Materi Khutbah Jumat
Materi Khutbah Jumat Bertema " Menyambut Datangnya Malam Lailatul Qodar".
Khutbah Jumat singkat kali ini mengangkat materi tentang " Menyambut Datangnya Malam Lailatul Qodar".
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
TRIBUNJAMBI.COM -Berikut materi Khutbah Jumat atau Khotbah Jumat sebagai materi untuk diperdengarkan pada Sholat Jumat.
Khutbah Jumat singkat kali ini mengangkat materi tentang " Menyambut Datangnya Malam Lailatul Qodar".
Berikut Khutbah Jumat dilansir dari Kemenag.Go.Id , sebagai panduan bagi yang ingin menyampaikan materi khotbah Jumat.
Khutbah Pertama:
Innal hamda lillaah, nahmaduhuu wanastaiinuhuu wanastaghfiruh, wanauudzu billaahi min suruuri anfusinaa, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdillaahu falaa mudlillalah, waman yudlilhu falaa haadiyalah.
Asyhadu allaa Ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah, waasyhadu anna Muhammadan abduhuu warasuuluh.
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin.
Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.
Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang istiqamah di dalam sunnah-sunnahnya.
Mengawali khutbah kali ini, khotib ingin berwasiat, terutama kepada diri saya sendiri dan umumnya kepada saudara-saudaraku seiman dan seperjuangan. Marilah! Kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt supaya bahagia hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amiin.
Tak terasa ummat Islam akan memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Di rentang waktu itulah kita dianjurkan untuk lebih sungguh-sungguh beribadah supaya dipertemukan dengan satu malam yang disebut Lailatul Qadar. Yakni satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada 1000 bulan, atau 83 tahun.
Sebagai seorang Muslim kiranya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabul khairat) untuk menyongsong Lailatul Qadar.
Alasannya sederhana bahwa jatah umur dan kesempatan hidup kita di dunia belum tentu sampai 83 tahun. Sementara dalam Surat al-Qadar ayat 3 dinyatakan bahwa,
Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik daripada seribu bulan.
Dengan pertimbangan itulah ummat Islam di mana tempatnya sangat menantikan Lailatul Qadar.
Akan tetapi di balik kondisi seperti sekarang ini, kita harus banyak-banyak menyelipkan doa menyambut Lailatul Qadar; baik di masjid maupun mushalla sekalipun waktunya terbatas, di rumah kita, di tempat kerja dan usaha kita, maupun dalam keterbatasan ruang gerak kita untuk beribadah kepada Allah Swt.
Semoga virus Corona berakhir , musibah pandemi ini cepat berlalu dan situasi normal nyata-nyata terjadi di bumi ini, agar kita dapat beribadah dan berjamaah secara khusu’.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Malam yang disebut Lailatul Qadar bukanlah malam perayaan yang untuk dirayakan.
Jika ummat Islam mau merayakan satu malam, maka bukankah sudah ada malam bersejarah yang lebih pasti?!, Misalnya “Malam Isra’-Mi’raj” atau “Malam Nuzulul Qur’an” yang sudah dikalenderkan.
Malam Lailatul Qadar juga bukan menjadi malam penentuan, sekalipun dari segi namanya menggunakan lafal “al-qadar”. Penentuan nasib manusia, rejekinya, umurnya, dan hal-hal lainnya sudah ada waktu khusus yang disebut “Nisfu Sya’ban”; di mana kita biasa bermunajat kepada Allah agar diberikan yang terbaik pada malam tersebut.
Semangat Ummat Islam menyambut Lailatul Qadar semata-mata karena kemuliaan malam tersebut yang secara runtut dijelaskan di dalam Surat al-Qadar ayat 1 - 5. Allah berfirman:
1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. 2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? 3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. 4) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. 5) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Keterangan bahwa Al-Quran diturunkan pada waktu malam tidak hanya disebutkan dalam surat al-Qadar. Ada juga keterangan dalam Surat ad-Dukhan ayat 3. Allah berfirman:
3) sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
Sama-sama menjelaskan peristiwa turunnya al-Qur’an, tetapi dalam satu ayat disebut Lailatin Mubarakatin sementara dalam satu Surat disebut Lailatul Qadar. Kita ummat Islam lebih condong kepada Lailatul Qadar! Karena Lailatul Qadar bukanlah pengkalenderan malam turunnya al-Quran.
Lebih dari itu ada hal menarik pada surat al-Qadar, yaitu ketika terjadi pengulangan kata dalam bentuk pertanyaan; “Tahukah kamu Lailatul Qadar? Pertama, Lailatul Qadar keutamaannya melebihi 1000 malam. Kedua, pada Lailatul Qadar para malaikat yang masing-masing memiliki tugas khusus yang berhubungan dengan urusan manusia, termasuk malaikat Jibril, turun semua ke bumi. Mereka membawa kedamaian dan keselamatan serta memohonkan ampunan untuk ummat Islam, sampai terbit fajar.
Gambaran Surat al-Qadar mengenai keutamaan Lailatul Qadar ini seharusnya mampu membangkitkan semangat ummat Islam untuk bertafakkur, beramal, dan memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadan.
Kaum muslimin yang berbahagia
Kebiasaan ummat islam di dunia untuk menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadan adalah dengan cara beri’tikaf. Ibadah ini merupakan ajaran yang dipraktikkan secara langsung oleh Rasulullah Saw. Dari Siti Aisyah diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw melakukan I’tikaf pada 10 terakhir Ramadan semenjak beliau menetap di kota Madinah hingga beliau wafat.
Beri’tikaf merupakan usaha untuk mendekatkan diri (muraqabah) kepada Allah dengan penuh ikhlas. Pada momentum inilah kita menyerahkan diri kepada Sang Khaliq. Kita berupaya untuk taat beribadah kepada Allah Swt sesuai petunjuk-Nya dan tak ingin berpaling dari-Nya. Seolah-olah kita berdiri di depan pintu rahmat-Nya menunggu datangnya pengampunan dari Allah Swt.
Beri’tikaf walaupun hukumnya sunnah muakkadah tetapi bersifat kifaiyyah atau bisa dilakukan beberapa orang saja. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syekh Mahmud Syaltut dalam Kitab Min Taujihat al-Islam.
Paling utama, menurut beliau, ada tiga fungsi peribadatan di dalam memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan.
Pertama, wujud syukur kita kepada Allah Swt yang telah menurunkan al-Qur’an di bulan Ramadan sebagai petunjuk (Huda) dan penerang (bayyinat) bagi umat manusia.
Kedua, menambatkan jiwa kepada hal yang dapat mengokohkannya dan mampu menguatkan rohaninya. Ketiga, menaikkan jiwa ke makom (kedudukan) tertinggi selayaknya golongan malail a’la.
Dianjurkan agar kita dapat memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan di rumah masing-masing.
Perbanyaklah membaca al-Qur’an di rumah; selain sebagai ungkapan syukur diturunkannya kitab suci di bulan Ramadan, juga dalam rangka menyinari rumah kita dengan al-Qur’an. Perbanyaklah berzikir dan bersalawat supaya terikat jiwa-jiwa kita dan mereka untuk lebih cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad Saw.
Ajaklah anggota keluarga kita untuk berdoa dan bermunajat, semoga Allah mengangkat derajat kita dan dijadikan kita semuanya termasuk golongan hamba-hamba Allah yang dikasihi-Nya. Amiin.
Khutbah Kedua
Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi walaukarihal musrikun.
Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu
Allohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.
Baca juga: Materi Khutbah Jumat Singkat Beruntung Orang yang Bertakwa pada Allah.
Baca juga: Materi Khutbah Jumat Singkat Bertema Waspada Tipu Daya Dunia
Baca juga: Materi Khutbah Jumat Singkat Bertema Bertakwa di Usia Muda
Berita terkini Tribunjambi simak di Google News.
Video Terkait, Ramadhan 1443 tiba, berikut jadwal berpuasa.