Autopsi Ulang Brigadir Yosua

Proses Pemakaman Brigadir Yosua Dipadati Warga, Ada yang Teriak: Hidup Johnson, Hidup Kamaruddin

Ratusan masyarakat sesaki kawasan pemakaman Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, saat proses pemakaman secara kedinasan, Rabu (27/7/2022) sore.

Penulis: Aryo Tondang | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Aryo
Ratusan masyarakat sesaki kawasan pemakaman Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, saat proses pemakaman secara kedinasan, Rabu (27/7/2022) sore. 

TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI- Ratusan masyarakat sesaki kawasan pemakaman Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, saat proses pemakaman secara kedinasan oleh pihak Kepolisian, Rabu (27/7/2022) sore.

Mereka rela berdesak-desakan demi bisa melihat secara dekat proses pemakaman Brigadir Yosua.

Bahkan secara kompak, masyarakat menyerukan nama Johnson Panjaitan dan Kamaruddin Simanjuntak, selama proses pemakaman masih berlangsung.

"Hidup Johnson, hidup Kamaruddin," teriak warga yang berdiri di balik garis polisi, di kawasan makam Brigadir Yosua.

Teriakan tersebut, merupakan dukungan moral ke pada Johnson dan Kamaruddin sebagai kuasa hukum keluarga Brigadir Yosua, dalam mencari titik terang kematian Yosua.

Teriakan tersebut, tidak hanya sekali diserukan oleh masyarakat, tetapi lebih dari tiga kali.

Autopsi ulang digelar untuk menjawab keraguan atas autopsi yang dilakukan sebelumnya.

Baca juga: Autopsi Ulang Selesai, Peti Jenazah Brigadir Ditutup Pakai Merah Putih

Permohonan melaksanakannya disampaikan oleh kaluarga Brigadir Yosua Hutabarat melalui kuasa hukumnya.

Pelaksanaan autopsi ulang ini melibatkan dokter forensik dari yang ditunjuk oleh Polri dan juga tim independen.

Di antara dokter forensik tersebut ada yang berasal dari Persatuan Dokter Forensik Indonesia, dan juga dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.

Diberitakan sebelumnya, Brigadir Yosua Hutabarat meninggal dunia pada Jumat (8/7/2022) sore.

Keterangan polisi, Yosua tewas dalam baku tembak dengan Bharada E di rumah Irjen Pol Ferdy Sambo.

Motif baku tembak, polisi mengatakan berawal dari aksi Brigadir Yosua Hutabarat yang masuk ke kamar pribadi Ferdy Sambo.

Di dalam kamar itu ada istri Ferdy. Yosua disebut polisi melakukan pelecehan dan penodongan senjata.

Baca juga: Pertama di Indonesia, Autopsi Ulang Brigadir Yosua Dihadiri Pemantau

Kemudian ada teriakan istri Sambo, hingga akhirnya Bharada E turun memeriksa ke arah sumber teriakan.

Dia menegur Yosua yang baru keluar dari kamar, kemudian dibalas tembakan, dan akhirnya baku tembak.

Namun pihak keluarga banyak yang meragukan kronologi tersebut. Apalagi di tubuh Yosua juga ada bekas mirip luka sayatan dan luka lebam.

Selain itu juga merasa janggal dengan lamanya polisi menyampaikan pernyataan pers, yakni 3 hari setelah Yosua meninggal dunia.

Tak hanya itu, kejadian berikutnya juga membuat publik semakin merasa janggal, karena pencabutan decoder CCTV hingga lokasi kejadian yang ternyata tidak juga dipasang garis polisi hingga beberapa hari setelah kejadian.

Baca juga: Usai Autopsi Ulang, Jenazah Brigadir Yosua Dimakamkan Secara Kedinasan

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved