Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Melayani Dalam Kesetaraan

Bacaan ayat: Yohanes 13:4-5 (TB) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram Inspirasi Alkitab
Ilustrasi berdoa 

Melayani Dalam Kesetaraan

Bacaan ayat: Yohanes 13:4-5 (TB) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

Sadar atau tidak, dunia sudah diracuni pembedaan karena perbedaan. Awalnya baik.

Seseorang hendak ditandai berdasarkan ciri khusus yang dimiliki. Ras, suku, golongan dan agama, menjadi perbedaan yang paling umum.

Ciri khusus tersebut ditampilkan pada warna kulit, bahasa yang dipakai, tempat tinggal dan budaya yang menyekitarinya.

Masa modern, pembedaan berkembang pada klasifikasi kepemilikan.

Muncul kelompok kaya dan miskin berdasarkan jumlah kepemilikan harta benda.

Lambat namun pasti, pembedaan mengarah pada terbentuknya status sosial dalam masyarakat.

Seiring waktu, pembedaan memposisikan kedudukan seseorang dalam relasi sosial menjadi bertingkat.

Orang-orang tertentu diposisikan lebih tinggi dari pada yang lain.

Kondisi ini berimbas pada kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki. Masing-masing berupaya untuk menempatkan diri pada posisi terbaik.

Posisi tertinggi selalu diperebutkan, bahkan sampai terjadi pertumpahan darah yang tidak perlu.
Memprihatinkan bukan?

Kehidupan abad pertama Masehi menempatkan budak sebagai kelas masyarakat terendah. Seseorang bisa menjadi budak karena banyak faktor.

Bisa jadi memang lahir dari keluarga budak, atau memperbudak diri untuk membayar hutang.

Yang paling umum, saat terjadi peperangan, bangsa terjajah diposisikan sebagai budah dari bangsa yang menang.

Tugas utama mereka adalah melayani tuannya.

Mereka tidak mempunyai hak apapun. Dianggap sebagai properti yang dapat diperjualbelikan dan terpinggirkan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Dalam catatan Injil Yohanes, malam itu Yesus melakukan tugas seorang budak.

Dia dengan sengaja mendemonstrasikan pelayanan yang tanpa batas.

Seorang Guru dan Tuhan memilih untuk melakukan tindakan pelayanan yang tidak pantas bagi para murid.

Sebuah tindakan yang sulit dipahami oleh para murid. Mereka tidak habis pikir, mengapa Yesus memilih membasuh kaki para murid.

Hanya Petrus yang sempat protes, karena yang dilakukan Yesus dinilai tidak sesuai dengan hal umum yang terjadi.

Dari percakapan Yesus dan Petrus, kita mendapatkan pelajaran paling berharga tentang pelayanan.

Melayani bukanlah tindakan terendah dalam kehidupan.

Jika Yesus yang adalah Firman yang menjadi manusia, siapalah kita jika masih sering mengagungkan diri.

Melayani berarti mengambil tindakan pilihan untuk melakukan sesuatu yang terbaik untuk sesama; bukan karena mereka lebih rendah sehingga memerlukan bantuan atau lebih tinggi sehingga harus dilayani.

Melayani adalah kesadaran bahwa sebagai sesama manusia selayaknya kita saling melayani dalam kesetaraan.

Tanpa pamrih, tanpa syarat dan dalam ketulusan yang total.

Kasih, itulah yang menjadi dasar Yesus membasuh kaki para murid meskipun sebenarnya Dia yang berhak untuk dibasuh kaki-Nya.

Teladan terbaik telah Ia berikan bagi kita, oleh sebab itu sudah seharusnya melayani menjadi gaya hidup hari ini.

Setiap kita berbeda, itu pasti. Justru karena perbedaan itulah kita menjadi berharga bagi kehidupan.

Allah dalam otoritas-Nya telah menciptakan kita dan bukan mencetak.

Syukuri perbedaan sebagai anugerah bagi kehidupan. Perbedaan tidak harus menciptakan pembedaan.

Setiap orang berharga, maka itu kesetaraan ada. Mari melayani dalam kesetaraan. Amin

Renungan harian oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved