Berita Sarolangun
Pencegahan Stunting di Kabupaten Sarolangun Masih Tergolong Lemah, Ini Penyebabnya
Angka stunting di Kabupaten Sarolangun masih tinggi. Pencegahan stunting masih tergolong lemah
Penulis: Rifani Halim | Editor: Rahimin
TRIBUNJAMBI.COM - Angka pencegahan stunting di Kabupaten Sarolangun masih lemah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun dalam melakukan pencegahan stunting tergolong lemah.
Terbukti dari 15.166 ada 1.861 balita stunting pada 2020. Jika dipersentasekan sekitar 12,27 persen.
Sedangkan pada 2021 sedikit penurunan yakni 7.03 persen.
Rosalinda Kabid kesehatan masyarakat menceritakan, penyebab terjadinya stunting pada balita, diakibatkan kurangnya gizi pada ibu hamil dan balita. Sehingga berdampak pada pertumbuhannya.
"Karena kekurangan gizi jadi faktor stunting, itu terlihat dari sejak dalam kandungan," ujarnya, Senin (17/1/2022).
Pihaknya terus melakukan pemantauan dan sisoalisasi guna mencegah terjadi stunting.
"Ada sejumlah bantuan dari Depkes untuk ibu hamil, dan untuk balita juga ada bantuannya," ujarnya.
Selain itu, dalam proses pencegahan dilibatkan bidan desa, untukmemberikan edukasi pada setiap ibu hamil.
"Itu ada program ibu hamil, nanti akan di jelaskan secara detil terkait edukasi pencegahan stunting terhadap ibu hamil. Nantinya akan diterangkan oleh bidan tentang asupan makan ibu hamil dan lainnya," ujarnya.
Sementara itu, dampak stunting dapat dilihat dari tumbuh kembang bayi sejak dalam kandungan. Jika bayi tersebut kurang energi dan gizi.
"Secara otomatis dia akan mengarah pada dampak stunting, lantaran kekurangan gizi yang di asup oleh ibu saat mengandung," pungkasnya.
Baca juga: Stunting akan Tetap jadi Prioritas Program 2022 Kota Jambi Walau Kasus Mulai Menurun
Baca juga: Angka Stunting di Bungo Tinggi, Mashuri Sebut akan Tancap Gas
Baca juga: Kelurahan Pasar Sungai Penuh Jadi Percontohan Kampung Tangguh, Untuk Menurunkan Angka Stunting