Pilpres 2024
Jusuf Kalla Kaitkan Elektabilitas Anies Baswedan dengan Kemenangan Donald Trump, Ini Kata Pengamat
Pengamat komunikasi politik menanggapi pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengaikan elektabilitas Anies Baswedan dengan kemenangan Donal Trump
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Pengamat komunikasi politik menanggapi pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengaikan elektabilitas Anies Baswedan dengan kemenangan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Sebab saat ini kepopuleran Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan itu kalah dibandingkan dua capres lainnya.
Dua pesaing mantan Gubernur DKI Jakarta itu yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Meski kalah dari dua kandidat lainnya, Jusuf Kalla optimis Anies Baswedan akan menang di Pilpres 2024 mendatang.
Keyakinan itu disampaikannya berkaca dari Pilkada DKI Jakarta pada 2027 silam.
Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik menanggapi pernyataan Jusuf Kalla itu.
Dia mengatakan bahwa JK memiliki alasan yang kuat untuk mengaikan Anies Baswedan dan Donald Trump soal survei elektabilitas.
Alasan itu yakni bahwa survei tidak melulu harus dijadikan patokan dalam pemilihan.
Baca juga: Cawapres Anies Baswedan Belum Diumumkan, Paloh: Tunggu Partai Politik Lain Umumkan Cawapres
Baca juga: Tak Hanya Nasdem, Demokrat Turut Bela Rocky Gerung yang Diduga Menghina: Relawan Jokowi Anti Kritik
Baca juga: Apa Kabar Fahmi Husaeni, Pengantin Baru yang Ditinggal Anggi Anggraeni Demi Mantan Pacar?
"Optimisme JK beralasan karena hasil survei kerap sekali meleset. Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara lain," kata Jamiluddin dalam keterangannya, Selasa (1/8/2023).
Tak hanya itu, Jamiluddin juga menilai bahwa hasil survei hanya bisa digunakan saat beberapa waktu usai periode penelitiannya dilakukan.
Dalam kata lain, tidak wajar jika digunakan untuk memprediksi hasilnya ke depan.
"Hal itu terjadi karena pendapat umum itu sangat dinamis. Pendapat seseorang dapat berubah-ubah tergantung isu yang menerpa objek atau sosok yang dinilai," kata dia.
Tak hanya itu, penilaian survei juga kerap kali diberikan oleh responden yang hanya melihat pada sisi objek yang dinilai.
Dimana kata Jamiluddin, jika ada satu objek yang pada saat dilakukannya survei sedang diterpa suatu isu, maka hasil surveinya akan berpengaruh pada tingkat elektabilitas.
"Kalau isu megenai objek atau sosok yang dinilai cenderung positif, maka elektabilitasnya akan berpeluang tinggi. Sebaliknya, kalau isu menerpa objek atau sosok banyak negatifnya, maka elektabilitas berpeluang akan turun," beber dia.
Atas hal itu menurut Jamiluddin, hasil survei yang selama ini beredar wajar dijadikan oleh JK alasan untuk nantinya Anies Baswedan bisa tetap memenangkan Pilpres.
Pada hasil survei juga kata Jamiluddin, kerap mengalami kesalahan dalam penetapan sampel atau contoh penelitian.
Kesalahan itu berkaitan dengan penetapan karakteristik dan jumlah sampel.
Baca juga: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan akan Adu Gagasan Jelang Pilpres 2024
"Bisa jadi karakteristik sampel yang diambil tidak menggambarkan karakteristik pemilih (populasi). Akibatnya, karakteristik sampel tidak merepresentasikan karakteristik pemilih (populasi)," ucapnya.
Terlebih, penetapan jumlah sampel atau responden dalam survei kebanyakan terhitung sangat sedikit.
Bahkan kata dia, jumlahnya hampir tidak mewakili seluruh jumlah masyarakat Indonesia
"Selain itu, jumlah sampel yang diteliti juga akan menentukan presisinya. Kalau jumlah sampel 1.200 dan pemilihnya 205 juta, maka presisinya rendah," kata dia.
Lebih lanjut, faktor lain juga bisa mempengaruhi hasil survei itu sendiri. Termasuk adanya 'by order' atau pesanan yang memberikan sponsor untuk menargetkan keunggulan di hasil survei.
"Dalam situasi demikian, lembaga survei tidak lagi menjadi peneliti. Ia sudah berubah menjadi tim sukses yang mengemas hasil surveinya untuk kepentingan sponsor atau capres tertentu," tukas Jamiluddin.
Atas hal itu, dinilai wajar jika JK kata Jamiluddin merasa optimistis dengan membandingkan elektabilitas Anies Baswedan dengan kemenangan Donald Trump.
Sebelumnya, Jusuf Kalla menanggapi perihal masih rendahnya elektabilitas Bacapres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan.
JK menyinggung kemenangan Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump, meski memiliki elektabilitas yang rendah.
"Trump juga rendah sekali elektabilitasnya menurut para peneliti," kata JK di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/7/2023).
Dijelaskan mantan Ketua Umum Partai Golkar itu, kalkulasi elektabilitas tersebut kerap terjadi jelang pemilihan umum.
Namun, kata JK, ada tren yang tidak terlalu berpengaruh lantaran hanya ditentukan oleh responden yang terbatas.
"Pilihan dari pada 1.200 orang (responden) pada pemilih 205 juta (pemilih) itu tidak menggambarkan itu. Ada caranya tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat. Itu trennya saja seperti itu," ujarnya.
Baca juga: Siapa Cawapres Potensial Ganjar Pranowo di Pilpres 2024? Sandiaga Uno Unggul dari 5 Kandidat
Lebih lanjut, JK menyinggung Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, di mana Anies meraih kemenangan meski memiliki elektabilitas rendah.
"Waktu di DKI juga Anies terendah kan posisi tiga tapi kemudian dia terpilih. Itu lebih kecil kurang lebih tujuh juta pemilih diwakili 1.200," ujar JK.
Adapun, elektabilitas Anies berada di posisi ketiga dalam sejumlah hasil survei. Sedangkan, bakal capres Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo saling kejar di posisi satu atau dua.
Misalnya hasil Lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis Minggu (23/7/2023).
Dalam survei tersebut turut disampaikan terkait dengan tingkat elektabilitas dari para sosok yang digadang berpotensi maju sebagai calon presiden (capres) dalam Pilpres 2024 mendatang.
Peneliti Utama Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi menyatakan, pihaknya menggelar survei dengan beberapa simulasi.
Dimana dalam simulasi tertutup dengan menampilkan 10 nama, nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menempati urutan paling atas tingkat elektabilitas nya.
"Di simulasi 10 nama tertutup Prabowo teratas dengan 33,5 persen, kemudian Ganjar 32,8 persen, Anies 17,8 persen, lalu Ridwan Kamil 4,2 persen," kata Burhanuddin saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Minggu (23/7/2023).
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Bergabung dengan PKB, M Nasir: Saya Tidak Mau Meninggalakn Jejak-Jejak Tidak Baik di Demokrat
Baca juga: Warga Ungkap Kronologi Kecelakaan di Pal 10, 2 Orang Meninggal Karena Oleng Jalan Bergelombang
Baca juga: Pemanjat Gedung Remi Lucidi Meninggal, Jatuh dari Lantai 68 Menara Tregunter Hong Kong
Baca juga: Tekan Angka Stunting, Pemkab Bupati Muaro Kembali Gelar Rembuk Stunting
Artikel ini diolah dari Tribunnews.com
Jusuf Kalla
Anies Baswedan
Pilpres 2024
Donald Trump
Amerika Serikat
elektabilitas
Tribunjambi.com
Prabowo Subianto
Ganjar Pranowo
Luhut Beri Pesan ke Prabowo Subianto: Jangan Bawa Orang Toxic ke Pemerintahan Anda, akan Merugikan |
![]() |
---|
Surya Paloh dan Prabowo Subianto Sepakat Kerja Sama: untuk Kepentingan Rakyat Indonesia |
![]() |
---|
Senyum Anies Baswedan Dikomentari Prabowo Subianto: Berat Sekali |
![]() |
---|
Prabowo Subianto Sambangi Kantor DPP PKB, Disambut Muhaimin Iskandar |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Gibran Rakabuming Raka yang Ditetapkan sebagai Wakil Presiden Terpilih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.