Sawit Makin Populer, Masyarakat Enggan Menanam Padi di Sarolangun?

Dibandingkan dengan menanam padi, masyarakat justru lebih senang untuk menanam sawit karena dari segi keuntungan cukup menggiurkan.

Editor: Rahimin
Istimewa
Faktor lain mengapa sawit kian populer di kabupaten sarolangun yaitu terdapat target pasar yang cukup besar. 

Sawit makin populer, masyarakat enggan menanam padi di Sarolangun?

Oleh : Eka Aulia Liusta, S.Tr.Stat (Statistisi Ahli Pertama) BPS Kabupaten Sarolangun

TRIBUNJAMBI.COM - Harga sawit yang naik turun dalam beberapa bulan terakhir nampaknya tidak menyurutkan semangat petani sawit dalam bertani.

Dibandingkan dengan menanam padi, masyarakat justru lebih senang untuk menanam sawit karena dari segi keuntungan cukup menggiurkan.

Lalu bagaimana ketika harga sawit anjlok? Beberapa petani mempunyai cara yang cukup jitu untuk ‘mempertahankan’ kondisinya, yaitu dengan tidak memanennya dalam kurun waktu tersebut.

Faktor lain mengapa sawit kian populer di kabupaten sarolangun yaitu terdapat target pasar yang cukup besar.

Dilansir dari data hasil updating direktori perusahaan perkebunan dan perusahaan pertanian lainnya (DPP dan DUTL), jumlah perusahaan perkebunan sawit di Kabupaten Sarolangun tahun 2022 yang masih aktif yaitu sebanyak 32 perusahaan perkebunan.

Di mana, hanya tiga perusahaan karet sementara 29 lainnya merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Sehingga, masyarakat yang mempunyai lahan sawit tidak khawatir akan mencari pasarnya.

Sementara itu, tanaman padi yang notabene-nya sebagai makanan pokok masyarakat, sepertinya tidak banyak digandrungi lagi, beberapa faktornya yaitu karena menanam padi dinilai tidak cukup menguntungkan bagi beberapa petani.

Menurut penuturan salah satu petani di Kecamatan Singkut yang kini lahan perkebunan pepaya nya di kelilingi oleh kebun sawit dan juga karet, beberapa petani yang memilih untuk alih fungsi lahan disebabkan oleh bertani sawit ‘tidak seberat’ bertani padi.

Menanam padi dinilai cukup komplit yang membutuhkan perawatan ekstra dimulai dari tahapan persiapan lahan hingga masa panen, belum lagi jika terjadi hama ataupun faktor lainnya yang menyebabkan gagal panen.

Menurutnya, beberapa petani yang beralih fungsi lahan juga mengalami pola ikut-ikutan terhadap petani lain yang lebih dahulu berganti komoditas tanaman perkebunan.

Dalam Publikasi Luas Panen dan Produksi Panen di Produksi Jambi Tahun 2021 dijelaskan bahwa BPS mempunyai cara untuk mengestimasi data luas panen yaitu dengan metode KSA melalui kolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) & Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sekarang bergabung menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), serta Badan Informasi Geospasial (BIG).

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved