Pilpres 2023
Menilik Peluang Cawapres Ideal Ganjar Pranowo
Peta persaingan cawapres pada Pilpres 2024 semakin ketat. Terlebih setelah penetapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo oleh PDIP dan PPP.
TRIBUNJAMBI.COM - Peta persaingan cawapres pada Pilpres 2024 semakin ketat.
Terlebih setelah penetapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo oleh PDIP dan PPP.
Pengumuman Ganjar Pranowo sebagai capres, menambah persaingan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
engan merujuk hasil survei elektabilitas, paling tidak terdapat 10 tokoh politik yang dipandang publik layak menjadi pasangan dari ketiga capres papan atas persaingan.
Kesepuluh tokoh tersebut memiliki beragam latar belakang dan kekuatan politik yang berbeda-beda.
Khusus bagi Ganjar, nama-nama seperti Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Erick Thohir, Airlangga Hartarto, Mahmud MD, Khofifah Indar Parawansa, Puan Maharani, dan Andika Perkasa disebut.
Bahkan pesaingnya, seperti Prabowo dan Anies juga disebut layak oleh sebagian pemilih.
Berdasarkan hasil survei, Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat yang kini menjadi kader Golkar, paling terbesar dipilih responden (16 persen) sebagai pasangan Ganjar Pranowo.
Jika ditelusuri kekuatannya, apa yang menjadi pilihan publik tergolong logis.
Baca juga: Ayu Ting Ting Ogah Terjun ke Dunia Politik, Tolak Tawaran Jadi Caleg Pemilu 2024
Baca juga: Hanya Rp 700 Ribu Sudah Bisa Bawa Motor Honda Baru
Selain dapat meningkatkan jumlah dukungan, keberadaan Ridwan Kamil pun mampu menutupi celah keterbatasan Ganjar Pranowo.
Memilih Ridwan potensial mengisi keterbatasan Ganjar dalam merangkul pemilih di Jawa Barat.
Berdasarkan survei Litbang Kompas, dari seluruh pendukung Ridwan di Jawa, sebesar 44 persen terkonsentrasi di Jawa Barat.
Selain itu, dari sisi karakteristik pemilihnya, Ridwan yang cenderung didukung kaum perempuan lebih banyak (56,1 persen) juga dapat menutupi keterbatasan Ganjar yang cenderung dipilih kaum laki-laki (53,5 persen).
Begitu pula, dari sisi pilihan partai politik pun, para pendukung Ridwan yang tersebar pada setiap partai politik menjadi nilai lebih bagi Ganjar.
Sekalipun kini menjadi bagian dari Golkar, pendukungnya berasal dari beragam latar belakang ideologi partai.
Pemilih Ridwan secara proporsional tersebar di PDI-P, Gerindra, Demokrat, Golkar, PKB, Nasdem, PKS, dan partai lainnya.
Proporsionalitas pendukung dari sisi latar belakang partai ini menjadi penting lantaran basis dukungan Ganjar yang selama ini cenderung terkonsentrasi pada PDI-P.
Namun, berpasangan dengan Ridwan tidak lepas dari sisi keterbatasan lainnya.
Ganjar-Ridwan justru membuat wilayah penguasaan semakin terkonsentrasi pada pemilih di Jawa.
Perluasan pengaruh di luar Jawa tidak banyak terjadi.
Celah keterbatasan Ganjar dapat pula tereduksi dengan kehadiran Sandiaga Uno.
Baca juga: Harga Pinang di Jambi Terus Anjlok, Pengamat Sebut Ini Penyebabnya
Dari sisi elektabilitas, diposisikan sebagai cawapres, Sandi masuk barisan tokoh papan atas. Dipasangkan dengan Ganjar, elektabilitasnya bersaing ketat dengan Ridwan.
Menariknya, dari sisi sebaran pendukungnya, agak berbeda dengan Ridwan.
Pendukung Sandi kini memang terfokus di Jawa, dengan konsentrasi yang menyebar, tetapi terbanyak di Jawa Timur.
Selain Jawa Timur, Banten juga tergolong tinggi. Sementara Jawa Barat sekalipun cukup signifikan, lebih kecil ketimbang Ridwan.
Di luar Jawa, wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi menjadi wilayah terbesar dari pendukung Sandi.
Konsentrasi pendukung Sandi yang tersebar di Jawa dan luar Jawa ini menjadi daya tarik yang dapat melengkapi keterbatasan Ganjar di wilayah tersebut.
Selain dari sisi sebaran wilayah, pencermatan terhadap latar belakang identitas dan kehidupan sosial pendukung Sandi pun memiliki nilai lebih terhadap Ganjar.
Dari sisi usia, misalnya, dukungan terhadap Ganjar yang tersegmentasi pada kaum muda, termasuk pemilih pemula, tetapi kurang pada kalangan yang berusia dewasa produktif (41-60 tahun) dapat tereduksi.
Pendukung Sandi, selain juga berada pada lapisan muda juga pada kalangan dewasa produktif (41-60 tahun).
Dari sisi pendidikan, kehadiran Sandi sebagai pasangan Ganjar memberi nilai lebih pada kehadiran kelompok pendidikan tinggi.
Hasil survei menunjukkan, selain didukung kalangan berpendidikan menengah, proporsi para pendukung berpendidikan tinggi terbilang besar.
Meskipun demikian, terdapat pula beberapa sisi keterbatasan jika Sandi berpasangan dengan Ganjar.
Proporsi dukungan kaum perempuan kepada Ganjar tergolong rendah, tidak tereduksi dengan kehadiran Sandi yang juga memiliki proporsi dukungan kaum laki-laki lebih besar.
Sisi pembeda lain ketimbang Ridwan, terlihat dari latar belakang pilihan politik pendukungnya.
Pendukung Sandi selain tersebar pada beragam pilihan partai politik, juga tampak sebagian merupakan pendukung partai-partai yang terbilang beroposisi dengan pemerintahan saat ini.
Para pemilih Demokrat dan PKS terbilang cukup signifikan yang menyatakan mendukung Sandi sebagai cawapres berpasangan dengan Ganjar.
Kehadiran para pendukung partai oposisi melalui Sandi menjadi semakin menarik jika dikaitkan dengan potensi semakin luruhnya keterbelahan politik yang terbangun selama ini.
Dalam hal ini, rekonsiliasi politik berpotensi terjadi sejalan dengan kehadiran pasangan Ganjar bersama Sandi.
Dari berbagai pertimbangan basis dukungan, tampak bahwa pasangan Ganjar-Sandi memiliki nilai lebih yang berpotensi meningkatkan dukungan pemilih.
Hanya saja, pada sisi lain, pasangan Ganjar-Ridwan pun memiliki nilai tawar yang juga besar dan mampu mereduksi keterbatasan yang dimiliki Ganjar.
Kedua sosok, baik Ridwan Kamil maupun Sandiaga Uno memang terbilang layak dipasangkan dengan Ganjar Pranowo.
Hanya saja, dalam persoalan kelengkapan modal yang dipertarungkan dalam arena politik pemilu mendatang, potensi penguasaan dukungan pemilih bukan satu-satunya ukuran yang dapat diandalkan.
Kalkulasi berbagai kapital lainnya menjadi penting, yang harus diberdayakan dalam penguasaan arena politik.
Salah satu kapital yang signifikan perannya, terkait dengan kapital ekonomi yang dapat diberdayakan dari setiap tokoh.
Berhitung potensi kapital ekonomi yang dimiliki, keberadaan Sandi menjadi relevan diperbandingkan.
Sandi, yang mengawali pertarungan politik sejak Pilkada DKI Jakarta 2017, mengaku banyak berkorban finansial.
Tatkala berpasangan dengan Anies Baswedan, misalnya, ia pernah mengungkapkan sudah mencapai Rp 108 miliar dikeluarkan dari kocek pribadinya.
Berikutnya, tampilnya Sandiaga Uno dalam persaingan Pemilu 2019, berpasangan dengan dengan capres Prabowo Subianto pun menarik dicermati.
Secara material, tidak kurang banyak yang ia telah korbankan.
Menilik harta kekayaannya, misalnya, perubahan tampak kontras.
Berdasarkan laporan kekayaan pada KPK, Februari 2021 lalu, total harta kekayaan Sandiaga sekitar Rp 3,81 triliun.
Jumlah tersebut, menurun dibandingkan dengan laporan kekayaannya pada Agustus 2018, yang tercatat masih sekitar Rp 5,01 triliun.
Artinya, dalam periode pemilu presiden lalu, tidak kurang satu triliun hartanya susut.
Suatu jumlah penurunan harta teramat besar, yang bisa jadi tidak pernah dialami oleh tokoh politik mana pun di negeri ini.
Dalam soal memberdayakan kapital ekonomi, Sandiaga Uno memang potensial.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Viral Video Warga Batanghari Tanam Pohon Pisang di Jalan Sridadi: Banyak yang Jatuh
Baca juga: Harga Pinang di Jambi Terus Anjlok, Pengamat Sebut Ini Penyebabnya
Baca juga: Setelah Cuti Lebaran, Bupati Batanghari Imbau ASN Tingkatkan Kinerja
Viral Video Warga Batanghari Tanam Pohon Pisang di Jalan Sridadi: Banyak yang Jatuh |
![]() |
---|
Rapat Paripurna LKPj Bupati Batanghari, Berikut Beberapa Catatan dari Anggota DPRD |
![]() |
---|
Setelah Cuti Lebaran, Bupati Fadhil Arief Imbau ASN Batanghari Tingkatkan Kinerja |
![]() |
---|
Arus Balik Lebaran, Honda Thamrin Jambi Siapkan Promo Diskon Servis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.