Berita Jambi

Asa Sopir Cantik Truk Batu Bara di Jambi, Tempuh Ratusan Kilo Meter Demi Impian Jadi Pramugari

Kisah hidup Sri Riski dari Desa Panerokan, Bajubang, Batanghari, Provinsi Jambi cukup menginspirasi wanita berusia 23 tahun ini sopir truk batu bara

Penulis: Aryo Tondang | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
ist
Sri Riski wanita cantik berusia 23 tahun ini jadi sopir truk batu bara di Jambi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kisah hidup wanita muda dari Desa Panerokan, Kecamatan Bajubang, Batanghari, Provinsi Jambi cukup menginspirasi.

Ia adalah Sri Riski, wanita kelahiran Tahun 1998. Wajahnya yang manis, cantik, berkulit putih, rambut sebahu dan cara bicaranya yang lembut, berbanding terbalik dengan profesi yang ia lakoni saat ini.

Siapa sangka, wanita berusia 23 tahun ini, merupakan sopir truk batu bara dengan rute Batanghari menuju ke Stok File batu bara di kawasan Pelabuhan Talang Duku.

Tangannya yang lembut, mampu mengendalikan 12 ton batu bara yang dimuat menggunakan truk kuning. Tidak tanggung-tanggung, tanpa rasa takut, ia seorang diri menempuh jalur hingga 100 kilo meter hingga tiba di penampungan batu bara.

Profesi ini, Esi panggilan akrab wanita muda dan tangguh ini, mengaku udah melakoni profesi ini sejak Tahun 2019 lalu.

Ekonomi, menjadi latar belakang Esi profesi yang pada umumnya dilakoni oleh laki-laki.

Esi sebenarnya memiliki mimpi yang tinggi, sejak kecil ia bercita-cita menjadi seorang pramugari.

Bahkan, Esi sempat menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma I (D1) Penerbangan di wilayah Yogyakarta, dengan harapan mampu meraih impian masa kecilnya tersebut.

Namun, kondisi berkata lain, tuntutan ekonomi mengharuskan Esi memendam sementara impiannya.

Bukan tanpa perjuangan, Esi sudah 3 tiga kali mengikuti tes pramugari, lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak ke pada wanita yang memiliki senyum manis ini.

"Saya sewaktu masih kuliah di Yogya pernah tes pramugari, tapi dak lulus. Di berat badan yang kurang ideal," kata Esi, Rabu (17/5/2022).

Ia harus menahan impiannya, untuk membantu perekonomian keluarganya dan 6 saudaranya yang lain.

Tanpa ragu, Esi bergelut di jalanan dengan ribuan truk batu bara lainnya, tidak jarang, ia mengalami insiden pecah ban, saat malam hari, hingga terjebak macet.

Jika mengalami inaiden pecah ban tersebut, ia kerap meminta pertolongan teman seprofesinya.

Esi juga mengaku, beberapa kali mendapat hodaan dari pria.

Namun, hal tersebut tidak menyurtkan semangat anak dari pasangan Ismail dan Yulianti.

Selain membantu ekonomi keluarga, Esi juga masih berkomitmen untuk menggapai impian kecilnya menjadi pramugari.

Ia tidak ingin selamanya profesi menjadi sopir truk batu bara.

"Ya tidak selamanya jadi sopir batubara, saya masih ingin menggapai cita-cita jadi pramugari," harap Esi.

Pundi-pundi rejeki yang didapat Esi sebagai sopir tergolong besar, dalam satu kali pengantaran atau satu trip, ia bisa menghasilkan uang hingga Rp 500 ribu.

Dengan penghasilan tersebut, Esi mampu menabung dan memberikan ke orang tuanya untuk beli tanah dan bangun rumah.

Selain itu, uang tersebut digunakan untuk persiapan mengikuti tes pramugari lagi.

Selama melakoni profesi ini, Esi mengaku tidak taku, lantaran mendapat dukungan dari keluarga dan orang tua.

"Dak takut, karena banyak mendapatkan dukungan keluarga dan orang tua. Yang penting bisa jaga diri," tuturnya.

Untuk menjadi sopir batubara, dia belajar dari pamannya yang terlebih dahulu jadi supir truk batubara. "Paman saya yang ngajarin hingga mahir nyopir truk batubara," katanya.

Walau memiliki paras ayu, hingga saat ini masih belum memiliki kekasih hati.

"Belum punya kekasih, tapi yang dekat banyak," ungkap mantan sopir Transsiginjai Jambi ini

Soal kriteria calon pendamping, tidaklah muluk-muluk amat. "Kriterianya dak muluk-muluk, yang penting seiman, sayang pada Esi dan baik kepada orang tua dan keluarga," harap gadis sederhana ini.

Yulianti, ibu dari Esi merasakan jerih payah dari keringat anaknya. "Sudah jadi tulang punggung keluarga," katanya.

Meski bangga dengan penghasilan yang diterima anaknya, dirinya juga dihinggapi rasa khawatir terhadap anak ceweknya ini

"Bangga dan sekaligus khawatir. Soal musibah sudah takdir, seperti resiko di jalan, kecelakaan karena kerjanya malam pulang pagi. Sebagai orang tua hanya bisa berdoa selalu dilindungi Allah," paparnya.

Sementara kakaknya, Fitri juga tertarik mengikuti jejak adiknya untuk menjadi sopir batubara. "Saya terinspirasi dengan adik saya. Selain itu, juga untuk membantu perekonomian keluarga," ujarnya singkat

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini di RCTI: Tangis Elsa Pecah Saat Kesya Dimakamkan, Andin Jadi Sasaran

Baca juga: Bea Cukai Juanda Gagalkan Penyelundupan 30.911 Ekor Benur ke Singapura

Baca juga: Kolam Pemancingan Yasmin Kembali Ramai Pasca Lebaran

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved