Traveling
Berwisata Selama 14 Hari ke Thailand dengan Budget Rp5 Juta Saja? Simak Tips Backpacker dari Jambi
Pandemi corona yang melanda dunia memang membatasi ruang gerak kita, jangankan untuk traveling dalam beraktivitas keseharian saja banyak prokes
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, THAILAND - Pandemi corona yang melanda dunia memang membatasi ruang gerak kita, jangankan untuk traveling dalam beraktivitas keseharian saja banyak prokes yang mesti kita terapkan.
Namun setelah pendemi ini berakhir, saat yang tepat untuk menyegarkan pikiran dengan berwisata. Buat yang berkantong tebal, mungkin tidak akan kesulitan menentukan transportasi maupun penginapan.
Namun yang memiliki budget minimum tentu perlu perhitungan yang matang untuk menyusun perjalanan. Nah, Tribuners yang ingin melakukan perjalanan murah alias backpacker suatu saat nanti, tidak ada salahnya mempersiapkan nya dari sekarang.
Satu diantara warga Jambi yang sering melakukan backpacker, Putri Melia Sari mengatakan hal pertama yang harus dipersiapkan adalah susun itinerary dan mencari informasi tentang tujuan traveling.
“Menyusun jadwal perjalanan dan anggaran yang matang sangat diperlukan dalam backpacker,” ujarnya Kamis (9/9). Wanita berhijab ini bisa dikatakan cukup pengalaman perjalanan backpacker ke beberapa destinasi wisata, tidak hanya di Indonesia tapi juga ke manca negara.
Kali ini dia akan berbagi pengalamannya ketika melakukan perjalanan ke Thailand 2012 silam bersama saudarinya. Wanita yang biasa disapa Sari ini mengatakan dalam itinerary yang telah kita buat, yang pertama kali dilakukan itu memantau harga tiket pesawat khususnya saat sedang promo.
“Maskapai bisa apa saja, yang penting ada promo saat ini,” katanya.
Sari sendiri kala itu mendapatkan promo tiket dari Air Asia, Rute Palembang – Kuala Lumpur hanya Rp199 ribu.
Setelah mendapatkan kepastian harga tiket promo barulah perjalanan dimulai.
Mengambil rute perjalanan darat dari Jambi ke Palembang. Sari memilih berangkat dari Jambi pukul 13.00 WIB agar tidak ketinggalan pesawat malam saat di bandara.
“Kendala di perjalanan darat harus diperhitungkan, agar tidak mengganggu jadwal. Itulah kenapa lebih baik menunggu,” katanya.
Setelah sampai ke Kuala Lumpur agar lebih menghemat uang, perjalanan menggunakan kereta MRT lebih memungkinkan. Ambil kereta MRT dengan tujuan ke terminal bus terdekat.
Tribuners yang datang kemalaman tidak perlu khawatir, warga lokal degan senang hati mengantarkan wisatawan ke terminal bus stelah turun dari MRT, tentu dengan haga tiket yang sedikit lebih mahal karena termasuk jasa yang dia berikan.
Dari terminal bus ini Sari melanjutkan perjalanan ke Phuket Thailand.
Untuk tempat tinggal para backpaker biasanya memanfaatkan hostel yang menyediakan dormitory room dan menghindari hotel karena biaya lebih murah.
Dormitory merupakan kamar dengan banyak tempat tidur, satu kamar bisa untuk lima sampai delapan orang.
Hostel menyediakan fasilitas seperti kamar mandi, dapur, ruang internet, tempat menyetrika, dan lainnya bisa digunakan untuk bersama-sama.
Tujuannya adalah agar para penghuni hostel bisa saling berbagi pengalaman dan berinteraksi satu sama lain. Pengusaha hostel tidak menyewakan kamar tapi menyewakan tempat tidur.
Di saat Sari melakukan perjalanan ke Phuket Thailand satu orang hanya dikenakan biaya hostel Rp80 ribu per malam.
Tidak hanya menikmati keindahan Phuket, Sari dan saudarinya Rima melanjutkan perjalanan ke Bangkok. Perjalanan menuju Bangkok bisa ditempuh dengan jalur darat dan udara. Dua jalur ini memiliki keungulan dan kekurangannya masing–masing.
Jalur darat memang relatif lebih murah namun waktu perjalanan lebih lama sekitar satu malam, jika naik pesawat waktu tempuh akan lebih singkat hanya 3 jam, namun biaya lebih tinggi.
Sari mengatakan dalam kondisi seperti ini insting seorang backpacker sangat dibutuhkan.
“Harga tiket memang lebih mahal namun di saat–saat tertentu jauh lebih murah, khususnya di saat lagi promo,” katanya.
Sari yang melakukan perjalanan dengan kakaknya ini sangat beruntung karena berkenalan denggan warga lokal yang memiliki bisnis ticketting, sehingga dibantu saat ada tiket murah menuju Bangkok.
Di Bangkok juga banyak terdapat hostel, Tribunners tinggal memilih mau tinggal di mana. Sari memutuskan untuk mencari penginapan di daerah Khao-san Road yang terkenal sebagai daerah backpacker 24 jam.
Namun kali ini Sari dan kakaknya tidak memilih menginap di hostel, karena ada beberapa hotel di Bangkok harganya bisa lebih murah.
“Satu kamar hotel itu memang lebih mahal dari hostel, namun kalau kita berdua kan bisa sharing budget, jadi jatuhnya lebih murah,” katanya.
Untuk perjalanan pulang Sari juga menempuh perjalanan darat menuju Kuala Lumpur untuk melanjutkan penerbangan ke Palembang.
Di sini Tribuners yang melakukan perjalanan harus pintar-pintar menghadapi petugas beacukai Malaysia.
Semua barang akan diperiksa, jika terlalu membawa banyak barang akan dikenakan cukai di negara Jiran tersebut.
Namun dua kakak beradik ini mengatakan semua barang yang dia bawa itu sebagai oleh-oleh untuk keluarganya di Indonesia. Sari juga mengatakan agar mendapatkan harga tiket pesawat yang murah harus membeli PP. Dan jangan lupa juga membeli bagasi di saat pulang untuk antisipasi banyaknya bawaan saat pulang.
Oh iya, selama dua minggu di Thailand dua saudara ini hanya menganggarkan Rp10 juta atau Rp5 juta satu orang.
Jadi gimana Tribunners tertarik menjadi seorang Backpacker?