Kisah 7 Dokter dari Jambi yang Diangkat Jadi Perwira Polisi
7 orang Dokter sipil dari Jambi, dinyatakan lulus Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) Sus, dan kini dinas di Polda Jambi dan jajarannya.
Penulis: Aryo Tondang | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI- Sebanyak 7 orang Dokter sipil dari Jambi, dinyatakan lulus Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) Sus, Dokter Spesialis dan Dokter Umum tahun 2021, dan kini dinas di Polda Jambi dan jajarannya.
Mereka ditugaskan di Polda Jambi dan jajaran, setelah menjalani masa pendidikan di Setukpa, Lemdiklat Polri, Sukabumi, Jawa Barat sejak 25 Agustus hingga 25 Oktober 2021.
Tepat pada 3 November 2021 lalu, ketujuh dokter tersebut resmi berdinas di Polda Jambi, dengan pangkat Inspektur Polisi Dua (Ipda).
Ketujuh dokter tersebut yakni, Ipda dr. Widya Nelvi Pandia, Ipda dr. Bela Ronaldoe, Ipda dr. Alpasca Firdaus, Ipda dr. Edwardo Refno Hadi Putra, Ipda dr. Yolan Sentika Novaldi, Ipda dr. Sarah Pertiwi Bahari, dan Ipda dr. Helena Kartika Utami.
Di awal, sebanyak 21 orang peserta mengikuti seleksi di Jambi, kemudian 13 peserta dinyatakan lulus untuk mengikuti seleksi tingkat nasional di satuan ke wilayahan seluruh Polda di Indonesia.
Secara nasional, sebanyak 201 orang dinyatakan lulus dalam Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) Sus, Dokter Spesialis dan Dokter Umum T.A 2021 ini.
"Setelah ikut tes, dari 13 peserta dari Polda Jambi, kami bertujuh dinyatakan lulus," kata Ipda dr. Bela Ronaldoe, saat ditemui di Mapolda Jambi, Jumat (12/11/2021) pagi.
"Itu peringkat secara nasional bang, jadi semua yang ikut kemudian dinilai dan dinyatakan lulus, kebetulan Polda Jambi lumayan banyak yang dinyatakan lulus," bilangnya.
Baca juga: Ditlantas Polda Jambi akan Gelar Operasi Penertiban Truk Batu Bara pada 16 November
Mereka bertujuh yang dinyatakan lulus, sebelumnya bertugas di Rumah Sakit di Jambi, Dinas Kesehatan, dan ada yang menjadi relawan di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta.
Berasal dari dokter sipil, membuat Ronaldoe dan ke 6 temannya membutuhkan persiapan fisik dan metal, untuk tergabung menjadi anggota Polri.
Perubahan dari profesi sipil menjadi anggota Kepolisian, cukup dirasakan Ronaldoe.
"Kita dididik disiplin, mental dan sikap. Itu jelas berbeda dengan kita menjadi seorang dokter sipil," bilangnya.
Namun Ronaldoe mengaku, hal tersebut bukanlah menjadi halangan, tekad pengabdian kepada masyarakat menjadi komitmenya untuk menjadi anggota Polri.
Ia juga meminta agar, rekan-rekannya yang menjadi dokter sipil, untuk tidak antipati dengan polisi.
"Justru dengan menjadi seorang polisi, kita dapat meningkatkan pengabdian dengan masyarakat," jelasnya.
Baca juga: Kejar Target Vaksinasi, Dinkes Tanjab Barat Jemput Bola ke Wilayah Terpencil
"Rekan-rekan yang antipati, saya sampaikan bahwa Polisi sebetulnya tugasnya itu melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, kalau ada yang melenceng, itu hanya oknum, dan kami sudah merasakan, tidak ada guru yang mengajarkan kami untuk hal yang diluar melayani," bilangnya.
Sementara itu, Ipda dr. Helena Kartika Utami, yang sebelumnya menjadi relawan di Wisma Atlet Kemayoran menjelaskan, dirinya tertarik untuk mengikuti tes, saat melihat perjuangan rekannya para dokter Polisi dalam menangani pasien covid-19 di Wisma Atlet.
Saat itu, ia melihat pola kepemimpinan dokter polisi, sangat berperan dalam membantu mereka dalam penanganan pasien.
"Saat itu puncak Covid di sana itu pada Juni sampai Juli meningkat drastis, dari 700 pasien melonjak jadi 7.000. Di sana, kepemimpinan dan management dari dokter yang berasal Polisi sangat penting, sehingga membuat saya tergerak," bilangnya.
Helena sendiri mengaku sudah 8 bulan menjadi dokter relawan di Wisma Atlet.
Berasal dari dokter sipil, tidak melunturkan tekadnya untuk bergabung sebagai anggota Polri, meski dengan resiko penugasan ke luar dari daerah asal.
"Pas ketemu keluarga sudah disampaikan, bahwa aku mau jadi polisi dengan resiko tugas di luar kota, dan mereka mendukung dan senang," kata Helena.
Baca juga: Ini Tiga Kunci Sukses Tanjab Barat Capai Nol Kasus Covid-19
Helena mengakui, selama menjalani pendidikan, ia dan rekan-rekannya diajarkan tentang hirarki, tentang Tribata dan Catur Prastya dalam menjalankan tugas.
"Semoga kami dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya dalam menjalankan pengabdian dan pelayanan ke pada masyarakat," tutupnya.