Berita Selebritis

Profil dan Biodata Raditya Dika, Tak Menyerah Meskipun Tulisannya Beberapa Kali di Tolak

Biodata Raditya Dika Nama: Dika Angkasaputra Moerwani Nasution Tanggal Lahir: 28 Desember 1984 Pekerjaan: Komedian, penulis, sutradara, pro

Penulis: Muuhammad Ferry Fadly | Editor: Muuhammad Ferry Fadly
ist
Raditya Dika 

TRIBUNJAMBI.COM - Raditya Dika mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award.

Radit juga pernah meraih Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat.

Dari pengalaman itu, ia mencetak tulisan-tulisannya di blog kemudian ia menawarkannya ke beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku.

Awalnya banyak yang menolak, tetapi kemudian ketika ia ke Gagasmedia, sebuah penerbit buku, naskah itu diterima, meski harus presentasi dahulu.

Radit sukses menjadi penulis dengan keluar dari arus utama (mainstream).

Ia tampil dengan genre baru yang segar

Yang membuat ia berbeda dari penulis lain adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setiap bukunya.

Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang.

Bagi Radit, ini adalah selling point-nya.

Baca juga: Wajar Nikita Mirzani Tak Koar-koar Lagi, Ternyata Uang Rp 100 Juta Sudah Dikembalikan Bunda Corla

Dilansir dari Wikipedia, Berikut Biodata Singkat Raditya Dika

Nama: Dika Angkasaputra Moerwani Nasution

Tanggal Lahir: 28 Desember 1984

Pekerjaan: Komedian, penulis, sutradara, produser, penulis skenario, pebisnis

Karier:

Buku pertamanya sempat tidak terlalu laku

ni, menurut Radit, adalah risiko masuk dalam genre baru.

Radit kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola.

Selain itu ia juga gencar promosi dari mulut ke mulut (word of mouth).

Radit meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radit.

Jadilah ini sebuah strategi pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya.

Menurut Radit, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai.

Kemudian, pemasaran diserahkan kepada penerbit. Sebaliknya, penulis seharusnya juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman.

Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus bisa laku di pasaran.

Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang perlu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.

Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan.

Menurut Radit, hambatan bukan hanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal.

Artinya, lawan dari industri buku bisa jadi bukan industri buku lain tetapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain.

Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan membelanjakannya untuk buku.

Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film di bioskop atau membeli makanan cepat saji.

Dan yang jelas, buku bukan pilihan utama.

Baca juga: Maia Estianty dan Irwan Mussry Sepakat Tidak ingin Memiliki Anak: Mau menikmati masa tua

Bagi Radit hal ini memang sudah lazim.

Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak kreatif.

Baginya, kompetisi yang ada adalah kunci untuk berinovasi.

Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.

Dapatkan Berita Terupdate Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Netizen Tagih Janji ke Nikita Mirzani Jika Uangnya Dikembalikan Bunda Corla: Katanya Mau Dibagi-bagi

Baca juga: Maia Estianty dan Irwan Mussry Sepakat Tidak ingin Memiliki Anak: Mau menikmati masa tua

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved