TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Penyakit kejiwaan OCD erat kaitannya dengan kehidupan seseorang dimasa kecilnya. Terutama pada kehidupan masa kecil yang tidak mendapatkan kasih sayang yang seharusnya baik dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Seperti beberapa di antaranya akibat perceraian orang tua, di bully dan sebagainya.
Kepahitan hidup masa anak-anak ini bisa menimbulkan efek traumatik yang ini membekas hingga masuk masa dewasanya. Tentu saja akan muncul dampak psikologis seumpama mengalami masalah gangguan obsesif kompulsif atau yang dikenal juga dengan OCD.
Menurut Ridwan, Psikolog Jambi yang juga selaku ketua prodi PIAUD FTK UIN Jambi dalam dialognya menuturkan gangguan OCD ini termasuk peringkat tertinggi setelah gangguan phobia, kecanduan zat adiktif serta gangguan depresi.
"Rata-rata usia yang mengalami gangguan ini sekitaran 20 tahun dan pada pria rata-rata di usia 19 tahun dan wanita di usia 22 tahun dan remaja laki-laki lebih rentan dari pada remaja perempuan mengidap OCD," ujarnya Rabu (2/8). Untuk dialog lengkap tentang ini bisa disaksikan pada program Mojok Tribun Jambi di Youtube.
Ridwan melanjutkan kalau gangguan OCD ada kaitannya dengan area tertentu di otak sebagaimana sebuah studi dari University of Cambridge, Inggris. Pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif, menunjukan bahwa bagian orbitofrontal cortex orang dengan OCD tidak bekerja semestinya. Kegiatan orbitofrontal cortex bagian lateral yang seharusnya menjadi pusat pengambil keputusan itu tidak teraktivasi secara komplet.
Meski masih dipertanyakan cara kerjanya, banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa disregulasi serotonin berpengaruh pada pembentukan gejala gangguan OCD, seretonin sendiri merupakan hormon yang dapat meningkatkan rasa senang dan nyaman.
OCD merupakan indikasi gangguan mental. Orang dengan OCD memiliki pikiran dan dorongan yang tidak dapat dikendalikan dan berulang (obsesi), serta perilaku (paksaan) kompulsif. Misalnya, keinginan yang kuat untuk terus melakukan cuci tangan hingga berkali-kali dalam sehari setelah menyentuh benda kotor dan pikiran yang muncul diluar kendalinya meskipun ia sendiri tidak ingin memikirkan dan melakukan hal diluar keinginannya.
Faktor Risiko Terjadinya OCD
Meliputi faktor keturunan, struktur otak dan fungsinya, serta lingkungan termasuk juga kepribadian. Hal yang siginifikan mempengaruhi adalah lingkungan yang tidak mendukung perkembangan psikologis penderita dimasa kecilnya, yakni saat anak diperlakukan tidak wajar, dimana ia sering diremehkan atau bahkan dihina kekurangan yang ada pada dirinya sehingga ada keinginan untuk berpikir dan melakukan yang terbaik.
OCD Bisa Menyerang Siapapun
OCD diduga terjadi karena ada gen tertentu yang diturunkan oleh orang tua yang memengaruhi perkembangan otak seseorang. Sementara itu, kepribadian juga menyumbang resiko terjadinya OCD
Orang yang dengan tampilan rapi, teliti, perfeksionis, serta memiliki disiplin tinggi berisiko lebih besar mengalami OCD. Orang dengan OCD akan mengalami gangguan dalam aspek kehidupannya seperti pekerjaan, sekolah, dan hubungan pribadi. Obsesi sendiri adalah sebuah pikiran yang berulang, dorongan, atau gambaran mental yang memunculkan kecemasan.
Sementara itu, kompulsi adalah perilaku berulang seseorang yang mana ia merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif. Kompulsi umum termasuk pembersihan berlebihan dan/atau mencuci tangan dan mengatur sesuatu dengan cara yang khusus dan tepat. Penderita juga bisa berulang kali memeriksa berbagai macam hal, seperti pemeriksaan berulang kali untuk melihat apakah pintu sudah terkunci atau kompor sudah mati.
Gejala OCD sendiri bisa hilang dan timbul, seiring berjalannya waktu, atau bahkan jadi memburuk pada individu tertentu, akibatnya ada yang berupaya meminum alkohol dan obat-obatan demi meredakannya yang tentunya dapat menimbulkan masalah lain lagi. Orang dewasa pengidap OCD sebagian besar mengerti apa yang dilakukan di luar akal sehat, tetapi beberapa lainnya khususnya anak mungkin tidak menyadari bahwa perilaku mereka di luar kebiasaan.
Takut kotor dan menghindari menyentuh barang yang sudah disentuh orang lain atau enggan untuk bersalaman salah satu pula perilaku OCD. Sangat memerhatikan keteraturan dan tata letak yang simetris, misalnya menyusun pakaian berdasarkan gradasi warnanya.
Perasaan ketakutan yang berlebihan, sehingga pengidap bisa berulang kali memastikan bahwa pintu rumah sudah dikunci juga yang sering muncul
Pikiran yang tidak diinginkan tersebut, ada kaitan dengan sikap agresif, seksualitas, keyakinan, termasuk agama. Marah-marah tanpa sebab yang jelas kadang bisa muncul.
Gejala Umum Penderita OCD
1. Pikiran Obsesif
Obsesif adalah gangguan pikiran yang terjadi secara berulang dan menimbulkan kecemasan. Pikiran obsesif ini bisa muncul secara tiba-tiba ketika penderita sedang memikirkan atau melakukan sesuatu.
Gejala obsesif yang dialami penderita OCD bisa berupa:
Cemas atau takut tertular penyakit sehingga menghindari bersalaman atau menyentuh benda-benda. Stres ketika melihat sekumpulan benda tidak selaras atau simetris.
Takut melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri atau orang lain, misalnya ragu apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu. Takut mengatakan sesuatu yang mungkin menyinggung perasaan orang lain. Khawatir membuang barang yang telah dikumpulkan.
2. Perilaku Kompulsif
Kompulsif adalah perilaku yang dilakukan berulang-ulang guna mengurangi rasa cemas atau takut akibat pikiran obsesif. Penderita OCD akan merasa lega sesaat setelah melakukan perilaku kompulsif. Namun, gejala obsesif bisa muncul kembali dan membuat penderita OCD mengulangi perilaku kompulsif.
Mandi atau mencuci tangan berulang-ulang sampai lecet. Menyusun benda menghadap ke arah yang sama atau sesuai jenisnya. Memeriksa berulang kali apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu. Mengulangi kata-kata atau kalimat tertentu dalam hati agar tidak salah mengatakannya. Mengumpulkan atau menimbun barang-barang, seperti surat atau koran yang tidak terpakai.
Pada umumnya, gejala OCD pada anak-anak dan orang dewasa tidak jauh berbeda. Namun, gejala OCD pada anak-anak terkadang kurang jelas. Oleh karena itu, orang tua perlu waspada jika anak-anak menunjukkan sejumlah gejala seperti sering berganti pakaian karena dianggap sudah kotor. Meletakkan barang-barangnya di satu bagian rumah dan akan tampak marah bila dipindahkan.
Cenderung hanya menggunakan satu toilet tertentu ketika di tempat umum. Menggunakan sabun tangan, sabun mandi, atau tisu toilet secara berlebihan. Menghindari bersosialisasi dengan teman sebaya dan tidak senang berbagi barang miliknya.
Menurut Ridwan, dari berbagai sumber, Tipe-Tipe OCD itu dibagi ke dalam:
1. The Checkers
Tipe checkers mengidentifikasikan bahwa penderita OCD adalah orang yang selalu mengecek atau memeriksa sesuatu. Mereka terobsesi untuk selalu memeriksa hal yang mereka lakukan. Misalnya saat ia menutup pintu, ia akan melakukan hal yang sama berulang kali untuk memastikan bahwa ia sudah menutup pintu.
2. Washers and Cleaners
Tipe washers and cleaners merupakan para pengidap OCD yang terobsesi dengan kebersihan. Mereka memiliki ketakutan dengan sesuatu yang kotor dan tidak mau terkontaminasi dengan kuman. Para pengidap OCD dengan tipe ini selalu memperhatikan kebersihan secara berlebihan dan merasa sekitar mereka selalu kotor dan jarang mau menyentuh orang lain karena berpikir orang lain mengandung banyak kuman.
3. Orderers
Tipe orderers adalah orang fokus dengan sesuatu agar tepat tempatnya. Pengidap OCD tipe ini akan sangat tertekan bila melihat atau berada di sekitar benda-benda yang tidak rapi atau tidak sesuai dengan warnanya. Beberapa contoh pengidap OCD tipe ini adalah sering kali merasa mual atau marah ketika sedang memakan sayur yang tercampur, ia secara tidak langsung akan langsung memisahkan sayur dengan sayur dan makanan sejenis lainnya.
4. Obsessionals
Pengidap OCD tipe obsessionals memiliki pemikiran obsesif dan intrusif yang membuat dirinya melakukan hal harus tepat, sesuai dan sempurna. Misal orang yang mengidap penyakit ini mungkin mempercayai hal-hal seperti tidak akan berdiri di pintu karena mitos atau keyakinan tertentu atau harus selalu memakai pakaian berwarna sama setiap saatnya karena ia tidak bisa melihat dirinya memakai pakaian berwarna lain. Beberapa orang yang mengidap tipe ini selalu memperhatikan detail setiap hal yang ia lakukan, misalnya harus masuk rumah menggunakan kaki kanan, mencuci rambutnya berkali-kali untuk memastikan rambutnya sudah bersih.
5. Hoarders
Tipe hoarders merupakan orang-orang yang suka mengumpulkan barang-barang yang tidak penting dan tidak berharga.
Langkah-langkah untuk membantu mendiagnosis OCD salah satunya pemeriksaan fisik. Evaluasi psikologis, seperti membahas pikiran, perasaan, gejala, dan pola perilakunya.
Meski OCD tidak bisa disembuhkan secara total tetapi pengidap dapat meredakan gejala yang mengganggu aktivitas mereka dengan menjalani beberapa perawatan, diantaranya obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya.