Editorial

Gejolak Harga TBS Kelapa Sawit dan Cabai

HARGA cabai dan harga TBS kelapa sawit sedang tinggi-tingginya.Sejak 2019 hingga 2021 ini harga TBS kelapa sawit di Provinsi Jambi cenderung stabil

Editor: Deddy Rachmawan
istimewa
Dampak Harga Sawit Naik, Petani di Batanghari Borong Kendaraan Hingga Membangun Rumah 

HARGA cabai dan harga TBS kelapa sawit sedang tinggi-tingginya. Sejak 2019 hingga 2021 ini harga TBS kelapa sawit di Provinsi Jambi cenderung stabil di kisaran Rp1.900 per kilogram. Namun kini, harganya naik hingga saat ini lebih Rp3.100 per kilogram.

Petani sawit sedang meraup untung berlipat. Tak hanya bagi petani, stakeholder terkait sawit hingga industri hilirnya ikut mengecap legitnya harga tandan buah segar (TBS) yang terus menjulang saat ini. 

Minusnya, emak-emak (ibu rumah tangga) dan pedagang yang mengandalkan minyak goreng sebagai bahan baku utama harus menambah anggaran untuk membeli bahan penggoreng ini.

Sebenarnya, jika hanya satu item sembako yang harganya melambung mungkin IRT masih bisa mengakali.  Sayangnya harga cabai ikut bergerak naik.

Dan jangan bermain-main dengan cabai, komoditas yang hampir selalu ada di meja makan orang Sumatera ini telah memosisikan Kota Muara Bungo dan Kota Jambi di urutan satu dan dua inflasi tertinggi se-Sumatera di bulan Oktober lalu.

Berbulan-bulan harga cabai stabil di harga relatif terjangkau, Rp10 ribuan hingga Rp20 ribuan bahkan sejak tahun lalu. 

Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, Natal dan tahun baru bahkan Imlek yang dianggap momen melambungnya harga cabai, kurun dua tahun belakang justru tak berkutik.  Cabai tetap di harga normalnya, jikapun naik masih bisa dikatakan dalam jangkauan kantong IRT.

Namun saat ini harga cabai melambung hingga lebih Rp60 ribuan per kilogram. 

Mari berpikir positif saja, karena di baliknya stabilnya harga cabai selama ini, ada keluhan dari petani cabai yang ingin penghasilannya bisa melejit kembali meski hanya momen-momenan.

Apalagi, tingginya harga sawit menyehatkan kantong petani, nilai tukar petani terus meningkat. 

Antara pengeluaran dan pemasukan, sudah jauh tinggi angka pemasukan.  Artinya, petani dan komponen terkait sawit sudah bisa saving. Yang berimbas pada transaksi pasar, bahkan pemasukan daerah.

Jadi jika dibanding kenaikan harga cabai, secara makro daya beli masyarakat sudah lebih baik dan masih mampu untuk membelinya. 

Baca juga: Naiknya Harga Sawit Berdampak Positif Pada Pasar Otomotif di Jambi

Baca juga: Harga TBS Melonjak, Harga Pupuk Ikut Naik. Ini Keluhan Petani Sawit di Tanjabtim 

Jika pun harga cabai terus melejit, produk turunan cabai akan menjadi buruan. Kondisi ini sangat berbeda dibanding 12 tahun lalu saat harga cabai mencapai angka Rp150 ribu per kilogram, karena tidak ada produk turunan terpaksa masyarakat hanya bisa membeli cabai segar.

Saat ini produk olahan cabai sudah cukup banyak dan variatif, dari cabai kering kemasan, sambel kemasan dengan aneka rasa akan menghentikan laju kenaikan harga cabai.

Begitupun harga minyak kemasan, karena sudah diproduksi jauh waktu saat harga TBS masih relatif terjangkau, saat ini harga minyak goreng kemasan lebih murah ketimbang harga minyak curah.

Hanya, sampai kapan stok-stoknya mencukupi dan mampu sedikit meredam harga, hanya pasar yang bisa menjawabnya.(*)

Baca juga: Kota Jambi Alami Inflasi Tertinggi kedua setelah Kota Muara Bungo

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved