Berita Unik

Cerita Pilu di Balik Kemewahan Hong Kong, Ada "Rumah Sangkar" Menyedihkan

Dalam sebuah video yang diunggah di Facebook oleh Joe Hattab, terungkap bahwa tidak semua penduduk Hong Kong hidup dalam kemewahan.

|
Penulis: Muuhammad Ferry Fadly | Editor: Muuhammad Ferry Fadly
Facebook Joe Hattab
Rumah "sangkar" di Hong Kong 

TRIBUNJAMBI.COM - Hong Kong, provinsi otonom yang terletak di bagian tenggara Tiongkok di estuari Sungai Mutiara, telah dikenal dengan perkembangan ekspansifnya, pelabuhan laut dalam alami, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi.

Dengan populasi sekitar 7 juta jiwa yang tinggal di lahan seluas 1.104 km2 (426 sq mi), Hong Kong menjadi salah satu kota termaju di dunia.

Sebagian besar penduduk Hong Kong adalah etnis Tionghoa, dengan 93,6 persen dari total populasi.

Mayoritas penduduk Hong Kong yang berbahasa Kanton berasal dari Provinsi Guangdong di Tiongkok daratan, di mana mereka melarikan diri pada tahun 1949 ketika pemerintah Komunis mengambil alih kendali di Tiongkok.

Hong Kong juga dikenal sebagai kota maritim yang penting, menjadi jalur transit bagi kapal-kapal dagang.

Kota ini mencerminkan percampuran budaya Timur dan Barat, menciptakan atmosfer yang unik dan menarik.
Namun, di balik kemegahan ini, terdapat kisah memilukan yang mengharukan hati.

Dalam sebuah video yang diunggah di Facebook oleh Joe Hattab, terungkap bahwa tidak semua penduduk Hong Kong hidup dalam kemewahan.

Baca juga: Kemenag Jambi Imbau Keluarga Tidak Mengantar Calhaj Sampai ke Asrama Haji

Baca juga: Gudang Minuman Keras di Kota Sungai Penuh Digerebek Polisi, Ratusan Dus Miras Diamankan

Baca juga: Natasha Rizky Sebut Desta Orang Baik, Tepis Isu Orang Ketiga

Ada sebuah tempat tinggal yang sangat memprihatinkan yang dikenal sebagai "rumah sangkar" atau "rumah kandang".

Tempat tinggal ini sangat sempit dan tidak memadai.

"Di sini tidak ada cukup ruang, rumahnya sangat kecil," ucap vlogger dalam video tersebut.

Penduduk terpaksa tinggal di rumah-rumah tersebut karena harga tanah di Hong Kong sangat tinggi.

Dalam video tersebut terlihat bahwa rumah-rumah ini tidak memiliki dapur, hanya memiliki satu ruangan untuk tidur.
Untuk makan, para penghuni "rumah sangkar" harus membeli makanan karena tidak ada fasilitas memasak yang tersedia.

Sementara itu, fasilitas seperti toilet dan tempat mencuci menjadi kemewahan yang harus dibagi bersama.

Pendapatan yang sangat terbatas membuat para penghuni rumah sangkar tersebut harus menggunakan seluruh penghasilan mereka untuk membeli makanan.

Meskipun rumah-rumah ini berbentuk rangkaian kawat, bukan berarti harganya murah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved