Home and Garden

Pesonan Anggrek Hitam, Jika Mencurinya Akan Mendapat Hukuman Adat

Nama anggrek hitam diberikan karena pada bagian lidah atau labellum bunga ini memiliki warna hitam dengan garis-garis hijau.

Editor: Nurlailis
Tangkapan layar youtube Fahri Orchid
Pesonan Anggrek Hitam 

TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia memiliki flora yang beragam dan eksotik.

Salah satu tanaman yang memiliki pesona yang cantik adalah anggrek hitam.

Memang anggrek punya banyak jenis termasuk anggrek hitam.

Dibalik keindahannya rupanya, anggrek sedang menuju kepunahan.

Anggrek hitam memiliki nama latin Coelogyne pandurata atau disebut juga dengan Black Orchid.

Nama anggrek hitam diberikan karena pada bagian lidah atau labellum bunga ini memiliki warna hitam dengan garis-garis hijau.

Selain itu, ciri dari anggrek ini adalah memiliki satu hingga 14 kuntum, dengan garis tengan setiap bunganya sekitar 10 cm.

Bagian daun kelopak dari bungan ini memiliki bentuk lanset, melancip dengan warna hijau muda.

Baca juga: Cara Mengusir Ular dengan Tanaman Serai dan Lidah Mertua

Kelopak ini memiliki panjang sekitar lima sampai enam cm dan lebarnya dua hingga tiga cm.

Bila teman-teman amati kelopak dari bunga ini akan mirip dengan bentuk biola yang indah.

Walau dominan warna hijau pada kelopaknya, namun warna hitam pada bagian lidah bunga ini merupakan sifat hitam yang dianggap langka.

Warna hitam ini dapat menjadi sumber pembawa sifat hitam yang dibutuhkan para ahli tanaman.

Dengan sifat hitam ini, para ahli tanaman bisa menghasilkan persilangan corak warna bunga baru, seperti warna ungu.

Anggrek hitam biasnya akan berbunga pada bulan Oktober sampai Desember.

Saat musim berbunga, tanaman ini bisa mudah ditemui di habitatnya.

Ketika berbunga aroma anggrek hitam tidak jauh berbeda dengan jenis anggrek lainnya.

Meski begitu anggrek ini tetap memiliki daya tarik lebih karena corak yang dimiliki.

Lalu di mana tanaman ini bisa ditemukan?

Baca juga: Feng Shui Tanaman Hias, Buang Tanaman Mati dari Rumah

Habitat Anggrek Hitam

Anggrek hitam adalah tanaman endemi dari wilayah semenanjung Malaya, yaitu Kalimantan hingga daratan Papua.

Meski bisa ditemukan juga di Papua, tanaman anggrek hitam menjadi maskot dari kota Kalimatan Timur.

Karena termasuk tanaman yang langka, menemukan bunga anggrek hitam ini tidaklah mudah.

Beberapa tanaman berada di kawasan Cagar Alam Padang Luway atau Kesik Luwak Kuati Barat, Kalimantan Timur.

Di tempat itu, tanaman ini sangat dijaga agar tetap bisa berkembang biak dan jumalnya terus bertambah.

Selain dilindungi di cagar alam, tanaman ini juga terjaga karena menjadi salah satu tanaman yang dihormati oleh suku Dayak.

Bagi masyarakat Dayak tanaman anggrek hitam adalah tanaman dengan kekuatan mistis, sehingga mencuri atau merusaknya dianggap sebagai pelanggaran.

Orang yang ketahuan merusak atau mencurinya akan mendapatkan hukuman adat yang berat.

Baca juga: Cara Menjaga Tanaman Hias Walau Ditinggal Mudik, Bawa Tanaman di Dalam Ruangan AC

Kelangkaan Anggrek Hitam

Meski sudah dilindungi oleh pemerintah dan juga dijaga oleh suku Dayak, tanaman ini masih berada di ambang kepunahan.

Berkurangnya tanaman ini disebabkan karena banyak faktor, dari kerusakan habitat, hingga pencurian dan penjualan secara ilegal.

Hutan tempat tanaman ini hidup cukup sering mengalami kebakaran hutan yang membuat populasi anggrek hitam menjadi berkurang.

Selain menghilangkan anggrek hitam, kebakaran juga menghilangkan semak dan ilalang yang menjadi tempat tanaman ini tumbuh.

Karna itu diperlukan pemulihan hutan sebelum mulai kembali menumbuhkan anggrek hitam.

Selain kebakaran, keindahan bunga ini juga membuat banyak orang memburunya untuk dijual secara ilegal.

Pada pedagan tanaman ilegal ini mengambil tanaman anggrek hitam secara massal, lalu menjuanya kepada para kolektor tanaman.

Dengan begitu jumlah anggrek hitam pun semakin menurun dan sudah sulit untuk ditemukan.

Nah, itu tadi penjelasan tentang tanaman anggrek hitam yang termasuk tanaman endemik di semenanjung Malaya.

Sumber: Bobo

Update berita Tribun Jambi di Google News

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved