Kisah Kapolda Jambi Urungkan Cita-cita Dokter Karena Ibu Penjual Cendol dan Minta Restu Masuk Akpol

Masa kecilnya pernah ia habiskan untuk berjualan cendol hingga karier sang ayah di kepolisian dengan pangkat terakhir Iptu

Penulis: Aryo Tondang | Editor: Rahimin
tribunjambi/aryo tondang
Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Tribun Jambi Sulistiono. 

Irjen Pol Rusdi Hartono mungkin tidak pernah bermimpi akan menjadi jenderal. Lahir dari keluarga sederhana, akhirnya anak yang pernah berjualan cendol itu bisa menjadi jenderal

Irjen Pol Rusdi Hartono belum lama menjadi Kapolda Jambi.

Ada kisah menarik dari sosok perwira tinggi ini.  Menjadi seorang jenderal ternyata tidak selalu lahir dari kalangan orang berada dan punya latar belakang keluarga yang berpengaruh.

Kisah sebaliknya justru datang dari Kapolda Jambi, Irjen Pol Rusdi Hartono.

Irjen Pol Rusdi Hartono resmi dilantik Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolda Jambi pada Selasa 18 Oktober 2022 lalu di Mabes Polri.

Mengulik lebih jauh, Irjen Pol Rusdi Hartono ternyata terlahir dari keluarga sederhana.

Masa kecilnya pernah ia habiskan untuk berjualan cendol hingga karier sang ayah di kepolisian dengan pangkat terakhir Iptu yang bertugas di Polda Metro Jaya, yang hanya mengurus surat menyurat.

Sementara sang ibu, sudah selalu berdagang sejak Rusdi kecil, mulai dari dagang nasi uduk, gorengan serta berjualan cendol untuk membantu kehidupan keluarga.

Baca juga: Dua Masalah Ini Yang Menjadi Konsentrasi Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono

Sejak kecil, hingga masuk pendidikan tingkat SMA, Rusdi sangat mencintai mata pelajaran biologi, semua hal yang berkaitan dengan biologi dia pelajari dengan senang.

Hingga, Rusdi remaja menjadi tempat bertanya teman-temannya setiap kali pelajaran biologi.

Namun, niatnya untuk melanjutkan kuliaj di Fakultas Kedokteran terpatahkan, saat dirinya melihat sang ibu hanya berdagang cendol, nasi uduk serta gorengan.

Ia menggumam dalam hati, dirinya tidak akan mampu masuk kedokteran, sehingga ia menjadikan sosok sang ayah yang juga Polisi menjadi pedoman.

Kepada Tribunjambi.com, Irjen Pol Rusdi Hartono menceritakan kehidupannya dahulu, yang harus membantu keluarga dalam kehidupan sehari-hari, hal itu dilakukan, karena didikan sang ayah untuk bekerja jujur dan ikhlas.

Pengabdian dan kejujuran sang ayah sebagai anggota Polri, jadi motivasi dan pegangan kuat Irjen Pol Rusdi Hartono hingga saat ini. 

Berikut kutipan wawancara khusus Pemimpin Redaksi Tribun Jambi, Sulistiono alias Bang Mandor dengan Irjen Pol Rusdi Hartono:

Gimana rasanya tugas di Jambi?

Rusdi: Tentunya ini menjadi bagian ketika pimpinan memberi kepercayaan kepada saya, dan saya wajib melaksanakan itu dengan sebaik-baiknya. Dan sampai sekarang masih berjalan sesuai dengan rencana.

Apakah sebelumnya pernah ke Jambi?

Rusdi: Sebelumnya saya pernah sekali ke Jambi, waktu proses atuopsi ulang Almarhum Brigadir Yosua, waktu itu saya dari Sespim Polri, itu yang pertama. Dan yang kedua sudah jadi Kapolda.

Kesan tentang Jambi, setelah menjabat sebagai Kapolda?

Rusdi: Pertama saya lihat masyarakatnya sangat terbuka, segala sesuatunya bisa dimusyawarahkan. Saya rasa ini menjadi sesuatu yang baik, ketika masyarakat bterbuka dengan Polri, tentunya dengan keterbukaan ini kita menjadi tahu, Polri harus melakukan apa, dan ketika kita melakukan sesuatu masyarakat juga tidak segan-segan memberikan apresiasi.

Dan ini hal yang bagus dan wajib dipelihara, masyarakat terbuka dan kita cepat meresponnya. Itu untuk masyarakat, juga kepada unsur-unsur Forkopimda di daerah juga kompak, mulai dari Gubernur, Danrem, Ketua DPRD, Kejaksaan Tinggi, Pengadioan Tinggi, semua kompak. Saya rasa situasi yang kondusif di Jambi.

Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono saat berkunjung ke Polres Tanjung Jabung Timur, Senin (28/11/2022).
Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono saat berkunjung ke Polres Tanjung Jabung Timur, Senin (28/11/2022). (tribunjambi/rifani halim)

Sebenarnya, Jenderal Rusdi asal dari daerah mana?

Rusdi: Saya sebenarnya darah saya darah Jawa Tengah, bapak saya Banyumas dan ibu saya Pemalang. Hanya saja waktu itu orangtua saya mencari nafkah di Jakarta, sehingga saya lahir di Jakarta.

Kalau orangtua pekerjaannya apa?

Rusdi: Bapak saya Polisi juga dan ibu saya hanya ibu rumah tangga biasa. Jadi darah saya mengalir dari bapak saya untuk menjadi anggota Polisi.

Tugas ayah terakhir di mana?

Rusdi: Dulu bapak saya tugas di Polda Metro, terakhir saya ingat bagian tata urusan dalam, sampai beliau pensiun hanya mengurusin surat menyurat, mulai dari surat masuk dan surat keluar, mengagendakan surat, ya kerjanya begitu sampai pensiun.

Pangkat terakhir ayah di kepolisian apa?

Rusdi: Pangkat terakhir ayah saya itu Lettu atau Iptu. Saya alhamdulillah ya, ayah saya Letnan Satu, saya sampai saat ini bintang 2, ya alhmadulillah patut saya syukuri. Dan doa orngtua saya terkabul untuk saya

Apa motifasi dari kecil, sehingga mau masuk Polisi?

Rusdi: Sebenarnya saya melihat sosok bapak saya anggota Polri waktu itu, sosok yang dispilin, bekerja hanya sesuai dengan tugasnya saja, punya idealisme, sehingga yang dibawa pulang waktu itu hanya gaji saja, yang di mana gaji kepolisian saat itupun masih penuh dengan kekurangan.

Ia harus menghidupi anak-anaknya lima orang, sehingga dengan situasi demikian, kita hidup dengan apa adanya.  pada sisi lain juga saya melihat ibu saya, ketika gaji yang dibawa oleh suaminya tidak cukup, ya berfikir bagaimana untuk mencari tambahan.

Sehingga sejak saya kecil, saya sudah lihat ibu saya mulai berdagang, mulai dari menjual es cendol, pisang goreng dan nasi uduk, apapun yang bisa menambah penghasilan keluarga.

Bagaimana kehidupan masa kecil bapak dahulu, dengan kondisi tersebut?

Rusdi: Jadi dulu itu, kalau saya pulang sekolah (SD) saya diberi waktu untuk dagang cendol. Jadi waktu itu dari jam 12 sampai jam 2 saya diberi waktu untuk jaga dagangan itu.

Kalau ada pembeli, karena saya sudah diajari oleh ibu saya, bagaimana menuangkannya, cendolnya berapa, gulanya berapa sendok, santannya berapa, itu sudah diajari oleh ibu saya, sehingga siapapun pembeli saya melayani itu. Itu menjadi bukti saya untuk bangkit.

Baca juga: Polres Jajaran Jalankan Instruksi Kapolda Jambi, Banyak Pelaku PETI Berhasil Ditangkap

Masih ingatkah itu di tahun berapa?

Rusdi: Itu seingat saya masih di Tahun 80an.

Jualannya di mana?

Rusdi: Jualannya di depan rumah, di asrama Polisi Ciracas, Jakarta Timur, ya ibu saya memanfatkan ruang kosong yang ada untuk berjualan.

Terkhir membantu ibu?

Rusdi: Sampai saya lulus SMA, ibu masih berdang.

SMA masih membantu berdagang?

Rusdi: Masih, jadi ketika orangtua saya pensiun saat saya masih di kelas dua SMP, dan pensiun kan sangat kecil gak mencukupi untuk anak-anaknya yang 5 ini, sehingga ya itu tadi, pensiun berdagangnya malah getol, mulai dari jual nasi uduk, lontong sayur, pisang goreng.

Bapak anak nomor berapa?

Rusdi: Saya anak nomor 5, saat ayah saya pensiun baru kakak saya yang jadi polisi, dan waktu itu masih Bintara, dan yang lain masih sekolah.

Dari situ saya melihat dan banyak belajar, kesederhanan dan perjuangan. Dahulu, kenapa terpikir masuk Polisi, khususnya Taruna Akpol (Dahulu AKABRI)?

Rusdi: Justru sewaktu saya SMA, justru saya senang belajar biologi, sampai guru itu bilang kalau siswa lain tidak mengerti suru tanya ke saya.

Pernah terfikir jadi seorang dokter?

Rusdi: Dulu, terus terang saja saya merasa cocok jadi dokter, karena saya pelajari betul itu biologi.

Tetapi waktu itu, saat saya pulang sekolah, saya lihat ibu saya berdagang di depan rumah, apa iyaa anak penjual nasi uduk bisa kuliah di kedokteran. Tapi, sisi lain, saya harus punya masa depan juga, jadi saya cari pendidikan yang dibiayai negara, setelah selesai pendidikan kita langsung kerja.

Jadi saya putuskan untuk masuk AKABRI waktu itu. Saya kerjakan semua sendiri, setiap mau tes waktu itu, saya selalu memohon doa orangtua.

Saat saya mau tes itu, saat subuh, saya pamit ke orangtua. Waktu itu, ibu dan bapak saya duduk di depan rumah saat saya mau berangkat tes.

Apa pesan orangtua waktu itu?

Rusdi: Waktu itu, bapak saya seslalu ingatkan saya, dia bilang begini "Tono (panggilan Rusdi), kamu jangan lihat kanan, depan dan belakang kamu. Waktu itu, mereka sampai meneteskan air.mata sambil berkata doa mereka menghantarkan saya pada cita-cita saya.

Berapa kali mengikuti tes?

Rusdi: Ya ini, saya percaya dia ayah dan ibu itu yang bisa menghantarkan saya, waktu itu tes di Jakarta ada 8 ribu peserta, yang lulus tingkat daerah 398 termasuk saya, lalu dikirim ke Magelang, dan hanya tersisa 195 orang.

Doa bapak dan ibu kamu, yang bisa mengahntarkan kamu.

8 ribu, lulis 398, dkrim ke magelang, dan hanya lulus 125, dan saya lulus taruna Akpol, dan saya jalani itu pada Tahun 1988.

Waktu masuk Polri, apa yang ada di benak Jenderal kalau masuk Polri?

Rusdi: Ya, saya lihat apa yang dilakukan bapak saya sendiri, bagaimana polisi itu melayani masyarakat. Itu sangat mulia sekali, ketika masyarakat datang butuh pelayanan lalu Polri melayaninya.

Dan saya lihat itu bertumbuh baik, jadi mengapa tidak saya meneruskan apa yang menjadi pekerjaaan ayah saya.

Siapa saja teman seangkatan yang saat ini menjabat di Kepolisian?

Rusdi: Sekarang ini, ya tentunya pak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kadiv Propan Irjen Syahardiantono, ada Asisten Logistik, 

Untuk yang menjabat Kapolda teman angkatan saya itu ada Kapolda Metro, Kapolda Riau, Kapolda Kaltara dan Kapolda Kalsel, itu teman satu pendidikan saya.

Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono menerima cinderamata dari Pemimpin Redaksi Sulistiono, Senin (25/10/2022) pagi.
Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono menerima cinderamata dari Pemimpin Redaksi Sulistiono, Senin (25/10/2022) pagi. (tribunjambi/aryo tondang)

Apa pengalaman paling berkesan, selama bertugas dari Ipda sampai jenderal bintang dua?

Rusdi: Nah, saya ingat waktu itu saya Perwira Samapta sedang piket di Polres Kendal, Jawa Tengah.

Jadi sebelum subuh, saya ke rumah dulu baru ke kantor, dan di depan rumah saya memang ada gerobak penjual rokok, sekira jam 04:00 WIB, saya lihat di grobak rokok sudah ada orang, saya pikir itu pemiliknya. Saya balik ke rumah, tapi di dalam kamar saya resah, bertanya, itu siapa, itu pemilik atau orang lain.

Untuk menjawab pertanyaan saya, saya keluar, saya pakai kaos, saya keluar bawa senjata. Saat saya mendekat, saya dan orang tersebut saling bertatapan. Dan waktu itu, dia lari dan saya langsung kejar. Saya kejar, saya buang tembakan peringatan dia langsung tiarap dan minta ampun.

Nah, itu pengalaman yang paling berkesan, tangkapan pertama saya dan pemilik gerobak ucapkan terimaksih, karena sudah sering kemalingan dan baru tertangkap kali ini.

Tentang Jambi, waktu dapat tugas di Jambi, apa yang Jendral tangkap tentang Jambi, dan apa prioritas?

Rusdi: Tentu ketika saya masuk sini, saya sudah punya data, ada intel dasar, apa dan bagimana, permasalahan apa saja yang ada di Jambi, saya pelajari.

Tidak rahasia lagi, ketika di Jambi,konflik lahan, batubara jadi maslah, hingga Kamtibmas lain itu ada, sehingga ketika saya memahi itu semua, saya berusaha mencari solusi, dan yang saya pahami betul, polisi tidak bisa sendiri, harus dengan instasi lain, pipmpinan di daerah sini juga kompak.

Melihat kekompakan kepala daerah di Jambi ini, saya jadi memilki optimisme, bahwa permasalahan di masyarakat bisa kita selesaikan secara bersama-sama agar dapat solusi permanen.

Apa konsentrasi lebih khususnya?

Rusdi: Ya tentunya ada dua hal ya, tentunya masalah lahan dan batubara, sehingga saya sdah sampaikan ke Kapolres, jika ada Komlnflik lahan segera masuk, sehingga konflik tidak membesar.

Batubara juga demikian, kita harus upayakan, ekonomi harus berjalan, dan kepentingan masyakarakat bisa diakomodir dengan baik.

Bagaimana dengan tambang ilegal?

Rusdi: Ya, saya sudah perintahkan anggota saya agar tidak terlibat dengan hal-hal yang ilegal itu sendiri, sampai kita melakukan upaya terbaik, penegakan hukum, bagaimana menindak kegiatan ielgal di Provinsi Jambi ini.

Apakah itu fokus selama jabat Kapolda Jambi?

Rusdi: Tentunya, dan bagaimana kita bisa minimalisir kegiatan ilegal di lingkungan masyarakat, dan dengan kondisi ini, Polri tidak bisa sendirian, kita harus bekerja sama dan berkumpul bersama-sama dengan instansi yang lain, dinas yang lain, untuk menyelesaikan ilegal.

Strategi apa yang akan dilakukan?

Rusdi: Tentunya, saya melihat bagimana ilegal bisa reduksi, ada potensi di masyarakat yang bisa melakukan itu.

Contoh satu desa di Bungo, saya melihat bagaimana satu desa bisa menjaga lingkungan sehat, tidak ada prakatek ilegal, dan ini bisa menjadi model.

Kepala Desanya sangat perhatian, dan masayarakat mendukung, lingkungan dan sungai dijaga betul. Ini menjadi model, bagaimana masayarakat diberdayakan menjaga lingkungannya.

Selama sampai jenderal bintang dua, ada tdak ganjalan-ganjalan dalam penugasan?

Rusdi: Saya rasa, karena saya dari keluarga polsi, saya sudah melihat bagiamana bapak saya dan kakak saya, jdi saya sdah siap, jadi polisi bukan hal baru, darah saya sudah mengalir jiwa polisi, ya model dan keteladan bapak saya, displin dan kejujurannya, di mana pun  saya bertugas itu yang saya bawa dan terapkan.

Apa filosopi bapak?

Rusdi: Pegabdian, pengabdian, ketika polisi melayani masyarakat, itu kan menjadi pengabdian, dan kalau itu dilaksanakan sebaik-baiknya, kita bisa selamat, pahala berlimpah ruah di sana semua.

Dan juga, tulus dan ikhals, menjadi pahala, agar modal kita selamat dunia dan akhirat, kalau kita kerjakan, Tuhan akan melihat itu.

Pesan moral pada anggota dan masyarakat?

Rusdi: Saya ke pada anggota saya, saya lihat di lapangan itu, saya tulis besar-besar, ikhlas menuju yang baik.

Sudah, kamu bekerja menggunakan hati yang baik, berserah kepada Tuhan, biarlah Tuhan yang menbalas apa yg kita kerjakan, itu yang benar, ikhlas menuju yang terbaik, itu yang selalu saya sampaikan, saat apel.

Untuk masyarakat Jambi, saya sampaikan, Polri tidak bisa bekerja sendiri, Kamtimbas kondusifitas kita jaga bersama, Polri membuka diri sebesar-besarnya.

Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Sosok Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono, Sejak SD Bantu Ibu Jual Cendol

Baca juga: Ditreskrimsus Polda Jambi Amankan 20 Ton BBM Ilegal dan 5 Tersangka Saat Lakukan Bunker ke Tug Boat

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved