Nusantara dan Semangat Mengembalikan Keris ke Hulu, Mengembalikan Pusaka ke Tuahnya

Pemilihan nama “Nusantara” sebagai nama ibu kota baru di Kalimantan Timur juga mendapat tanggapan dari pemerhati sejarah di Jambi, Deki Syaputra ZE

Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
Biro pers setpres
Presiden Joko Widodo meninjau kawasan Bukit Soeharto di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang menjadi salah satu lokasi calon ibu kota baru, Selasa (7/5/2019).(Biro pers setpres) 

TRIBUNJAMBI.COM - Pemilihan nama “Nusantara” sebagai nama ibu kota baru di Kalimantan Timur juga mendapat tanggapan dari pemerhati sejarah di Jambi, Deki Syaputra ZE.

Saat dimintai tanggapannya mengenai hal ini Deki mengatakan dari sudut pandang sejarah Nusantara merupakan istilah yang sudah lama ada bahkan diperkirakan sebelum masehi.

Nusantara, kata dia, dipergunakan untuk menyebutkan wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai Papua.

“Secara bahasa Nusantara berasal dari bahasa Jawa, nusa berati pulau dan antara berarti lainnya.  Hal tersebut didasarkan pada kata Nusantara tercatat dalam literatur Jawa kitab Negarakertagama abad 12-16 M terkait kosep kenegaraan Majapahit,” kata dosen sejarah di Universitas Batanghari (Unbari) tersebut, Senin (17/1).

Deki mengingatkan lagi mengenai Sumpah Palapa oleh Patih Gajah Mada yang terkenal itu.  “Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa (Jika telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya (baru akan) melepaskan puasa),” ujarnya.

Nusantara dalam Pemerintahan Majapahit merupakan negara-negara yang berada di luar pulau Jawa dan secara budaya tidak dipengaruhi oleh Jawa akan tetapi tetap menjadi bagian dari Majapahit.

Melihat jauh ke belakang, menurutnya jauh sebelum  Gajah Mada, konsep penyatuan Nusantara secara tidak lansung telah digagas pula oleh  Kertanegara era Singosari yang disebut dengan istilah  Cakrawala Mandala Dwipantara.

“Kata Dwipantara sama halnya dengan kata Nusantara yang berarti pulau antara,” sambung Deky.

Masih menurut Deky, kata Nusantara juga kembali didegungkan oleh Ki Hajar Dewantara pada abad ke-20 untuk penyebutan Indonesia menggantikan istilah Hindia Belanda. Akhirnya kata Indonesia yang disepakati dalam Kongres Pemuda ke-2 tahun 1928.

Baca juga: SUDAH Disetujui Jokowi, Ini Alasan Kata Nusantara Dipilih Jadi Nama Ibu Kota Baru

Baca juga: Nusantara Dipilih Jadi Nama Ibu Kota Baru, Bappenas: Sudah Ikonik di Internasional

“Namun demikian, kata Nusantara tetap digunakan untuk sinonim kata Indonesia karena ada semagat persatuan di balik nama tersebut. Kata Nusantara untuk penyebutan lain Indonesia tidak hanya sekadar untuk penyebutan kesatuan geografis saja akan tetapi juga satuan budaya,” ulasnya.

Ia merespon positif ketika Presiden Joko Widodo, hari ini 17 Januari 2022 mendengungkan kembali kata Nusantara untuk nama ibu kota baru di Kalimantan nantinya.

“Dengan hal ini terlihat semangat Presiden Indonesia ingin  mengembalikan keris ke hulunya, mengembalikan sirih ke gagangnya, mengembalikan pinang ke tampuknya.   Semoga semangat ini dapat mengembalikan tuah Nusantara. Jayalah Indonesia abadilah Nusantara,” ujarnya.

Baca juga: Politisi Demokrat Sampai Berdebat Gegara Jokowi Sibuk Urus Ibu Kota Baru: Fokus Covid-19 Dulu! 

Seperti diberitakan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan, ibu kota baru di Kalimantan Timur akan diberi nama "Nusantara".

Hal ini diungkapkan Suharso dalam rapat Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN) dengan pemerintah di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/1). (wan)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved