Berita Jambi

Warga Sungai Tebal Merangin Jambi 6 Tahun Pakai Panel Surya, Listrik Bergantung pada Matahari

Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, pasangan Dani dan Nunik, Dusun Sungai Tebal, Desa Tuo, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Jambi, memili

Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
Kolase
6 tahun pasangan Dani dan Nunik di Dusun Sungai Tebal, Desa Tuo, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Jambi, menggunakan panel surya untuk mencukupi kebutuhan listrik. 

TRIBUNJAMBI.COM - Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, pasangan Dani dan Nunik, Dusun Sungai Tebal, Desa Tuo, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Jambi, memilih menggunakan panel surya untuk mencukupi kebutuhan listrik.

Bukan tanpa alasan pasangan yang tinggal di tengah kebun kopi ini memilih panel surya, tepatnya sejak 2016.

"Listrik tidak sampai ke Dusun Sungai Tebal, hanya sampai di Desa Tuo saja," kata Nunik mengawali percakapan.

Nunik mengatakan, jarak Dusun Sungai Tebal ke Desa Tuo sekitar 45 menit dnegan berjalan kaki.

Sementara jarak Desa Tuo ke Kota Bangko, Ibukota Kabupaten Merangin kisaran 3,5 jam dengan kendaraan roda dua.

Diawal penggunaan panel surya, Dani dan Nunik merogoh kocek sekitar Rp 2 juta unttuk membeli perlengkapan panel surya, aki, kabel, lampu, inverter hingga pengecas HP.

Baca juga: Warga Dusun Geragai Tanjabtim Jambi Andalkan Panel Surya untuk Penerangan Cuaca Mendung Jadi Kendala

Terjadi Peningkatan Kualitas Udara di Jambi, Sekarang Diangka 101 Kategori Tidak Sehat

"Tahun 2016 biayanya sekitar Rp 2 juta, untuk keperluan panel surya dan perlengkapannya. Saat ini beli yang kapasitas kecil, dan itu tidak mencukupi untuk lampu, cas HP, dan keperluan listrik lainnya," lanjut Nunik.

Namun karena listrik yang dihasilkan tidak mencukupi, Dani dan Nunik memutuskan membeli satu panel surya lagi.

"Sekarang pakai dua, yang 20 watt peak (Wp) dan 50 Wp. Itu sudah mencukupi untuk kebutuhan listrik," ujarnya.

Dijelaskan Nunik, warga di Dusun Sungai tebal memang hanya bisa memanfaatkan panel surya atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

"Tetangga yang jarak rumahnya sekitar 500 meter menggunakan PLTA kecil karena memang ada aliran sungai kecil disini. PLTA itu untuk mengaliri listrik 5 rumah," bebernya.

Warga Dusun Sungai Tebal snagat bergantung pada panel surya ataupun PLTA mini itu.

"Hampir rata-rata warga disini mengandalkan panel surya untuk kebutuhan listrik," imbuhnya.

Wilayah Kecamatan Lembah Masurai itu sendiri merupakan wilayah dengan curah hujan tergolong tinggi. Hampir setiap hari sekitar pukul 15.00 WIB, wilayah ini bisa dipastikan hujan.

Ini juga yang menjadi kendala pemanfaatan panel surya, terlebih jika musim hujan.

Selain musim, accu juga menjadi permasalahan tersendiri. Karena accu yang ada tidak bisa dipakai selamanya, harus diganti per dua tahun.

Masyarakat di Kecamatan Lembah Masurai rerata berprofesi sebagai petani kopi, kayu manis atau sayuran.

Wisata alam berupa air terjun atau sungai cukup banyak di wilayah ini, namun karena jarak tempuhnya dari ibukota Kabupaten Merangin cukup jauh, sedikit wisatawan yang datang ke wilayah ini.

Wilayah ini bisa tembus ke Provinsi Bengkulu.

Baca juga: Karhutla di Batanghari Bertambah, 105 Hektare Lahan Terbakar

Potensi Energi Terbarukan di Jambi

Provinsi Jambi memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan energi terbarukan.

Potensi ini bisa dipetakan berdasar wilayah.

Seperti energi pembangkit Geothermal, Hidro dan Bioenergi terdapat di wilayah bagian barat.

Sedangkan energi penel surya, bayu terdapat di wilayah bagian timur.

Namun demikian panel surya memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, mengingat Provinsi Jambi berada di daerah khatulistiwa.

Jambi mempunyai target bauran energi terbarukan daerah sebesar 24 persen di tahun 2025 dan 40 persen di tahun 2050.

Target ini sudah ditetapkan dalam Perda No. 13 Tahun 2019 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED) 2019-2050.

Jumlah target bauran energi terbarukan ini memang jauh lebih besar dari pada target bauran energi terbarukan nasional yang masing-masing 23 persen dan 31 persen di tahun 2025 dan 2050.

Sementara Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, Institute for Essential Services Reform (IESR) Alvin Putra Sisdwinugraha, menyebutkan PLTS skala kecil merupakan solusi praktis untuk wilayah terpencil.

"Untuk daerah-daerah yang belum terjangkau aliran listrik PLN, penggunaan sistem PLTS skala kecil merupakan solusi yang paling praktis untuk memberikan akses listrik dasar untuk kebutuhan sehari-hari," kata Alvin.

Hal ini karena sistem PLTS bisa bekerja hampir di semua daerah tanpa memerlukan bahan bakar lagi seperti pembangkit diesel, dan cukup mudah untuk dimobilisasi ke daerah dengan akses terbatas.

"Permasalahannya adalah biaya investasi awal yang masih cukup mahal, dipengaruhi oleh biaya baterai yang masih cukup tinggi dan perlu diganti secara berkala setiap 2-3 tahun," katanya.

Harga yang tinggi ini belum tentu cukup terjangkau oleh warga di daerah belum berlistrik, yang tentu pendapatannya juga masih terbatas.

Selain itu, faktor cuaca sangat mempengaruhi performa dari sistem PLTS. Di daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi, tentu akan lebih sulit mendapatkan suplai listrik yang berkecukupan.

Apalagi jika kebutuhannya tidak hanya penerangan, namun juga peralatan elektronik lainnya.

Memang diperlukan bantuan dari berbagai pihak untuk dapat menyediakan akses listrik yang berkualitas dan terjangkau di daerah dengan akses yang terbatas seperti ini. (Tribunjambi.com/Suci Rahayu PK)

 

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Terjadi Peningkatan Kualitas Udara di Jambi, Sekarang Diangka 101 Kategori Tidak Sehat

Baca juga: PKN Masih pada Tuntutan Awalnya, Bawaslu Batanghari Agendakan Sidang Putusan

Baca juga: Dewi Perssik Tantang Nikita Mirzani, Sebut Nyai Penakut karena Tak Berani Angkat Telepon

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved