Profil Abdul Manap, Pejabat Gubernur Jambi di Masa Sulit, Pernah Panggil Nurdin Hamzah Saat Rapat
Di situs Pemerintah Provinsi Jambi tertulis bahwa Abdul Manap menjadi Pejabat Gubernur Jambi pada 1967-1968. Tapi, Tribun menemukan dokumen berbeda
Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
Ketika Indonesia mengalami masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru, di periode itulah Abdul Manap ditunjuk sebagai Pejabat Gubernur Jambi. Ia menggantikan Gubernur M Joesoef Singedekane (1957-1967) yang dikenal dekat dengan Bung Karno. Seperti apa kiprahnya semasa menjadi Pejabat Gubernur Jambi?
Foto diri Abdul Manap muda terpajang di ruang tamu rumah anaknya, Hartman Manap. Potret tersebut diambil setelah Abdul Manap menyelesaikan pendidikan perwira polisi Jepang (Syonanto) di Singapura tahun 1942. Tak heran topi yang dikenakan Abdul Manap khas topi polisi Jepang di zaman penjajahan. Seragam polisi yang dikenakan dilengkapi selempang.
Di meja ruang tamu itu pula, Hartman membawa sejumlah peninggalan terkait dengan Abdul Manap. Barang-barang itu ia perlihatkan kepada Tribun. Setumpuk tebal foto hitam putih dan sebuah buku agenda harian yang di sampulnya tertulis tahun 1966.
“Ini buku harian bapak saya,” ucap Hartman (76), Selasa (3/1).
Buku itu berisi kegiatan Abdul Manap. Apa yang ia alami, ia rasakan ditulis di buku tersebut. Tanggal dan hari ia tulis di bagian atas. Barulah di bawahnya ia ceritakan apa yang ia alami hari itu.
Lazimnya tulisan orang tempo dulu, tulisannya bergaya halus kasar. Bagi anak zaman sekarang, barangkali perlu usaha agak ekstra untuk membacanya.
Di situs Pemerintah Provinsi Jambi tertulis bahwa Abdul Manap menjadi Pejabat Gubernur Jambi pada 1967-1968. Ia menggantikan gubernur sebelumnya, M Joesoef Singedekane.
Walakin, Hartman Manap yakin ayahnya menjabat sebagai Pejabat Gubernur Jambi sejak tahun 1966. Hartman masa itu masih duduk di bangku SMA. Artinya ia sudah mampu mengingat dengan baik peristiwa yang terjadi. Selain itu ia juga mendasarkan pada buku harian atau agenda Abdul Manap.
Dari sejumlah dokumen yang Tribun lihat, terlihat bahwa Abdul Manap sudah menjadi Pejabat Gubernur Jambi di tahun 1966. Hartman mewarisi sejumlah arsip tersebut.
Misalnya pada dokumen yang berisi penyusunan komposisi DPRGR Provinsi Jambi. Dokumen itu bertarikh 29 Agustus 1966. Dokumen itu ditandatangani oleh Abdul Manap dan dibubuhi stempel basah Gubernur Provinsi Jambi.
Di atas nama tokoh pendiri Jambi tersebut tertulis "Pds.Gubernur Propinsi Djambi". Pds merupakan akronim dari pedjabat sementara.
Bahkan perihal mengenai pengangkatan Abdul Manap sebagai Pejabat Gubernur Jambi tertulis di buku itu. Ia bilang pada Mei 1966 ayahnya dan Joesoef Singedekane dipanggil Menteri Dalam Negeri Basuki Rahmat.
Di Kementerian Dalam Negeri itulah menurut Hartman, pria yang ia panggil papa itu dilantik sebagai Pejabat Gubernur Jambi. Ia diangkat menjadi Pejabat Gubernur Jambi berdasarkan Surat Keputusan Presiden Indonesia Nomor 103/1966 tertanggal 12 Mei 1966.

Proses penunjukkan, pelantikan yang tiba-tiba itu menurutnya tidak hanya mengejutkan Abdul Manap tapi juga M Joesoef Singedekane. Sayangnya, Tribun belum mendapat data pembanding terkait apa yang disampaikan Hartman tersebut.
Ada selang waktu antara pelantikan di Jakarta dan serah terima jabatan gubernur di Jambi. Di buku harian Abdul Manap tertulis serah terima dilakukan pada 16 Juli 1966.
“16 Juli. Hari Saptu. 9.30 pagi. Bapak Kementerian Dalam Negeri dengan rombongan mendarat dilapangan Paal Merah. Diadakan serah terima antara gubernur lama M.J Singedekane dengan Pd Gub H A Manap.” Begitu salah satu isi halaman buku harian tersebut.
Baca juga: PJ Bupati Muaro Jambi Hadiri Paripurna HUT Provinsi Jambi ke-66
Kondisi kepemimpinan nasional saat itu memang periode transisi Sukarno ke Soeharto. Letjen Soeharto berbekal Supersemar mulai menunjukkan powernya.
Lepas dari soal pelantikan tersebut, yang jelas tak lama setelah Abdul Manap menjabat, kondisi perekonomian tidak sedang baik-baik saja. Hartman mengenang peristiwa yang ia saksikan di rumah orangtuanya di kawasan Melati, Kota Jambi.
“Saat itu ada rapat di rumah,” kata Hartman yang menyaksikan rapat tersebut. Rapat bersama sejumlah pejabat di Jambi itu membahas agar stok bahan pokok di Jambi tercukupi.
Sementara ketika itu inflasi sedang tinggi, harga-harga mahal dan stok bahan pangan sedikit. Bahkan, menurut Hartman, keuangan Pemerintah Provinsi Jambi pun tidak dalam kondisi yang baik.
Di tengah rapat Hartman remaja menyeletuk. “Pa, kan ado Om Nurdin Hamzah,” celetuk Hartman.
Untuk diketahui Nurdin Hamzah adalah ayah dari mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin. Nurdin Hamzah seorang pengusaha distributor aneka kebutuhan pokok. Kelak, Nurdin Hamzah dan Abdul Manap menjadi besan.
Baca juga: Gubernur Jambi dan Pemkab Tanjabbar Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran
Pendek cerita, dipanggillah Nurdin Hamzah ke rumah Abdul Manap. Selain Nurdin, ada dua pengusaha lagi yang ikut hadir. Menurut Hartman oleh tiga pengusaha itulah kemudian didatangkan aneka bahan kebutuhan pokok dari Singapura.
Hartman mengenang salah satu langkah yang diambil ayahnya saat menjadi gubernur adalah memanggil orang-orang Jambi di luar daerah untuk kembali dan mengabdi.
Salah satu yang ia sebut adalah Abdul Muthalib. Abdul Muthalib kelak menjadi Bupati Bute (Bungo Tebo).
“Saya ingat itu yang bapak saya lakukan. Dipanggilnya orang-orang Jambi untuk bekerja. Abdullah Hich (mantan Bupati Tanjung Jabung Timur, juga pernah cerita soal ini,” ujar Hartman.
Gubernur Jambi Al Haris mengakui sepak terjang baik yang dilakukan Abdul Manap. Ia mengajak masyarakat meneladani nilai-nilai yang ditanamkan oleh Haji Abdul Manap.
Al Haris menyampaikan bahwa tak mudah meraih jabatan gubernur pada masa itu. Menurutnya Abdul Manap seorang pejuang Jambi. "Dan itu sudah jelas, beliau memiliki kiprah yang luar biasa. Tidak mudah waktu itu putra Jambi asli mendapat posisi jadi Gubernur Jambi," kata Haris kepada Tribun, Kamis (5/1).
Memang, faktanya putra kelahiran Muara Talang, Kabupaten Merangin itu menjadi putra asal Jambi pertama yang menjadi Gubernur Jambi. Selain itu, Al Haris mengatakan nilai-nilai dari Abdul Manap menurun kepada keluarga hingga keturunannya.
Haris pun mengajak masyarakat di moment HUT ke-66 Provinsi Jambi tahun ini untuk meneladani perjuangan Abdul Manap.
"Apa yang beliau miliki, dicontoh dan diteladani anak-anak Jambi ke depan," pungkasnya.
Abdul Manap lahir pada 1908. Anak-naknya tak tahu kapan tanggal dan bulan kelahiran orang tuanya itu. "Di daftar riwayat hidupnya tertulis tahun lahir 1908, tidak ada tanggal dan bulan," ujar Hartman.
Jejak karier Abdul Manap di pemerintahan terbilang panjang dan di banyak tempat.
Pada 1956 misalnya, ia diangkat menjadi Bupati Merangin. Adapun sebelum ia menjadi gubernur, Abdul Manap bertugas di kantor Gubernur Provinsi Jambi. Jabatannya, pada masa sekarang kurang lebih sama dengan Kepala Biro Umum. Pangkatnya saaty itu pegawai Tinggi Ketatapradjaan TK I atau F.V.
Jauh sebelum itu, setelah Proklamasi Kemerdekaan ia merupakan Kepala Polisi di Muara Bungo. Ia juga diangkat sebagai Ketua Dewan Perjuangan Rakyat dalam Komite Nasional Kewedanaan Muara Bungo.
Baca juga: WIKIJAMBI: Pasukan Selempang Merah di Tungkal, Saat Salat Jumat Tiba-tiba 6 Kapal Belanda Mendarat
Ayah dari mantan Wali Kota Jambi Arifien Manap itu juga pernah menjadi wedana di tiga daerah; Muara Tembesi, Muara Bungo dan Muara Tebo.
Lulusan pendidikan perwira polisi Jepang di Singapura itu, juga pernah menjadi Ketua Staf Pertempuran Gurilja di Muara Tebo berdasarkan surat Komandan Sub Teritorial Djambi tanggal 1 Mei 1945.
Di dunia pendidikan ia pernah menjadi Pejabat Rektor IAIN Al Djamiah (sekarang UIN STS).
Di masa awal-awal Universitas Jambi, saat Unja masih menerakan Dewan Presidium pada 1963-1977, Abdul Manap juga menjadi Dewan Presidium. Jabatan ini juga diemban oleh tiga Gubernur Jambi lainnya. (deddy rachmawan/wira dani damanik)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.