Siasat Soeharto Selamatkan Garuda Indonesia yang Hampir Bangkrut

Berikut kisah Garuda Indonesia yang nyaris bangkut hingga diselamatkan Soeharto

Editor: Heri Prihartono
Soeharto semasa menjabat sebagai presiden 

Kedua, harus jujur supaya dapat memberantas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

Ketiga, kepribadiannya harus kuat sebab dia harus melakukan perubahan.

“Kriteria itu hanya ada di Robby Djohan,” kata Tanri Abeng yang telah mengenalnya selama 20 tahun.

“Robby ketika saya tawari posisi tersebut menyatakan bahwa dia tak butuh kerjaan karena dia sudah kaya dan ingin pensiun.”

Tanri Abeng berusaha  keras membujuknya.

Robby akhirnya bersedia dengan dua syarat,“Beri saya kewenangan mengambil orang-orang yang saya mau dan kasih waktu enam jam per hari.”

Tanri Abeng  mengatakan, “Anda butuh enam, dua atau dua puluh jam sehari terserah asal pekerjaan selesai.”

Kata Rhenald Kasali dalam "Change!" Robby sendiri sebenarnya mengakui tak tahu apa-apa tentang bisnis penerbangan.

Pengalaman  yang dia miliki  saat itu hanyalah menjadi penumpang.

Sisanya dia habiskan  di dunia perbankan (Bank Niaga) dan perhotelan.

Hutang Garuda  mencapai 1,2 miliar dolar, lebih besar dari seluruh asetnya.

 Saat itu, Garuda memiliki karyawan hampir 13.000.

Berbanding terbalik dengan kebutuhannya ditaksir hanya sekitar 6.000 orang.

Saat itu banyak rute yang tidak produktif, sepi penumpang tetapi dibiarkan bertahun-tahun.

Garuda saat itu juga harus menghadapi citra pelayanannya  sering delay tanpa pemberitahuan.

Halaman
1234
Sumber: Suar.id
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved