Militer Indonesia
Ingin Jadi Kopassus? Seleksi dan Latihan Keras Ini Harus Dilewati
Artikel ini membahas tentang beratnya latihan untuk jadi seorang Komando Pasukan Khusus atau Kopassus
Di sini, para calon Kopassus juga akan berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan.
Dalam Pelatihan Survival, sang calon Prajurit kopassus juga wajib hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan.
Dengan latihan ini Prajurit Kopassus harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan dapat dimakan, dan juga mampu berburu binatang liar untuk mempertahankan hidup.
Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.
Dalam bukunya yang berjudul Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan, yang diterbitkan QailQita Publishing, 2014, mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo bercerita soal pengalamannya saat mengikuti latihan Kopassus.
Mengintip "neraka" di Cilacap
Latihan yang dikatakan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap. Ini merupakan latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di Cilacap, materi Latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.
Para calon prajurit Kopassus harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.
“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” kata Pramono.
Dalam latihan itu para calon prajurit Kopassus dilepas pagi hari tanpa bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.
Selama “pelolosan” si calon memiliki kewajiban menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Jika siswa sampai tertangkap maka itu berarti neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang.
Para pelatih yang tugasnya berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit itu untuk mendapatkan informasi.
Dalam kondisi seperti itu, si prajurit wajib mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.