Berita Sarolangun

Harga Minyak Goreng Naik, Pelaku UMKM Kerupuk Jangek di Sarolangun Harus Keluarkan Modal Besar

Efek dari melonjaknya harga minyak goreng sangat berdampak kepada Santoso sebagai pemilik UMKM Kerupuk Jangek di Sarolangun

Penulis: Rifani Halim | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi/Rifani
Santoso menjemur kulit yang akan dijadikan bahan pokok kerupuk Jangek yang diproduksi di rumahnya 

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Efek dari melonjaknya harga minyak goreng sangat berdampak kepada Santoso sebagai pemilik UMKM Kerupuk Jangek di Suka Sari, Sarolangun, Sarolangun, Jambi. Tiap hari  membutuhkan bergalon-galon minyak goreng.

Sambil menjerang kulit kerbau di atas tungku kayu, Santoso bercerita singkat usaha Kerupuk Jangek Tiga Saudara miliknya berdiri sejak tahun 1998 tentu sudah sering berhadapan dengan kesulitan minyak dan harga minyak goreng yang tak stabil.

Dia menyebutkan, saat minyak goreng naik dan lumayan sulit dicari. Dirinya tidak dapat berbuat apa-apa, modal produksi harus ditambah sejak awal-awal kesulitan minyak goreng.

"Yang jelas modal tambah besar, sementara mau naikan harga jual Jangek ini tidak sampai hati. Harga tetap seperti biasanya, tidak ada yang berupa harga dari kita, yang jelas harga produksi tinggi," ujar Santoso sembari membersihkan kulit kerbau yang akan dipotong, Selasa (1/2/2022).

Sehari-hari Santoso memproduksi Kerupuk Jangek di rumah, ia akan distribusikan di warung bakso di Kecamatan Sarolangun. Janggek yang diproduksinya mengunakan minyak curah, namun kondisi seperti ini minyak curah sangat sulit ditemui dipasaran bagi para pelaku UMKM seperti Santoso.

Baca juga: UMKM Jambi, Lima Mahasiswa Kedokteran Unja Ini Ubah Buah Pedada Menjadi Bernilai Ekonomis

"Sampai hari ini harga minyak tidak turun, kami sangat berharap minyak ini segera turun," katanya.

Memproduksi Kerupuk Jangek dalam satu waktu membutuhkan 40 liter minyak goreng curah dalam waktu tiga hari. Sedangkan uang minyak goreng dalam satu kali produksi tersebut, membutuhkan badget hingga Rp 750 ribu digunakan dalam satu kali penggorengan.

"Tiga hari sekali mesti girang kerupuk Janggek," sebutnya.

Dalam satu hari Santoso megoreng, dia mendapatkan hasil sekitar 20 karung Kerupuk Jangek 10 siap packing, Proses panjang yang memakan waktu hingga tiga hari.

Janggek yang diproduksi olehnya cukup sering didatangi oleh para warga sekitar Kecamatan Sarolangun untuk membeli guna konsumsi acara besar.

"Ada yang perkilogram kita jual, dengan harga perkilogram 140 ribu rupiah. Ada juga yang satu pack," ungkapnya.

Di sisi lain, Santoso sebagai pelaku usaha Kerupuk Jangek juga kesulitan dalam mencari bahan pokok dari Kerupuk Jangek ini. Kulit kerbau lokal saat ini menjadi rebutan bagi persaingannya, hal ini membuat Santoso memesan kulit dari luar pulau Sumatera melalui pesanan online yang telah Santoso percayai.

Baca juga: UMKM Jambi, Sabun Lembaran Anti Septik untuk Traveler dari Mahasiswa Kedokteran Unja

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved