Terapkan Digitalisasi, Etalase Foundation Buat Website hingga Pembayaran QRIS BRI
BRI adalah salah satu bank di Indonesia yang siap menuju digitalisasi, sistem QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard adalah standarisasi.
TRIBUNJAMBI.COM - Penerapan sistem digitalalisasi terus mengalami pergerakan dari berbagai aspek kehidupan. Hal ini juga turut direspon positif oleh masyarakat yang mengikuti perkembangan dunia digitalisasi seperti pada pusat perbelanjaan, pendidikan, kesehatan, pelayanan publik dan lainnya.
Perkembangan digitalisasi ini juga tidak dipungkiri berimbas pada sejumlah kegiatan yang pada awalnya menerapkan uang tunai sebagai pembayaran. Namun kini hal tersebut beralih pada cashless yang semakin mempermudah orang dalam bertransaksi.
BRI adalah salah satu bank di Indonesia yang siap menuju digitalisasi, sistem QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia adalah satu diantara digitalisasi yang sudah diterapkan oleh BRI.
Baca juga: Berkah Pinjaman KUR BRI, Leni Kembangkan Usaha Air Minum Isi Ulang
Hal ini juga turut diimbangi dengan respon sejumlah pihak yang mulai menerapkan pembayaran QRIS BRI satu diantaranya Etalase Foundation. Sistem QRIS BRI sangat diterima oleh Etalase Foundation, karena menilai bahwa QRIS BRI memberikan ruang bagi semua orang untuk melakukan pembayaran secara ringkas, mudah dan aman.
Etalase Foundation merupakan tempat yang menyediakan workshop, sharing dan juga tempat ngopi yang asik yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo No 16 Kelurahan Sungai Putri, Kota Jambi. Menurut Jhe Edhyanto selaku Founder pembayaran menggunakan sistem QRIS BRI ini sangat membantu.
"Di sini termasuk workspace, kebanyakan kawan-kawan tidak pegang duit cash. Pembayaran QRIS BRI ini sangat bisa diterima, dan cukup membantu kawan-kawan,”ungkapnya.
Disisi lain, Pemimpin Cabang BRI Kanca Jambi, Tomy Irawan mengatakan, BRI merupakan bank yang siap untuk menuju transformasi digital. Cukup dengan menggunakan HP semua transaksi bisa dilakukan.
"Kalau sasaran awal memang cafe karena itu untuk kalangan milenial. Jadi yang paling mudah untuk penetrasi, termasuk supermarket. Dari cafe, supermarket nanti akan merambat ke fashion," jelasnya.
Baca juga: Berkah Pinjaman KUR BRI, Leni Kembangkan Usaha Air Minum Isi Ulang
Manfaatkan Website Untuk Berbagi Informasi hingga Edukasi Tentang Kopi
Jhe Edhyanto, menyebut bahwa digitalisasi yang Ia lakukan tidak hanya melalui pembayaran, namun semua kegiatan yang ada di Etalase Foundation ini juga sudah ia bagi melalui sebuah website yang bisa diakses secara gratis dan mudah dilaman www.etalasekopijambi.com.
Kegiatan yang dilakukan Etalase Foundation selalu di update melalui website tersebut. Selain itu juga memberikan informasi sebagai edukasi bagi masyarkat tentang kopi.
"Kita memang ada content creator, ada production house dengan EO. Di ekosistem ini, website menjadi sharing informasi juga, untuk saling ngajarin bagaimana membuat sebuah konten," ungkap Jhe Edhyanto selaku Founder.
Website yang Ia bangun tidak hanya berisikan sebuah tulisan. Ia mengikuti pola tren digitalisasi bahwa kebutuhan akan pembaca juga harus didukung sebuah foto bahkan video. Ia menyadari bahwa melalui sebuah website informasi akan sangat mudah tersebar. Materi tentang konten ini Ia manfaatkan untuk promosi bagi pelaku UMKM yang jadi peserta workshop di Etalase.
"Peran-peran digital harus wajib kita lakukan, karena memang sudah jamannya. Secara aktivitas harus konsisten, kalau tidak akan tenggelam," ujarnya.
Baca juga: Dukungan BRI untuk UMKM di Jambi, Berikan Modal Lewat KUR hingga Berikan Pelatihan

Berikan Pelatiahan Wirausaha untuk Disabilitas
Etalase Foundation bukan hanya tempat yang menyediakan kopi tapi juga sebagai tempat pelatihan dan sharing tentang wirausaha dan kopi.
Jhe Edhyanto selaku Founder mengatakan di Etalase menyediakan program-program yang sifatnya penguatan sumber daya manusia.
"Lebih ke arah pendidikan non-akademis. Bagaimana bisa berperan untuk dapatkan soft skill. Semua orang punya hak untuk dapat ilmu dan pengetahuan," ungkapnya.
Saat ini sudah ada 25 angkatan yang mengikuti workshop di sini. Secara khusus ada 3 angkatan disabilitas yang telah mengikuti workshop wirausaha di Etalase.
Terbaru ada 16 orang dari disabilitas diantaranya tuna rungu, grahita dan daksa yang ikut pelatihan. Saat ini ada 4 orang yang mengikuti program penguatan. Selain itu ada peserta dari panti asuan dan pesantren juga.
"Materinya tentang wirausaha dengan pintu masuk kopi. Jadi mereka tidak mulu harus barista. Karena arah kita kan dia menjadi mandiri, bukan menjadi pekerja. Walaupun tidak segampang itu," ujarnya.
Untuk itu bagi mereka yang sudah mendapat workshop perlu intens dan konsisten untuk tetap sharing dan diskusi di sini.
Selain tempat workshop dan ngopi, di Etalase juga memiliki produk sendiri yaitu Bun Kopi Roastery. Biasanya didistribusikan ke kedai-kedai kopi yang ada di Jambi atau sebagai oleh-oleh.
Update berita Tribun Jambi di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.