Pilpres 2024

Respon Anies Baswedan Soal Survei Elektabilitas di Urutan Ketiga, Dikalahkan Prabowo dan Ganjar

Bacapres Anies Baswedan menanggapi hasil survei terkait elektabilitas yang selalu di urutan ketiga, dibawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist
Bacapres Anies Baswedan menanggapi hasil survei terkait elektabilitas yang selalu di urutan ketiga, dibawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. 

Tak hanya itu, Jamiluddin juga menilai bahwa hasil survei hanya bisa digunakan saat beberapa waktu usai periode penelitiannya dilakukan.

Dalam kata lain, tidak wajar jika digunakan untuk memprediksi hasilnya ke depan.

"Hal itu terjadi karena pendapat umum itu sangat dinamis. Pendapat seseorang dapat berubah-ubah tergantung isu yang menerpa objek atau sosok yang dinilai," kata dia.

Tak hanya itu, penilaian survei juga kerap kali diberikan oleh responden yang hanya melihat pada sisi objek yang dinilai.

Dimana kata Jamiluddin, jika ada satu objek yang pada saat dilakukannya survei sedang diterpa suatu isu, maka hasil surveinya akan berpengaruh pada tingkat elektabilitas.

"Kalau isu megenai objek atau sosok yang dinilai cenderung positif, maka elektabilitasnya akan berpeluang tinggi. Sebaliknya, kalau isu menerpa objek atau sosok banyak negatifnya, maka elektabilitas berpeluang akan turun," beber dia.

Atas hal itu menurut Jamiluddin, hasil survei yang selama ini beredar wajar dijadikan oleh JK alasan untuk nantinya Anies Baswedan bisa tetap memenangkan Pilpres.

Pada hasil survei juga kata Jamiluddin, kerap mengalami kesalahan dalam penetapan sampel atau contoh penelitian.

Kesalahan itu berkaitan dengan penetapan karakteristik dan jumlah sampel.

"Bisa jadi karakteristik sampel yang diambil tidak menggambarkan karakteristik pemilih (populasi). Akibatnya, karakteristik sampel tidak merepresentasikan karakteristik pemilih (populasi)," ucapnya.

Terlebih, penetapan jumlah sampel atau responden dalam survei kebanyakan terhitung sangat sedikit.

Bahkan kata dia, jumlahnya hampir tidak mewakili seluruh jumlah masyarakat Indonesia

Baca juga: Viral, Gubernur Tegur Pihak RSUD Raden Mattaher, Sesali Pasien Minta Dirawat Malah Disuruh Pulang

"Selain itu, jumlah sampel yang diteliti juga akan menentukan presisinya. Kalau jumlah sampel 1.200 dan pemilihnya 205 juta, maka presisinya rendah," kata dia.

Lebih lanjut, faktor lain juga bisa mempengaruhi hasil survei itu sendiri. Termasuk adanya 'by order' atau pesanan yang memberikan sponsor untuk menargetkan keunggulan di hasil survei.

"Dalam situasi demikian, lembaga survei tidak lagi menjadi peneliti. Ia sudah berubah menjadi tim sukses yang mengemas hasil surveinya untuk kepentingan sponsor atau capres tertentu," tukas Jamiluddin.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved