Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Peralihan Kehidupan
Bacaan ayat: Galatia 2:19-20 (TB) Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan
Peralihan Kehidupan
Bacaan ayat: Galatia 2:19-20 (TB) Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Oleh Pdt Feri Nugroho
Hanya manusia yang diciptakan oleh Allah dengan kesadaran diri. Kesadaran diri dapat dimaknai secara sederhana sebagai sadar akan dirinya sendiri.
Hanya manusia yang dapat menilai diri dan menciptakan standar nilai. Konsekuensi logisnya, manusia dapat merancang dan merencakan segala sesuatu.
Tidak berhenti sampai disitu, manusia dapat berinovasi dalam rangka membangun diri.
Begitu semangatnya dalam menilai segala sesuatu, sampai akhirnya banyak yang terjebak pada egoisme. Bermula pada ego, menjadi egois yakni mementingkan diri sendiri, sampai akhirnya menjadi sebuah paham yang dinamakan egoisme.
Bukankah dari bangun di pagi hari sampai dengan malam kembali tidur, semua tentang diri sendiri?
Bekerja dan berkarya tidak bisa dihindari selalu terkait dengan keberadaan diri untuk dihargai, dihormati bahkan dipuja untuk dikultuskan sebagai tokoh yang berpengaruh bagi kehidupan.
Paulus memaparkan pencerahan menarik ketika ia mengalami perubahan cara hidup di dalam Kristus.
Awal mula, Paulus orang yang paling bersemangat untuk menganiaya jemaat Tuhan. Semangatnya membara untuk menangkap dan memenjarakan setiap orang yang menganut Jalan Tuhan.
Fokus hidupnya pada diri sendiri sebagai orang yang (ia pikir) hidup taat kepada perintah Tuhan. Ia tampil berkuda menjadi pembela jalan yang dianggapnya benar.
Dengan berbekal surat kuasa dari wali negeri, ia berjalan denga gagahnya untuk menindas jemaat Tuhan. Moment epic ketika ia mengalami penglihatan; sinar menyilaukan membuatnya jatuh dari pelana kuda tunggangannya dan menjadi buta.
Ia diubah oleh kuasa Kristus dan berubah menjadi baru. Ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Pola hidupnya pun berubah. Baginya, kehidupan lama dalam ketaatan kepada Taurat secara buta, telah mati bersama dengan kematian Kristus di kayu salib.
'Aku disalibkan dengan Kristus.' tulisnya. Itu sebabnya, jika ia hidup, maka kehidupannya bukan lagi tentang dirinya sendiri atau ego dirinya lagi, namun tentang Kristus yang hidup didalam kehidupannya. Itu berarti hidup yang dijalaninya adalah hidup karena iman kepada Kristus yang telah mengasihinya secara utuh.
Egonya telah ditundukkan kepada Kristus. Kehidupannya bukan lagi tentang ego dan keinginan diri. Hidupnya adalah tentang Kristus yang hidup di dalam dirinya.
Baik adanya memakai cara Paulus dalam memaknai kehidupannya. Kehidupan kita hari ini bukan lagi tentang kita.
'Mengapa harus saya terus yang mengalah?', seru seseorang yang merasa diperlakukan tidak adil oleh pasangannya. Jika hidup kita hari ini adalah tentang Kristus yang hidup dalam kehidupan kita, protes tersebut tentu akan lenyap tertiup angin dalam buaian kasih.
Kesadaran diri akan menolong kita untuk proaktif memulai segala yang baik bagi kehidupan. Tidak peduli kondisinya, kebenaran selalu menjadi tolok ukur segala tindakan.
Jadilah seperti Matahari, tetap bersinar meskipun hari mendung. Meskipun sinarnya tidak secerah biasanya, Matahari tetap memberi terang bagi kehidupan. Amin
Renungan harian oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/18112020_feri-nugroho.jpg)