Berita Jambi

Warga Dusun Geragai Tanjabtim Jambi Andalkan Panel Surya untuk Penerangan Cuaca Mendung Jadi Kendala

Warga Dusun Geragai, Desa Lagan Ulu, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) Jambi mengeluhkan belum adanya jaringan listrik.

Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
Tribunjambi.com/Anas Alhakim
Warga Dusun Geragai, Desa Lagan Ulu, Kecamatan Geragai, Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) Jambi tanpa penerangan listrik hingga saat ini 

TRIBUNJAMBI.COM - Warga Dusun Geragai, Desa Lagan Ulu, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) Jambi mengeluhkan belum adanya jaringan listrik.

Dusun ini dihuni 35 kepala keluarga (KK) dengan total populasi 70 orang.

Setiap malam warga hanya mengandalkan lampu charger untuk penerangan. Sementara, beberapa rumah menggunakan lampu panel surya.

Namun, lampu panel surya hanya bisa dipakai saat cuaca cerah karena sumber listriknya berasal dari tenaga surya atau matahari.

Sementara saat cuaca mendung, lampu panel surya tak bisa menghasilkan listrik.

Ketiadaan jaringan listrik juga membuat siswa sulit belajar saat malam hari.

Bahkan, mereka harus mendekatkan diri ke sumber cahaya agar bisa membaca dan menulis.

Baca juga: Cerita Warga Jambi yang Perumahannya Menggunakan Lampu Jalan Panel Surya

Baca juga: Proyek Pengolahan Limbah di Jambi Timur Tinggal Proses Penutupan Jaringan

Sementara untuk lampu jalan, warga mengandalkan juga mengandalkan lampu jalan panel surya bantuan dari perusahaan yang ada di kawasan ini.

Ketua RT 18 Desa Lagan Ulu M Yusuf mengatakan, bahwa pihaknya sudah beberapa kali mengajukan proposal kepada pihak PLN yang ada Tanjabtim hingga ke Provinsi Jambi bahkan ke PLN Rayon Palembang.

Namun belum juga membuahkan hasil, hingga saat ini belum ada tanggapan dari pihak terkait.

"Sudah beberapa kali, kita mengajukan proposal, tapi memang belum ada tanggapan dari sana, sudah bosen kami ngurusnya,"ujarnya.

Terpisha, Kepala Desa Lagan Ulu, Muhammad Zia menyebutkan jika terkait listrik, pihaknya sudah melaporkan sejak tahun 2018 lalu.

Namun belum ada kabar baik terkait pemasangan listrik di kawasan ini.

Pemprov Jambi Klaim Hanya Satu Desa BeLum Dialiri Listrik

Pemprov Jambi meng-klaim hanya satu desa yang teraliri listrik, yaitu Desa Renah Kayu Embun, Kota Sungaipenuh.

Sebelumnya, data awal 2023 di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi, masih ada lima desa yang belum dialiri listrik.

Di Kabupaten Merangin, yaitu Desa Renah Kemumu dan Desa Koto Rawang di Kecamatan Jangkat, Desa Air Liki dan Desa Air Liki Baru di Kecamatan Tabir Barat.

Sementara di Kota Sungaipenuh, yaitu Desa Renah Kayu Embun di Kecamatan Kumun Debai.

"Untuk Desa Renah Kemumu dan Koto Rawang tahun kemarin sudah masuk jaringan, jadi tinggal tiga desa lagi. Dari tiga desa tersebut pun ada dua, Desa Air Liki dan Desa Air Liki Baru, sudah menggunakan PLTMH. Jadi yang belum sama sekali adalah Desa Renah Kayu Embun di Kota Sungaipenuh,” kata Tandry Adi Negara, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jambi.

Dinas ESDM terus berkoordinasi bersama PLN Jambi dan PLN di wilayah Lampung dan Bengkulu agar desa-desa yang belum mendapat aliran listrik bisa masuk program Listrik Masuk Desa.

"Kita selalu komunikasi baik di PLN Jambi dan PLN wilayah lain," ujarnya.

Memang, sebagian listrik belum sepenuhnya masuk ke dusun-dusun atau pun ke tingkat RT.

Tetapi kalau berbicara skala desa sudah teraliri semua tinggal satu desa yang belum, yaitu Desa Renah Kayu Embun, Kota Sungaipenuh.

"Saat desa-desa itu belum dialiri listrik, di sana menggunakan PLTS namun seiring perkembangan waktu jaringan itu sudah masuk ke desa-desa. Sehingga PLTS yang ada sudah tidak berfungsi lagi karena lebih efektif menggunakan kekuatan daya ada di PLN," ujarnya.

"Bagi masyarakat yang kurang mampu PLTS sangat penting, karena pembiayaannya murah dan perawatannya pun cukup murah," pungkasnya.

Baca juga: Mobil Minibus Ludes Terbakar di Tebo Ulu, Kerugian Capai Rp200 Juta

Baca juga: Serapan Anggaran Minim, Kepala BPKAD Muaro Jambi Minta OPD Memanfaatkan Waktu

Tanggapan Pengamat

Peneliti dan Pengamat Kebijakan Energi Surya dari Institute for Essential Services Reform (IESR) Daniel Kurniawan, mengatakan bahwa penggunaan lampu bertenaga surya, atau biasa dikenal dengan sebagai Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE), umumnya memang digunakan sebagai upaya awal penerangan daerah yang belum teraliri listrik dan sulit dijangkau untuk pembangunan jaringan (umumnya karena alasan teknis dan ekonomi).

Meskipun LTSHE ini praktis memberikan penerangan, kualitas akses listrik yang dapat diberikan pada umumnya masih belum sesuai dengan standar SDG 7, di mana LTSHE hanya baru bisa memberikan penerangan saja selama kurang lebih 6-8 jam per hari, dan belum untuk aktivitas sehari-hari bahkan aktivitas ekonomi yang produktif.

Hal ini perlu menjari sorotan Pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk PLN, agar dapat memberikan kualitas akses energi yang baik (dan bersih) guna meningkatkan kesejahteraan di daerah setempat.

"Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah membangun pembangkit PLTS off-grid yang dilengkapi dengan baterai penyimpanan sehingga kualitas akses listrik di Desa Renah Kemumu dan Koto Rawang bisa meningkat dan tidak hanya pada tingkat penerangan awal saja."

"Namun perlu dicatat bahwa proyek-proyek tersebut jangan hanya dibangun lalu lepas tangan saja tapi perlu diperhatikan operasi dan perawatannya selama setidaknya 15-20 tahun ke depan. Hal ini yang sering lalai terjadi atau dipikirkan kalau kami lihat di berbagai tempat." jelasnya. (Tribunjambi.com/Suci Rahayu PK)

 

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Dispora Kota Jambi Terima Kunjungan Pengkot Perbakin Kota Jambi

Baca juga: Mobil Minibus Ludes Terbakar di Tebo Ulu, Kerugian Capai Rp200 Juta

Baca juga: Proyek Pengolahan Limbah di Jambi Timur Tinggal Proses Penutupan Jaringan

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved