MATERI KHUTBAH JUMAT

Materi Khutbah Jumat Singkat - Cara Menjadi Seorang Wali Allah

Artikel ini membahas tentang materi Khotbah Jumat, Khutbah Jumat, Khutbah Jumat singkat tentang meneladani pengorbanan seorang ibu.

Editor: Heri Prihartono
Tribun Kaltim/Budi Prasetiyo
Materi Khutbah Jumat dan keutamaannya 

Kedua: Agar kehadiran mereka di tengah manusia itu menjadi penyejuk sehingga tidak selayaknya dimusuhi. Apalagi Allah Ta’ala menyatakan permusuhan kepada orang-orang yang memusuhi wali-wali-Nya.

Ayyuhal mukminun,

Untuk memahami sifat-sifat wali Allah dalam kesempatan yang singkat ini, rasanya kita cukup merenungi firman Allah Ta’ala dalam surat Yunus. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ(63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” [Quran Yunus: 62-64]

Jadi, mereka yang beriman dan bertakwa mereka itulah wali Allah.

Maka dari itu, tingkatan kewalian seseorang tergantung kadar keimanan dan ketakwaannya.

Jika keimanannya bertambah dan tinggi, tinggi pula kewaliannya. Siapa yang kurang, kurang pula kewaliannya.

Ibadallah,

Ada juga sebuah hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memaparkan siapa wali-wali Allah itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman,

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Siapa yang memusuhi wali-waliku, maka kuumumkan perang kepada mereka.”

Hadits ini membuat orang bertanya-tanya, siapa wali-wali Allah itu?. Kemudian kelanjutan hadits, Allah menyebutkan wali-walinya dengan menyebutkan ciri-cirinya.

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (amal shaleh) yang lebih Aku cintai dari pada amal-amal yang Aku wajibkan kepadanya (dalam Islam), dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal tambahan (yang dianjurkan dalam Islam) sehingga Aku-pun mencintainya. Lalu jika Aku telah mencintai seorang hamba-Ku, maka Aku akan selalu membimbingnya dalam pendengarannya, membimbingnya dalam penglihatannya, menuntunnya dalam perbuatan tangannya dan meluruskannya dalam langkah kakinya. Jika dia memohon kepada-Ku maka Aku akan penuhi permohonannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan berikan perlindungan kepadanya. Tidaklah Aku ragu melakukan sesuatu yang mesti aku lakukan seperti keraguan untuk (mencabut) nyawa seorang yang beriman (kepada-Ku), dia tidak menyukai kematian dan Aku tidak ingin menyakitinya.” [HR. al-Bukhari].

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved