Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Allah itu Mahakuasa

Allah itu Mahakuasa, Bacaan ayat: Mazmur 2:4 (TB) Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka.

Editor: Suci Rahayu PK

Allah itu Mahakuasa

Bacaan ayat: Mazmur 2:4 (TB) Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka.

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

Tertawa menjadi ekspresi sederhana ketika seseorang melihat sesuatu yang lucu, menggelikan dan sesuatu yang ganjil.

Bisa jadi tertawanya senang, namun bisa juga tertawa mengejek. Dalam tayangan stand up comedy, audien diharapkan tertawa dengan lelucon yang disajikan.

Beberapa lelucon cerdas karena memuat pesan moral tertentu. Namun ada juga lelucon yang mempermalukan kondisi fisik tertentu.

Ini yang sering berbahaya karena bisa menciptakan ketersinggungan dan merasa dilecehkan. Apapun penyebabnya, tertawa itu wajar; lumrah, ketika mendapati sesuatu yang lucu dan mengusik rasa untuk tertawa.

Pada sisi lain, tertawa sering dikaitkan dengan sikap kekanak-kanakan. Dalam dunianya yang belum dirasa terlalu kompleks, anak-anak tertawa.

Bahkan orang dewasa untuk menarik perhatian anak, dibuatlah lelucon mimik muka dan sikap tubuh yang membuat anak tertawa. Agak berbeda dengan orang dewasa yang tertawa dengan berbagai tujuan, anak tertawa biasanya polos: karena yang dilihat dinilai lucu oleh sang anak. Melihat fakta ini, agak aneh memang,

ketika kita membayangkan Allah tertawa. Kita sudah terbiasa terdidik dalam pola ritual yang sakral. Jauh dari kebisingan dan dalam ketenangan.

Budaya kita menempatkan yang disembah sebagai yang harus dihormati, lebih-lebih harus disembah. Yang ada hanyalah perintah untuk ditaati dan larangan untuk dijauhi. Tidak terbersit dalam benak kita bahwa Allah akan tertawa. Menarik jika Pemazmur menampilkan sebuah syair bahwa Allah tertawa.

Mungkinkah? Menilik pada kehidupan kita yang tertawa, sebenarnya bukan suatu hal yang janggal jika Allah juga bisa tertawa. Bukankah Dia itu Mahakuasa?

Lagi pula, bukankah kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah? Apa yang ada pada kita, menduplikasi apa yang Allah miliki. Jika kita tertawa, rasanya bukan suatu hal yang ganjil jika Allah melakukan hal yang sama.

Justru karena kita bisa tertawa maka pasti Allah juga melakukan hal yang sama. Bukan Allah meniru kita, sebaliknya kitalah yang meniru Allah.

Mengapa Allah tertawa? Pemazmur dalam ilham Ilahi melihat bagaimana semangatnya bangsa-bangsa ingin membinasakan bangsa Israel terutama rajanya.

Mereka berupaya keras untuk menyusun rancangan jerat untuk memperdaya raja sehingga kerajaannya dapat ditaklukkan.

Hal ini wajar, karena penaklukan sebuah kerajaan biasanya diawali dengan tahkluknya raja yang bertahta. Perebutan kekuasaan sering terjadi dan raja terkuat akan menjadi penguasa tertingi. Dalam hal ini para raja tidak memahami, bahwa umat Allah memiliki raja atas ijin Allah.

Allah yang mengurapi seorang raja sehingga ia bertahta.

Implikasinya, Allah pasti melindungi sang raja dengan sebaik-baiknya. Inilah yang menyebabkan Daud enggan membunuh Saul meskipun ada kesempatan.

Daud tidak berani menyentuh orang yang diurapi Tuhan. Dipastikan bahwa Tuhan pasti akan membela dia. Meskipun demikian, para raja berikutnya telah saling bunuh meskipun diyakini bahwa mereka diurapi Tuhan.

Banyak juga yang berlaku jahat dan mendukakan Tuhan dengan kekuasaannya.

Allah mentertawakan bangsa-bangsa yang merancang untuk membinasakan raja yang diurapi-Nya. Sebuah tawa ejekan karena mereka seakan meremehkan Tuhan yang Mahakuasa.

Jika kita hari ini tertawa, itu bisa menjadi cara terbaik untuk melihat kasih Tuhan yang ajaib. Penderitaan tidak boleh memadamkan tawa kita untuk bisa melihat kasih Tuhan. Seyogyanya tawa bisa mengingatkan kita untuk kembali percaya dan mempercayakan diri kepada Allah yang Mahakuasa.

Selama kita bisa mentertawakan kebodohan diri, maka masih ada peluang bagi kita untuk memperbaiki diri. Mentertawakan kebodohan diri yang dikuasa kuatir, cemas dan ketakutan; akan mengingatkan kita untuk kembali memandang kepada Allah.

Bukankah Allah sering membuat lelucon dalam hidup kita?

Tertawalah bersama Allah ketika melihat hidung gajah lebih panjang dari pada kakinya, atau melihat leher jerapah yang tidak proporsional dengan panjang tubuhnya.

Eh, tapi jangan tertawa sendirian ya...

Amin.

Renungan harian oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved