Nurlailis Lakukan Gerakan Donasi Masker Transparan, Sadari Dampak Pandemi Bagi Tuna Rungu Jambi
Nurlailis, menyebut bahwa gerakan donasi ini tercetus ketika dirinya berdiskusi dengan teman-teman disabilitas jambi.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM - Selama pandemi Covid-19 seluruh masyarakat di minta untuk menerapkan protokol kesehatan 3M, satu diantaranya penggunaan masker.
Masker menjadi kewajiban yang kini harus di gunakan oleh masyarakat.
Untuk masuk ke sejumlah tempat pun, masyarakat di minta untuk menggunakan masker, jika tidak maka kosekuensinya tidak di izinkan untuk masuk.
Bahkan ada sejumlah daerah yang menerapkan sanksi denda bagi masyarakat yang kedapatan tidak menggunakan masker.
Bagi masyarakat hal tersebut harus di patuhi, namun jika lebih dalam kita melihat penggunaan masker ternyata berdampak pada kaum disabilitas terutama tuna rungu.
Selama ini masyarakat menggunakan masker medis ataupun non medis yang menutup semua bagian mulut.
Baca juga: Cara Mengatasi Diabetes dengan Okra, dapat Meningkatkan Penyerapan Gula
Baca juga: Revisi Mantan Karyawan Perusahaan di Sarolangun Jambi Gelapkan Angsuran Kredit 16 Nasabah
Baca juga: Kasus Dugaan Penggelapan Dana Desa Koto Renah Merangin, Camat dan Kadis PMD akan Dipanggil
Termasuk ketika berbicara maka orang lain tidak melihat gerak gerik dari apa yang di ucapkan. Hal ini menjadi kesulitan bagi masyarakat yang menyandang tuna rungu.
Terhadap hal ini, muncul gerakan donasi masker transparan untuk teman tuli yang di iniasi oleh Nurlailis.
Nurlailis, menyebut bahwa gerakan donasi ini tercetus ketika dirinya berdiskusi dengan teman-teman disabilitas tuna rungu jambi.
Berawal dari diskusi tersebut, Nurlailis mencoba untuk mengajak masyarakat untuk peduli dengan teman tuli khususnya di Jambi.
"Jadi awalnya itu diskusi, dan mereka mengeluh kesulitan komunikasi di tengah pandemi karena penggunaan masker tang tidak transparan. Karena mereka ini berkomunikasi dengan melihat gerak bibir lawaan bicara," ungkapnya.
Nurlailis menyebut bahwa dirinya bersama temannya membuka donasi untuk pembelian masker transparan untuk teman tuli di Jambi. Ini di lakukan dengan tujuan teman tuli khusus nya di Jambi.
"Jadi tujuannya untuk memberikan masker transparan kepada teman tuli dengan harapan memunculkan kesadaran untuk orang banyak bahwa masker transparan itu juga untuk orang dengar," tambahnya.
Donasi gerakan masker transparan ini di lakukan mulai minggu (5/9) hingga (17/9). Nantinya hasil donasi ini akan diserahkan kepada teman tuli Jambi pada hari bahasa isyrat internasional.
"Agar teman tuli bisa berkomunikasi dengan tanpa menurunkan masker. Jadi nantinya hasil donasi akan kita belikan masker transparan dan akan kita serahkan kepada teman tuli yang ada di jambi,"pungkasnya.
Bagi masyarakat yang ingin berdonasi bisa melakukan transfer melalui rekening Bank Syariah Mandiri no rekening 7127084817 atas nama Nurlailis
Sementara ini, salah satu penyandang disabilitas di Kota Jambi, Angga (30), menyebut selama pandemi lebih kurang 2 tahun ini dirinya sulit untuk berkomunikasi dengan masyarakat biasa.
Ini lantara orang sekitarnya yang bukan tuna rungu saat berbicara dengannya menggunakan masker.
"Iya kalo kita teman tuli itu komunikasi dari lihat gerakan bibir dari orang yang di ajak ngobrol. Selama ini kan semua orang pakai masker jadi kita kesulitan kalo ngobrol sama mereka," sebutnya yang juga sebagai Ketua Gerakan untuk kesejahteraan tuna rungu Indonesia (Gerkatin) Provinsi Jambi.
Tidak hanya pada lingkup biasa, Angga menyebut bahkan kesusahan ini ketika teman-teman tuli beraktivitas pada mall atau lingkungan di luar teman-teman tuli. Ia menyebut bahwa terkadang teman-teman tuli mengandalkan gadget untuk mengetik dan memberi tahu orang lain terkait apa yang di maksud orang tersebut.
"Jadi memang perlu ada masker transparan, jadi kami teman-teman tuli ini bisa melihat gerakan bibir dari orang yang ngomong," sebutnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Rachel (19), dirinya yang juga tuna rungu menyebut haris memanfaatkan gadget untuk memberi tahu ucapan yang Ia maksud ketika berbicara dengan orang yang menggunakan masker.
Disisi lain, Rachel menyebut bahwa teman tuli berharap adanya suatu gerakan untuk penggunaan masker transparan. Ini karena tidak semua orang mengerti akan bahasa isyarat yang mereka gunakan dalam berkomunikasi.
"Kalo pakai masker transparan kami bisa tau gerakan bibir mereka, apa yang mereka ucap. Selama ini kami minta orang itu masker di turunin, tapi banyak yang ngak ngerti. Jadi mereka nurunin masker sebentar aja," pungkasnya.