Sejarah di Balik Monumen Kapal Karam Ophelia Sarolangun
Sejarah di balik tenggelamnya kapal Ophelia, dan tewasnya istri dari Asisten Residen (Wakil Gubernur) bernama Anna Catharina Blok di tahun 1931.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Sejarah di balik tenggelamnya kapal Ophelia, yang membawa dan menewaskan istri dari Asisten Residen (Wakil Gubernur) bernama Anna Catharina Blok di tahun 1931.
Kejadian nahas yang kini menjadi sejarah, dan diabadikan sebagai tugu kapal karam yang berada di pusat Kota Sarolangun, atau tepatnya di kawasan Ancol, pinggiran Sungai Batang Tembesi.
Berdasarkan kutipan sejarah sarolangun tempo doeloe, kejadian tersebut terjadi pada senin 23 November 1931, kapal Hekwieler Ophelia, yang membawa rombongan Asisten Residen Bangko (membawahi Onderafdeling Muaro Tebo, Muaro Bungo, Sarolangun dan Bangko) Juriaan Blok, tiba di Sarolangun pukul 10 pagi dikawal oleh tentara KNIL yang dikomandoi oleh Kapten T. P. Fickenscher.
Pada tanggal 24 November pukul 7 pagi, Hekwieler Ophelia bertolak dari pelabuhan Sarolangun menuju Jambi. Hujan deras di hulu pada malam sebelum keberangkatan menyebabkan sungai Batang Tembesi meluap sehingga jarak kabel sling (jembatan layang) menjadi semakin dekat dengan permukaan sungai.
Hal ini tidak disadari oleh awak dan penumpang Ophelia. Tiba-tiba cerobong asap Ophelia (mesin tenaga uap) tersangkut kabel sling yang menyebabkan Ophelia melintang di atas sungai lalu terbalik dengan cepat dan keras.
Baca juga: Sekilas Tentang Tugu dan Kapal Ophelia di Sarolangun
Karena berat, semakin ke tengah kabel sling ini melengkung ke bawah, sehingga Ophelia harus lewat di sekitar pinggir sungai. Namun tetap dibantu oleh seorang penjaga kapal yang berdiri di atas atap Ophelia untuk mengangkat kabel sling dengan sebuah garpu, sehingga Ophelia bisa lewat.
Namun akibat posisi kabel sling yang terlalu rendah dan diperparah oleh arus yang deras yang menyebabkan tingginya laju Ophelia, membuat usaha kali itu sia-sia.
Para penumpang sebagian besar berada di dalam kabin. Penumpang yang berada di dek atas adalah Asisten Residen J. Blok bersama istri (Anna, umur 46 tahun) dan 2 orang anaknya, Petugas Pertanian kelas I E. H. Stuut dan Kapten T. P. Fikenscher. Sedangkan para fuselir KNIL berdesakan di dek bawah. Kapten T. P. Fikenscher menyadari Ophelia mulai miring dan segera melompat ke sungai.
Alarm benteng dibunyikan lalu salah satu perahu dikerahkan oleh Letnan Inf. II O. A. A. Kesselring dengan segera. Awak perahu berhasil melacak keberadaan kapten ketika muncul ke permukaan dan berhasil meraihnya.
Begitu pula dengan Asisten Residen J. Blok dan 2 orang anaknya selamat. Setelah mendapat info dari Sarolangun, selasa siang pada tanggal 24 November, Kepala Pelabuhan Jambi dan beberapa penyelam berangkat dari Jambi ke Sarolangun dengan Kapal Juliana dengan alat penyelamatan.
Baca juga: Simbol Perjuang Sarolangun, Kondisi Patung Kolonel Abundjani Justru Miris
Jenazah yang paling dahulu ditemukan adalah jenazah Anna Catharina Blok Caspari yang ditemukan setelah 2 jam pencarian.
Upaya penyelamatan telah dilakukan dengan pernapasan buatan namun sia-sia. Barang-barang dan tas surat ditemukan 6 kilometer di hilir sungai. 14 jenazah tentara KNIL ditemukan dengan menggunakan Pakaian Dinas Lapangan.
Jenazah Anna dibawa ke Jambi menggunakan Kapal Juliana. Sementara itu jenazah-jenazah lain khususnya jenazah Sersan Van Bochem dan E. H. Stuut diperkirakan dimakamkan di pangkal jembatan rangka baja Sarolangun.
Di pangkal jembatan rangka baja Sarolangun, tepatnya antara taman PKK dan Masjid Al-Falah dulunya merupakan Kerkhoff Europese begraafplaats atau area pemakaman orang Eropa menurut peta Belanda tahun 1942 namun telah digusur saat pembangunan jalan.
Saat ini kita masih dapat menjumpai 2 buah nisan makam Belanda tanpa prasasti yang tersisa di taman PKK yang telah digusur dari posisi asalnya ketika pembangunan jalan.
Pada tahun 1932, nama-nama korban tentara KNIL pada tenggelamnya Hekwieler Ophelia diabadikan oleh KNIL Sarolangun pada sebuah monumen di bibir tebing Batang Tembesi kawasan Ancol Kabupaten Sarolangun saat ini.
Kepala tulisan prasasti tersebut berjudul "VERDRONKEN BIJ DE OPHELIA RAMP" atau "TENGGELAM PADA BENCANA OPHELIA" dalam Bahasa Indonesia. Pada isi prasasti tersebut terpahat 15 nama-nama korban tentara KNIL, lengkap dengan suku/bangsa, pangkat dan nomor stambuk. (usn)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News