Pejuang Berdarah Tionghoa yang Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Satria Bhakti Kota Jambi
Dari ratusan makam di Taman Makam Pahlawan Satria Bhakti, ada dua nama berdarah Tionghoa yang dimakamkan di sana
Dari 564 makam yang ada, 384 makam adalah pahlwan dari kalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Kemudian ada 47 orang dari Polri.
"Kemudian ada lima orang merupakan warga, 74 orang merupakan rakyat pejuang dan 54 orang lainnya tidak dikenal. Yang tidak dikenal ini telah disaksikan berjuang meraih kemerdekaan dan mengibarkan bendera merah putih, walaupun identitas mereka tidak diketahui," terangnya.
Masih keterangan Kusmawi, dari 564 yang dikebumikan ada empat orang yang merupakan perempuan. Seturut penjelasannya, ada satu makam yang berisi lebih dari satu jenazah.
"Untuk diketahui bahwa jumlah makam di sini tidak sebanyak dengan jumlah pahlawan yang ada. Jumlah pahlawan ada 564 sementara makam ada 464," ungkapnya.
Menurut Kusmawi Saleh, ada juga para pejuang yang tidak dimakamkan di Satria Bhakti. Ada yang dikubur di makam keluarga atau karena alasan lain.
Tahun ini, sambungnya, ada empat orang yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Satria Bhakti.
Baca juga: Sejarah Kelurahan Sengeti, Markas Pertempuran Tentara Belanda dan Para Pejuang di Muarojambi
"Tahun 2019 itu ada satu penambahan, kemudian 2020 kosong dan 2021 ini ada empat orang. Yang saya ingat itu ada A Rahman, Gurun sama Djamaludin, yang satu saya lupa," ungkapnya.
Dari ratusan makam di Taman Makam Pahlawan Satria Bhakti, ada dua nama berdarah Tionghoa yang dimakamkan di sana. Salah satunya adalah Hok Tji yang dimakamkan pada 1948.
Sastra Wijaya, satu di antara cucu Hok Tji menuturkan ia baru mengetahui kakeknya dimakamkan di TMP Satria Bhakti pada 2017 setelah diceritakan ayahnya.
"Saya baru tahu cerita ini dari bapak saya di tahun 2017 ketika saya pulang ke Jambi. Waktu itu saya tidak begitu percaya ada cerita soal kakek saya. Kata papa saya coba lihat saja apakah ada nama Hok Tji di Makam Satria Bhakti," ucapnya kepada Tribun.
Sastra adalah wartawan saat yang kini tinggal di Melbourne, Austalia. Menurut cerita ayahnya, kakeknya (Hok Tji) mengembuskan napas penghabisan karena ditembak oleh Belanda pada tahun 1948 tersebut. Namun tak banyak cerita yang didapat Sastra.
Baca juga: WIKIJAMBI: Pasukan Selempang Merah di Tungkal, Saat Salat Jumat Tiba-tiba 6 Kapal Belanda Mendarat
"Ada yang bilang kebetulan beliau sedang melintas di jalan kemudian ditembak sama Belanda. Tapi yang jelas kemudian kakek saya dimakamkan di TMP Satria Bhakti dan setelah itu keluarga mama saya mendapat santunan dari pemerintah Indonesia di Jambi," ungkapnya.
Penasaran dan ingin membuktikan cerita ayahnya, Sastra kemudian mengecek langsung ke Taman Makam Pahlawan Satria Bhakti.
Benar saja, ia mendapati nama kakeknya di deretan nama yang ada di taman makam pahlawan tersebut.
"Saya kemudian pergi ke sana dan menemukan kakek saya dimakamkan dengan satu orang Tionghoa lainnya dalam satu kuburan. Jadi saya percaya itu memang kakek saya," ungkapnya.
Baca juga: Daftar Koleksi Museum Perjuangan Rakyat Jambi Tambah, Gunawan Serahkan Puing-puing Pesawat Catalina