Militer Indonesia
Kisah Penyamaran Kopassus Bergaya Mahasiswa di Timor Timur Sukses Kecoh Musuh
Berikut kisah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) saat menjalani saat ditugaskan ke Timor Timur yang saat ini bernama Timor Leste.
Mereka memiliki julukan itu disebabkan oleh pakaian yang dikenakan prajurit Komando ini semua dari bahan blue jins.
Dalam misi ini, tak satupun anggota Tim ini menggunakan atribut pasukan Baret Merah.
Ketika berada medan perang mereka menggunakan pakaian sipil dengan seledang kain Timor menutupi tubuhnya.
Bahkan sebagian dari prajurit itu juga mengenakan Topi yang memiliki kekhasan Timor.
Para personel intelijen dipimpin oleh Kolonel Inf Dading Kalbuadi yang juga komandan pasukan elite, Grup-2 Para Komando (Parako) atau Komando Pasukan Sandi Yuda (Kopassanda ).
Tugas utama Kolonel Dading bersama anak buahnya yakni memasuki wilayah Tim-Tim sebagai sukarelawan dan tanpa menunjukkan identitas sebagai pasukan elit.
Jika dalam tugas-tugasnya sebagai personel intelijen ketika menimbulkan bentrokan senjata dan gugur, maka negara tidak akan mengakuinya mengingat status mereka adalah sukarelawan.
Sekitar 250 personel Parako yang bertugas sebagai intelijen kemudian dikirim perbatasan NTT-Tim-Tim dan dalam penugasannya mereka selalu melakukan penyamaran.
Saat dikirim ke Atambua, NTT lalu ke Motaain, personel Parako menyamar sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Lokasi senjata berada di dalam karung yang telah dibubuhi tulisan berbunyi ‘alat-alat pertanian’.
Fungsi utama para personel Parako adalah menyusup ke Tim-Tim dalam bentuk kelompok kecil untuk membentuk basis-basis gerilya dan melakukan penyerangan.
Karena statusnya sukarelawan dan tidak bersetatus anggota militer dalam melaksanakan operasi intelijennya secara terbatas (limited combat intelligence) para personel Parako kebanyakan memakai celana jean dan kaos oblong serta jarang menenteng senjata.
Bahkan ketika operasi militer ABRI secara terbuka untuk mendukung proses integrasi ke RI digelar, para personel Parako ternyata masih suka mengenakan celana jean dan kaos oblong.
Mengusung gaya bertempur yang terkesan sangar tapi santai itu, Kopassanda, mengutip Hendro Subroto dalam Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur (1996), pun mendapat julukan sebagai “The Blue Jeans Soldiers”.
Para anggota The Blue Jeans Soldier ini juga memburu milisi Fretilin yang melarikan diri ke hutan-hutan dan gunung-gunung usai kota-kota besar di Timor Leste dikuasai TNI.
(*)