Bom Waktu Kredit Macet, Imbas Kenaikan Suku Bunga The Fed. Bankir Mulai Lakukan Kajian
The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga terbesar dalam 28 tahun terakhir. Bank Sentral AS atau The Fed menaikkan
"Bank Indonesia juga dapat melakukan intervensi ganda nantinya. Lewat kebijakan ini, Bank Indonesia dapat mensuplai pasar valuta asing dan membeli surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder yang dijual asing dalam waktu bersamaan," sambung Kamrussamad.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan terkait dengan arah suku bunga Bank Indonesia (BI) ke depan. Kata Josua sesuai dengan pernyataan BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI beberapa bulan terakhir BI mempertimbangkan inflasi fundamental sebagai indikator utama dalam menentukan arah kebijakan moneter ke depan.
"Meskipun inflasi umum diperkirakan akan berada di atas level 4 % hingga akhir tahun ini, BI akan mempertimbangkan untuk menormalisasi suku bunga acuannya pada semester II tahun 2022 ini," kata Josua.
Menurut Josua, kenaikan inflasi hingga saat ini lebih dipengaruhi oleh supply side inflation atau inflasi dari sisi penawaran, sehingga inflasi fundamental belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. "Meskipun demikian, BI juga perlu tetap menjangkar ekspektasi inflasi yang didorong oleh second round effect dari kenaikan supply side inflation," katanya.
Oleh sebab itu, ucap Josua, hingga akhir tahun ini BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menormalisasi suku bunga acuannya sebesar 50-75 basis poin dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Chief Executive Officer PT Federal Internasional Finance (FIFGroup) Margono Tanuwijaya, menyampaikan kenaikan suku bunga di Amerika tidak akan langsung berpengaruh pada kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI). "Kalau efek dari The Fed tidak langsung untuk kenaikan suku bunga di Indonesia, karena kita acuannya adalah BI rate. Jadi selama BI rate belum naik ya suku bunga yang di dapatkan oleh FIF belum mengalami kenaikan," tutur Margono.
FIFGroup optimis kinerja tahun ini akan tetap memperoleh hasil positif, terlebih didukung oleh mobilitas masyarakat. Sebagai informasi, FIF berhasil memperoleh laba bersih sebanyak Rp 750,78 miliar pada kuartal 1-2022 atau naik 83,20 persen dibanding periode Januari-Maret tahun lalu sebesar Rp 409,8 miliar.
Lakukan Kajian
Para bankir kini mulai mengkaji kenaikan suku bunga kredit. Maklum, kenaikan bunga bank sentral Amerika Serikat, akan diikuti kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Selanjutnya, perbankan akan menyesuaikan bunga simpanan sehingga mempengaruhi biaya dana atau cost of fund (cof). Perbankan pun ikut mengerek bunga kredit dalam mengoptimalkan pendapatan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan suku bunga perbankan masih turun kendati lebih terbatas. Ini didukung oleh suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan terjaganya likuiditas perbankan.
Di pasar uang, suku bunga IndONIA pada Maret 2022 stabil sebesar 2,79 % dibandingkan dengan Maret 2021. Di pasar dana, suku bunga deposito 1 bulan perbankan turun sebesar 91 bps sejak Maret 2021 menjadi 2,85 % pada Maret 2022.
Di pasar kredit, suku bunga kredit baru lebih rendah 17 bps (yoy) pada periode yang sama, sejalan dengan penurunan Suku bunga dasar kredit (SBDK) dan perbaikan persepsi risiko perbankan di tengah berlanjutnya pemulihan aktivitas ekonomi.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga mencermati dalam 15 bulan terakhir sejak Februari 2021 hingga Mei 2022, suku bunga deposito 1 dan 3 bulan terpantau masih turun meskipun penurunannya semakin melambat.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa bilang ini turut berkontribusi dalam penurunan biaya dana (cost of fund perbankan), sehingga mendukung penurunan suku bunga kredit. “Perkembangan likuiditas yang tetap longgar memberikan ruang yang cukup bagi perbankan untuk mengelola biaya dana atau suku bunga simpanan di level yang rendah,” ujarnya.
Jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara, suku bunga kredit di Indonesia masih merupakan yang tertinggi. Hal ini mengindikasikan adanya ruang untuk perbaikan struktur perbankan di Indonesia agar dapat beroperasi dengan lebih efisien.