WRI Indonesia dan Fortasbi Tekankan Pentingnya Akselerasi Sawit Berkelanjutan

Melalui media briefing dengan tema "Menjaga Akses Pasar Utama Sawit Asia Tenggara" WRI Indonesia bersama Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (Fort

ist
Tangkap layar zoom Media Briefing dengan tema "Menjaga Akses Pasar Utama Sawit Asia Tenggara" 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Melalui media briefing dengan tema "Menjaga Akses Pasar Utama Sawit Asia Tenggara" WRI Indonesia bersama Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (Fortasbi) berharap dapat memberikan pemahaman terkait pentingnya akselerasi sawit berkelanjutan.

Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen utama minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) global dan eksportir sawit terbesar di dunia. Namun hingga saat ini, petani kelapa sawit di Indonesia masih banyak yang belum bersertifikasi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau ISPO.

Manajer dan Kepala Sekolah Fortasbi, Rukayah Rafik mengatakan jumlah petani swadaya di Indonesia sekitar 3,8 juta. Dari total tersebut, diketahui masih banyak petani kelapa sawit di Indonesia yang belum bersertifikasi.

Rukayah menjelaskan pada tahun 2025 ditargetkan setidaknya setengah petani kelapa sawit di Indonesia sudah memiliki sertifikat ISPO.

"Pada tahun 2025 sudah masuk semua," ujarnya. Rabu, (9/11/2022).

Selanjutnya, Senior Manager Livelihood and Supply Chain Transformation, Bukti Bagja mengatakan saat ini Tiongkok yang merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar kelapa Sawit Indonesia sedang menyongsong industri minyak sawit yang lebih hijau.

Sehingga dirinya mendorong petani kelapa sawit Indonesia untuk ikut melakukan akselerasi sawit berkelanjutan.

"Legalitas adalah kunci dan yang paling dasar," ujarnya.

Bagja mengatakan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit maka perlu dilakukan pengurangan ketergantungan ekspor.

"Dengan cara diperpendek rantainya dari dari petani ke pengepul, juga mengurangi ketergantungan ekspor," ujarnya.

Rukaiyah menambahkan, peran pemerintah juga sangat penting dalam hal ini. Dia mengatakan legalitas menjadi syarat utama kelembagaan petani swadaya.

"Karena di lapangan tantangan yang terjadi adalah legalitas kelembagaan dan juga pengetahuan para petani," ujarnya.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Susi Ngaku Putri Candrawati Tolak Dituntun saat di Magelang, Sakit atau Tidak?

Baca juga: Ayah Rizky Billar Pamer BPKB Mobil Mewah Suami Lesti Kejora, Psikiater: Fase Penyangkalan

Baca juga: Natasha Wilona Dipasangkan dengan Kekasih Ranty Maria, Rayn Wijaya di Series Skaya and The Big Boss

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved