Polisi Tembak Polisi

Ayah Bripda Ignatius Ungkap Isi Percakapan dengan Mabes, Bilang Anaknya Sempat Cekcok dengan Senior

Bripda Ignatius Dwi Frisco tewas dalam kondisi luka tembak di bagian belakang telinga kanan sampai kiri.

Editor: Duanto AS
Ist/Kolase Tribun Jambi
Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage atau Bripda Rico, polisi yang tewas. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Bripda Ignatius Dwi Frisco tewas dalam kondisi luka tembak di bagian belakang telinga kanan sampai kiri.

Ayah Bripda Ignatius Dwi Frisco atau Bripda Rico, Y Pandi, menyebut dirinya sempat menerima telepon dari Mabes Polri.

Di ujung telepon tersebut dikabarkan bahwa anaknya sedang sakit keras.

Informasi tersebut ia dapatkan pada hari Minggu (23/7) siang.

Pandi mulanya tidak percaya. Sebab, sehari sebelumnya dia dan anaknya sempat melakukan video call.

"Awalnya nggak percaya hoaks, tapi kami ditelepon lagi oleh Polres Melawi untuk memberitahukan bahwa anak bapak ibu yang bernama Rico sedang sakit keras dan berada sekarang berada di rumah sakit Polri Kramat Jati di ruangan ICU," kata dia, Kamis (27/7).

Dalam telepon tersebut, Pandi dan sang istri diminta untuk segera berangkat ke Jakarta untuk melihat kondisi anaknya.

Keduanya berangkat dari Melawi menuju Pontianak dengan waktu tempuh 10 jam.

Kemudian dilanjutkan penerbangan ke Jakarta. Keduanya berangkat pada Senin (24/7).

Sesampainya di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur Pandi dan istri baru menerima kenyataan bahwa anak kesayangan mereka meninggal dunia dengan luka tembak di belakang telinga.

"Ketika tiba langsung ke RS Polri Kramat Jati dan barulah kemudian diberitau bahwa anak kami meninggal dunia," tutur Y Pandi.

Pandi bercerita bahwa anaknya sempat cekcok sebelum tewas.

Ia menduga cekcok dipicu karena Bripda Rico menolak tawaran bisnis senjata api ilegal di Densus 88.

"Anak saya tidak pernah bercerita tentang senpi tetapi menurut keterangan dari tim penyidik saat kami berada di Jakarta kemarin," kata Pandi.

"Mereka memberi keterangan bahwa sempat cekcok ketika senior ini mungkin menawarkan bisnis senpi ilegal kepada anak saya tetapi mungkin barangkali anak saya menolak," tambah Pandi.

Ketika menolak itu, kemungkinan cekcok berakhir dengan letusan senjata api yang justru mengenai Bripda Rico.

"Karena dia (IDF) takut dan tahu barang itu ilegal sehingga barangkali IDF tidak berani dan tidak lama kemudian di pelaku ini mengambil senpi di tasnya dan itu meledak mengenai leher anak saya yang tembus di bawah telinga sampai tembus ke dinding," jelas dia.

Masih dari informasi penyidik, senior yang mendatangi anaknya pada malam kejadian adalah berjumlah tiga orang.

"Keterangan tim penyidik Densus 88 bahwa ketika senior ini datang ke flatnya dan menawarkan senjata barangkali, mungkin yang tadi saya ceritakan bahwa di situ terjadi cekcok ya mungkin karena anak-anak menolak atau apa sehingga terjadi cekcok," terang dia.

Sampai saat ini, Pandi belum mengetahui berapa tersangka yang telah ditetapkan dalam kasus memilukan ini.

Anak Sekretaris Inspektorat Kabupaten Melawi ini dimakamkan pada Rabu (26/7).

Kekasih Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage telah merasakan firasat sebelum sang pacar tewas diduga ditembak seniornya.

Sang tambatan hati mengaku memiliki perasaan tak enak sebelum mengetahui soal kabar buruk tersebut.

Perempuan bernama Claudia Tesa itu mengaku memiliki perasaan tidak enak.

Ia pun mengirim chat kepada temannya yang bernama Riana.

Ia juga menuliskan caption berisi kekhawatiran Claudia sebelum kematian Bripda Ignatius di akun instagramnya.

"Beberapa hari sebelum dapat kabar, perasaan emang udh ndak enak setiap hari ada jak kekhawatirannya.

Ternyata ini jawabannya ya dek," tulis Claudia.

Tribun mencoba mengonfirmasi hubungan Claudia dengan Bripda Ignatius lewat pesan Instagram.

Claudia pun membenarkan kalau dirinya adalah kekasih almarhum.

"Iya kak saya pacarnya," balas Claudia.

Namun, ia belum menjelaskan soal firasat yang dialaminya sebelum kematian Bripda Ignatius tersebut.

Keluarga Histeris

Jenazah Bripda Frisco tiba di kediaman korban Kompleks BTN Telkom, Desa Paal, Nanga Pinoh, Melawi, Kalimantan Barat pada Selasa (25/7).

Keluarga histeris saat melihat kondisi jenazah Bripda Rico di dalam peti.

Sejumlah anggota keluarga terlihat memeriksa bekas luka di tubuh Bripda Frisco saat tiba di rumah duka.

Pemakaman Bripda Rico dilakukan secara kedinasan dan dihadiri oleh sanak keluarga, kerabat, dan jajaran personel Polres Melawi.

Proses pemakaman anak dari Sekretaris Inspektorat Kabupaten Melawi, Y Pandi, itu dilakukan dengan upacara kepolisian di permakaman Yayasan Mawar.

"Iya, betul (dimakamkan secara kedinasan)," kata pengacara keluarga Bripda Ignatius, Sucipto Ombo. Pihak Polres Melawi, masih belum menjawab upaya konfirmasi soal prosesi pemakaman Bripda Rico.

Densus Sebut Tertembak

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri memastikan Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage atau Bripda Rico tewas bukan karena ditembak.

Juru Bicara Densus 88, Kombes Aswin Siregar menyebut hal ini karena kelalaian dari dua rekan korban berinisial Bripka IG dan Bripda IMS.

"Tidak ada penembakan," kata Aswin saat dihubungi wartawan, Rabu (27/7).

Aswin mengatakan Bripda Rico tertembak oleh salah satu rekannya saat sedang mengeluarkan senjata api dari dalam tas.

Senjata api itu disebut milik Bripda IMS.

Namun belum dijelaskan siapa yang mengambil senjata api tersebut.

"Yang terjadi adalah kelalaian anggota pada saat mengeluarkan senjata api dari tas kemudian meletus dan mengenai rekannya yang berada di depannya," ucapnya.

Hingga saat ini, Aswin mengatakan, pihaknya bersama Satreskrim Polres Bogor tengah mengusut kasus ini. Baik dari sisi pidana maupun etik dan disiplin.

"Permasalahannya sedang ditangani bersama oleh Densus dan Polres Bogor. Nanti penyidik Polres dan Densus akan mengupdate perkembangannya," tutur Aswin.

Kombes Aswin juga menegaskan tidak ada pertengkaran antara Brigadir Ignatius Dwi Frisco Sirage dengan dua tersangka Bripda IMS dan Bripka IG sebelum akhirnya tewas tertembak.

"Tidak ada (pertengkaran). Yang terjadi adalah kelalaian anggota pada saat mengeluarkan senjata dari tas kemudian meletus dan mengenai rekannya yang berada di depannya," ujar Aswin.

Meski demikian, Aswin mengklaim saat ini pihaknya bersama Satreskrim Polres Bogor masih melakukan pendalaman terhadap dua tersangka tersebut.

"Permasalahannya sedang ditangani bersama oleh Densus dan Polres Bogor. Nanti penyidik Polres dan Densus akan mengupdate perkembangannya," katanya.

Polri masih mengusut kasus tewasnya anggota Densus 88 Antiteror Polri akibat tertembak senjata api (senpi) rekannya sesama polisi.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan saat ini pihak Satreskrim Polres Bogor masih mengumpulkan barang bukti yang ada.

"Saat ini penyidik Polres Bogor juga Paminal Polda sedang mendalami mengembangkan dan menganaliasa termasuk menganalisa mengumpulkan bukti-bukti," ujar Ramadhan.

Ramadhan menyebut barang bukti yang dikumpulkan di antaranya adalah rekaman CCTV Rumah Susun (Rusun) Polri, Cikeas, Bogor, Jawa Barat untuk dianalisa.

"Termasuk analisa CCTV di lokasi atau TKP," ungkapnya.

Luka Tembak

Terpisah, Rumah Sakit Polri Kramat Jati sudah melakukan autopsi terhadap jenazah anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage yang tewas tertembak rekannya sendiri.

Autopsi selesai dilakukan pada Selasa (25/7) lalu setelah korban dinyatakan meninggal dunia.

"Iya ada autopsi kasus perlukaan letusan senja api (luka tembak) anggota Polri. Permintaan autopsi dari Polres Bogor," kata Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramat Jati Brigjen Pol Hariyanto.

Hariyanto mengatakan saat melakukan otopsi, pihaknya menemukan adanya satu luka tembak di bagian belakang telinga kanan sampai kiri Bripda Ignatius.

Dia memastikan tidak ada lagi luka lain di tubuh Brigadir Ignatius dan hanya ada satu luka tembak saja.

"Satu (luka tembak). Di bagian belakang telinga kanan sampai belakang telinga kiri. Tak ada (luka lain)," ujarnya.

Hariyanto mengatakan jenazah Bripda Ignatius sudah dikembalikan ke pihak keluarga di Pontianak, Kalimantan Barat setelah selesai dilakukan autopsi.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md menanggapi terkait insiden polisi tembak polisi di Rusun Polri di Cikeas Bogor.

Mahfud menyerahkan persoalan tersebut ke pihak kepolisian.

"Ya kan sudah ditangani ya, sudah direspons, kan tidak usah semua hal saya harus ngomong ke beliau (Kapolri), itu sudah ada prosedurnya dan sudah cepat menurut saya cara menanggapinya," kata Mahfud.

Mabes Polri juga telah menyebut kasus kematian Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage atau Bripda Rico yang diduga tertembak rekannya kini ditangani Polres Bogor.

Untuk informasi, insiden tewasnya Bripda Rico terjadi di Rumah Susun (Rusun) Polri, Cikeas, Bogor, Jawa Barat pada Minggu (23/7).

Polisi juga sudah menangkap dua anggota Polri lainnya yakni Bripda IMS dan Bripka IG yang diduga pelaku dalam kasus ini. (tribun network/abd/fer/rin/im/wly)

Baca juga: Kisah Emak-emak di Jambi Gerebek Basecamp Sabu, Geram Banyak Anak Usia SMP SMA Bolak Balik

Baca juga: Kisah Mbah Taryo Dapat Uang Rp19,8 Miliar, Beli Kebun Rumah Mewah, Lahan Kena Tol Jambi-Sumsel

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved