Jalankan Misi Kemanusiaan di Gempa Turki dan Suriah, Polri Kirim 26 Personel Tenaga Medis dan DVI

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kirimkan personil ke Turki dan Suriah untuk menjalankan misi kemanusiaan.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist
Suasana pasca Gempa di Turki dan Suriah 

TRIBUNJAMBI.COM - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kirimkan personil ke Turki dan Suriah untuk menjalankan misi kemanusiaan.

Misi tersebut atas gempa yang terjadi di kedua negara tersebut.

Jumlah personil yang dikirimkan sebanyak 26 orang.

Pernonel yang dikirimkan tersebut didominasi oleh tenaga medis dan DVI.

Petugas medis yang dikirimkan tersebut untuk memberikan perawatan kepada korban gempa di Turki dan Suriah.

Kabaharkam Polri Komjen Pol Arief Sulistyanto menyampaikan nantinya puluhan personel itu bakal di bawah koordinir oleh Basarnas dan BNPB yang juga bakal berangkat dalam misi kemanusiaan tersebut.

"Polri mengirimkan 3 unsur yang diminta di dalam rapat kemarin. Pertama tim medis, tim DVI dan ketiga tim K-9. Jumlah tim ini ada 21 orang ditambah dengan kasatgas dan staf sehingga total ada 26 orang," ujar Arief di Lapangan Baharkam Polri, Jakarta, Kamis (9/2/2023).

Baca juga: Penanganan Korban Gempa Turki Dinilai Lamban, Recep Tayyip Erdogan Akui Ada Masalah

Dijelaskan Arief, mayoritas personel Polri yang dikirimkan berasal dari tim medis yang rinciannya 3 dokter umum, 1 dokter spesialis otorpedi, 1 dokter spesialis anatesi dan 6 perawat ahli.

Lalu, tim Disaster Victim Identification (DVI) yang berjumah 7 orang, 3 dokter spesialis odontologi, dan 1 dokter spesialis forensik.

"Tim K-9 atau anjing pelacak sementara dari Basarnas diminta 2 unit karena nanti disana juga ada dari negara-negara lain untuk bergabung. 2 unit dengan pawang 4 orang," jelas Arief.

Lebih lanjut, Arief menambahkan pihaknya pun terus memeriksa kesiapan dan perlatan teknis, perlengkapan kepada para personel untuk hadapi kondisi cuaca dengan minus 9 derajat.

"Kami harus mempersiapkan perlengkapan perorangan untuk mampu bertahan di tempat yang sangat dingin kemudian juga untuk anjing pelacak atau K-9 sudah kami lengkapi dengan baju penghangat dan ada bantal penghangatnya yang akan menambah kekuatan mereka kekuatan K-9 ini," jelasnya.

Penanganan Gempa Lamban

Pasca gempa, Pemerintah Turki dibanjiri kritikan oleh warganya karena bergerak lamban sehingga banyak korban gempa yang belum dievakuasi.

Mengenai hal ini, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui ada masalah dengan tanggapan awal pemerintahnya terhadap gempa dahsyat M 7,8 di Turki selatan.

Erdogan melontarkan respons di tengah kemarahan dari mereka yang terdampak gempa.

Baca juga: Suasana Setelah Terjadi Gempa, Begini Kondisi 11 Mahasiswa Asal Jambi yang Kuliah di Turki

Warga terdampak memprotes lambatnya kedatangan tim penyelamat.

Erdogan, yang mencalonkan diri dalam pemilihan pada Mei mendatang, mengatakan dalam kunjungan ke zona bencana bahwa operasi penyelamatan berjalan normal.

Ia berjanji tidak akan ada yang kehilangan tempat tinggal.

Sejauh ini, jumlah korban tewas gabungan di Turki dan negara tetangganya, Suriah, naik di atas 11.000 orang.

Di seantero Turki selatan, orang-orang mencari perlindungan sementara.

Mereka juga membutuhkan makanan dalam cuaca musim dingin yang membekukan.

Mereka masih diliputi kesedihan di tumpukan puing tempat keluarga dan teman mungkin terkubur.

Tim penyelamat masih menggali beberapa orang yang selamat dan tewas.

Ada pemandangan dan keluhan serupa di negara tetangga Suriah.

Di mana dampak gempa besar hari Senin (6/2/2023) juga dirasakan negara itu.

Korban tewas dari kedua negara diperkirakan akan bertambah.

Baca juga: Gempa Jayapura Papua Kamis Siang, 4 Orang Dilaporkan Tewas

Ratusan bangunan yang runtuh di banyak kota telah menjadi kuburan bagi orang-orang yang tertidur di rumah saat gempa melanda pada dini hari.

Di kota Antakya, Turki, puluhan jenazah dan beberapa di antaranya ditutupi selimut dan seprai.

Lainnya di kantong jenazah, dibariskan di tanah di luar rumah sakit.

Keluarga di Turki selatan dan di Suriah menghabiskan malam kedua dalam cuaca dingin yang membekukan.

Banyak orang di zona bencana telah tidur di mobil mereka atau di jalan-jalan dengan selimut.

Mereka takut akan gempa susulan.

Bencana ini menjadi gempa paling mematikan di Turki sejak 1999.

Apalagi ditambah gempa susulan beberapa jam kemudian.


Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Verrell Bramasta Bakal Nyaleg di Jabar Pada Pemilu 2024: Siap Perjuangkan Aspirasi Millennial

Baca juga: Polisi Ungkap Sindikat Pemalsuan SIM hingga Sporadik di Jambi, Tiga Warga Kota Jambi Ditangkap

Baca juga: Dinas LH Merangin Pekerjakan 220 Petugas Kebersihan, Memiliki Tugas Berbeda

Baca juga: Dinas LH Merangin Pekerjakan 220 Petugas Kebersihan, Memiliki Tugas Berbeda

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved