 Ha di Renah Pamenang, 129,74 Ha di Renah Pembarap, 616,19 Ha di Sungai Manau, 380,74 Ha di Jangkat Timur, 907,42 Ha di Kecamatan Tabir.
Kemudian 304,64 Ha di Tabir Barat, 52,69 Ha di Tabir Ilir, 49,34 Ha di Tabir Lintas, 13,20 Ha di Tabir Selatan, 11,41 Ha di Tabir Timur, 438,66 Ha di tabir Ulu dan 14,04 Ha di Kecamatan Tiang Pumpung.
Diakui Hamser, luasan sawah di Kabupaten Merangin menurun karena adanya aktifitas PETI hingga alihfungsi lahan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
Dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, tahun 2020 Kabupaten Merangin mempunyai sawah seluas 7.772,08 hektar.
Di tahun 2021 jumlah ini turun menjadi 5.176,94 dan di tahun 2022 luasan sawah meningkat lagi menjadi 5.699,84 hektar.
Terpisah Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Prof. Dr. Ir. Dompak MT Napitupulu, M.Sc menyebut jika upala reklamasi lahan bekas PETI menjadi lahan persawahan membutuhkan waktu.
“Jika eks PETI dikelola dengan baik maka bisa dilakukan reklamasi atau perbaikan kembali kondisi lahan,” kata Prof Dompak.
Jika di awal, lanjutnya pelaku PETI melakukan pembongkaran lahan terlebih dahulu yakni menyisihkan top soil atau lapisan tanah bagian atas maka upaya reklamasi tidak sulit dilakukan.
“Sayangnya pelaku PETI tidak melakukan penyelamatan lapisan atas tanah itu. Lebih payah lagi karena saat ini lahan sawah yang dulunya rata dan memiliki lapisan olah pada permukaan kini sudah berubah menjadi serakan batu hasil bongkaran PETI sehingga menyulitkan untuk diolah,” bebernya.
Namun meski begitu, upaya reklamasi tetap bisa dilakukan dengan cara mengaplikasikan pupuk baik organik maupun non organik.
“Setidaknya dengan penambahan pupuk organik maupun non organik bisa mensuplai makanan bagi tanaman,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Prof Dompak pupuk mampumenyediakan semua unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga tanaman yang ditanam dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. (Tribunjambi.com/Suci Rahayu PK)
Liputan ini didukung sepenuhnya oleh Setara Jambi dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia.
Update berita Tribun Jambi di Google News
Baca juga: Hasil Pemeriksaan Kesehatan Capres Cawapres Dimumkan Besok, Pengundian Nomor Urut 14 November 2023
Baca juga: Ini Alasan Polda Jambi Lepas Mobil Panther yang Ditangkap saat Hendak Melansir Solar di SPBU
Baca juga: Geledah Rumah Purn Jenderal Bareng Rumah Ketua KPK Firli Bahuri, Penyidik Amankan BB Dua Kardus
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Capres Cawapres Dimumkan Besok, Pengundian Nomor Urut 14 November 2023 |
![]() |
---|
Bintang Inter Milan Hakan Calhanoglu Membangun Dua Rekor di Liga Champions |
![]() |
---|
Galih Terpental hingga Depan Rumah Warga Akibat Kecelakaan Tunggal yang Merenggut Nyawanya |
![]() |
---|
Cerita Amanda Manopo saat Lalui Momen Sulit Kala Syuting Sinetron Ikatan Cinta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.