Health and Beauty

Keluarga Berkualitas dan Keluarga Bebas Stanting

Silvia Mawarti Perdana. Lia Nurdini. UNJA. Stanting. Kesehatan keluarga. BKKBN. Kontrasepsi. Keluarga berencana. Gagal tumbuh

Penulis: Ade Setyawati | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Istimewa
Silvia Mawarti Perdana, S.Gz., M.Si, Dosen Gizi di FKIK UNJA 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Keluarga berkualitas berhubungan dengan banyak sektor, untuk keluarga sejahtera yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi ialah keluarga yang maju, sejahtera, sehat, berwawasan luas, jumlah anggota keluarga ideal dan bertanggung jawab.

Menurut Lia Nurdini, S.S.T., MKM, Dosen Kesehatan Reproduksi di FKIK UNJA mengatakan dari segi kesesehatan reproduksi keluarga yang sejahtera sangat penting.

"Keluarga sejahtera itu sangat penting, karena kita lihat kembali jumlah penduduk Indonesia urutan ke 4 terbanyak dan ini menjadi sebuah fokus terutama dibidang kesehatan. Melihat jumlah penduduk dari indeks pembangunana di posisi 107 cukup menjadi fokus juga," jelasnya.

Tidak bisa dipungkiri, pandemi sangat berdampak pada angka kelahiran, meskipun begitu pemerintah juga sudah memberikan berbagai upaya, salah satu program dari BKKBN.

Lia Nurdini, S.S.T., MKM, Dosen Kesehatan Reproduksi di FKIK UNJA
Lia Nurdini, S.S.T., MKM, Dosen Kesehatan Reproduksi di FKIK UNJA (Istimewa)

"Salah satunya dampak dari pandemi itu adanya penurunan penggunaan kontrasepsi, banyaknya program keluarga berencana tidak berjalan," tambahnya.

Jika dilihat dari trend pandemi dimana program-program sudah berjalan terjadinya peningkatan.

Dimana ibu-ibu yang seharusnya mengguankan alat kontrasepsi tapi tidak digunakan dan takutnya terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, karena pandemi banyak kegiatan di rumah dan kehamilan tidak diinginkan.

"Kalau terjadi kehamilan yang tidak di inginkan akan berdampak pada kesehataan bayi dan ibunya, kehamilan yang diinginkan saja bisa ada komplikasi, apalagi kehamilan yang tidak diinginkan bisa lebih banyak komplikasi dan nantinya berdampak lagi kepada angka kematian ibu dan anak, belum lagi ada kemungkinan Stanting," lanjutnya.

Ia menyampaikan pesan kepada generasi muda "kesehatan reproduksi bukan hanya maslah ibu yang sudah menikah, saya sampaikan pada remaja bagaimana menjaga reproduksi dan bisa membentuk keshetan," tutupnya.

Menurut Silvia Mawarti Perdana, S.Gz., M.Si, Dosen Gizi di FKIK UNJA mengatakan Stanting adalah kondisi gagal tumbuh.

Baca juga: Carlo Ancelotti tak Bisa Pastikan Penampilan Gareth Bale saat Lawan PSG di Liga Champions

Baca juga: Banyak Muncul Hotspot di Tebo, Manggala Agni dan Tim Gabungan Terus Rutin Patroli

"Kondisi ini dimana anak yang harusnya berada di pertumbuhan kategori normal pada seusianya tidak tercapai, indikatornya panjang atau tinggi badan," Jelasnya.

"Dimana seusia normal tinggi badan tidak seperti anak yang lain. Kalau berbicara Stanting bisa dikatakan kronis, atau berlangsung lama, bahkan sebelum ibu menikah atau juga setelah menikah asupan gizinya tidak terpenuhi atau kualitas hamil tidak baik, anak bisa terlahir gagal tumbuh," tambahnya.

Silvia Mawarti Perdana, S.Gz., M.Si, Dosen Gizi di FKIK UNJA
Silvia Mawarti Perdana, S.Gz., M.Si, Dosen Gizi di FKIK UNJA (Istimewa)

Ini merupakan masalah yang kompleks karena masalahnya banyak dan bisa di akibatkan dari masalah yang sudah cukup lama.

"Meskipun stanting sudah ada penurunan tapi kita masih menghadapi masalah ini dan Provinsi Jambi sudah ada 4 prioritas stanting yaitu, Tanjabbarat, Tanjabtimur, kerinci dan Merangin akan bertambah dan nanti 10 kabupaten kota yang menjadi fokus," lanjutnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved