Berita unik

Negara Tanpa Uang Tunai, Belanja di Pasar Tradisional Gunakan Aplikasi

Ia mengatakan semua warga di sana hanya memerlukan aplikasi yang disebut WeChat, "Mereka juga menyebutnya aplikasi luar biasa," ungkapnya.

Penulis: M Fadli | Editor: M Fadli
Facebook Joe Hattab
Negara tanpa Uang Tunai 

TRIBUNJAMBI.COM - Diketahui, jika ingin membeli barang manusia harus memiliki uang.

Uang menjadi metode pembayaran yang sudah ada sejak lama.

Namun, ada satu negara yang akan beralih dari uang untuk metode pembayaran.

Negara tersebut bernama China, dan dalam kota bernama Shanghai, seorang vlogger menemukan hal luar biasa tersebut.

Dalam tayangan Facebook Joe Hattab, ia kaget melihat kota tersebut tidak menggunakan uang untuk pembayaran.

"Semua berfungsi dengan kode QR," ungkapnya.

Ia mengatakan semua warga di sana hanya memerlukan aplikasi yang disebut WeChat.

"Mereka juga menyebutnya aplikasi luar biasa," ungkapnya.

Hal tersebut digunakan dalam setiap transaksi pembayaran, mulai dari pasar tradisional hingga membayar tukang.

Seorang warga mengatakan membeli sesuatu dengan uang tunai adalah metode lama.

"Hanya orang tua yang tidak mengerti ponsel yang menggunakan uang tunai untuk pembayaran," katanya.

Bahkan jika ingin memberikan uang kepada tuna wisma, mereka tetap menggunakan aplikasi.

Baca juga: 1.540 Masyarakat di Jambi Tergraduasi dari PKH, Dinsosdukcapil: Dinilai Mampu dan Sudah Mandiri

Baca juga: Masuk Musim Panas, BPBD Sarolangun Jambi Imbau Tidak Membakar Lahan

Masyarakat Mengaku Nyaman

Masyarakat di Negeri Tirai Bambu itu sudah terbiasa menggunakan uang elektronik dengan cara menempelkan, menggesek, maupun menghubungkan uang elektronik dengan smartphone.

Diperkirakan hingga 2020, setidaknya setengah dari masyarakat China akan menggunakan ponsel pintar sebagai alat pembayaran.

Pergeseran kebiasaan tersebut adalah efek dari maraknya e-commerce dan smartphone, bahkan sudah memasuki wilayah pedesaan.

Dua hal tersebut menjadi sentimen positif dan akan membuat penetrasi sistem pembayaran non tunai terus berkembang.

Alat pembayaran paling terkenal di Tiongkok, yakni Alipay dan WeChat Pay, juga terus melakukan promosi agar penggunaan uang elektronik semakin bertambah, salah satunya dengan iming-iming cashback.

Sebuah riset yang dilakukan oleh perusahaan raksasa teknologi Tiongkok Tencent, Institut Studi Keuangan Chongyang di Universitas Renmin China, dan lembaga riset pasar Ipsos melaporkan bahwa 40 persen orang Tiongkok membawa uang tunai kurang dari 100 yuan atau sekitar Rp 200 ribu ketika bepergian.

Sementara 60 persen lainnya hanya menggunakan uang tunai sebesar 20 persen dari total konsumsi bulanan mereka.

"Lebih dari 70 persen responden mengaku bisa hidup lebih dari seminggu dengan hanya uang tunai 100 yuan China," tulis riset tersebut.

Selain itu, dalam riset tersebut juga disebutkan bahwa 84 persen masyarakat di Tiongkok merasa tidak bermasalah jika bepergian hanya dengan ponsel pintar tanpa membawa uang tunai.

Riset tersebut dilakukan pada tahun ini di 324 kota di Tiongkok dan menggunakan indeks berbeda, terdiri dari penggunaan uang nontunai di bidang transportasi, pendidikan, belanja hingga pengiriman makanan.

Mereka juga melakukan survei setidaknya pada 6.500 penduduk Tiongkok terkait kebiasaan menggunakan uang elektronik.

"Secara keseluruhan, Beijing berada di peringkat pertama untuk penetrasi masyarakat tanpa uang, diikuti oleh Shenzhen, Guangzhou, dan Shanghai. Kota-kota di Dongguan dan Foshan di provinsi Guangdong juga masuk ke dalam 10 besar," papar riset tersebut.

Dapatkan Berita Terupdate Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Resep Nasi Goreng Spesial Ala Rumahan, Tambah Udang dalam Bumbu Halus

Baca juga: Masuk Musim Panas, BPBD Sarolangun Jambi Imbau Tidak Membakar Lahan

 

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved