Konflik Lahan di Batanghari
Konflik Lahan di Batanghari Memanas, Kelompok Tani Duduki Lahan Perusahaan Hingga Berhari-hari
Diketahui, warga tersebut sudah melakukan aksi itu sejak Sabtu (7/8/2021) yang lalu dan masih terus bertahan sampai hak mereka terpenuhi.
Penulis: A Musawira | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN - Ratusan orang yang tergabung dalam Kelompok Tani Terusan Bersatu, kembali menduduki lahan yang saat ini diduga digunakan PT Wira Karya Sakti (PT WKS) di Desa Terusan, Kecamatan Maro Sebo Ilir.
Diketahui, warga tersebut sudah melakukan aksi itu sejak Sabtu (7/8/2021) yang lalu dan masih terus bertahan sampai hak mereka terpenuhi.
Wakil Ketua Kelompok Tani Terusan Bersatu Monok mengatakan, aksi yang mereka lakukan ini bertujuan merebut kembali lahan yang sudah dimilikinya sejak 1996.
Setidaknya ada sekitar 300 warga yang mendatangi lahan PT WKS.
Aksi mereka ini sebagai bentuk protes petani terhadap pihak perusahaan yang tidak kunjung menyerahkan lahan yang diduga diserobot PT WKS beberapa tahun silam.
“Saya mengklaim lahan yang diduga diserobot pihak WKS seluas 2.620 hektare yang kini sudah ditanami tumbuhan kayu. Saya meminta agar lahan yang sudah diklaim segera dikembalikan,” kata Monok Wakil Ketua Kelompok Tani Terusan Bersatu, belum lama ini.
Jika pihak perusahaan tidak juga memenuhi permintaanya, maka para petani ini mengancam akan tetap bertahan hingga ada penyelesaian secara tertulis hitam diatas putih.
“Kasus ini sudah yang sekian kalinya petani menduduki lahan, namun belum saja menemukan titik terang. Petani meminta agar Pemerintah Kabupaten Batanghari mampu menyelesaikan konflik ini pasalnya kasus ini sudah sampai ke pemerintah pusat,” ujarnya.
Kelompok Petani menduga sejak mereka menduduki lahan, pihak perusahaan sengaja menutupi jalan akses keluar masuk petani dengan cara membuat lubang sedalam dua meter di badan jalan.
“Kita juga temukan aliran air sungai yang kita gunakan disekitar tenda dicemari limbah minyak. Ada dugaan kesengajaan dari pihak WKS,” ujar Monok.
Humas PT WKS, Taufiq saat dikonfirmasi tribunjambi.com mengatakan, sebelumnya sudah pihaknya tawarkan solusi karena dari analisa pihaknya Kelompok Tani Terusan Bersatu ini tidak punya riwayat terkait lahan yang ada di sana.
“Desa Terusan kurang lebih 15 kilometer sampai ke area konsesi PT WKS. Lahan itu bukan lahan WKS tapi lahan negara di dalam kawasan hutan. Ketika mereka mengusulkan sesuatu kita persilakan. Kita sudah tawarkan kerja sama tapi tidak berbasis lahan,” kata Taufiq melalui sambungan seluler.
Namun, kata Taufiq, kelompok tani itu ingin menguasai lahan dan membuka lahan bukan tanaman HBI tapi tanaman sawit
“Areal itu pengen dijadikan tanaman lain komoditasnya. Kita sudah beberapa kali diskusi, wewenangnya bukan ada dikita tapi semuanya ada di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mestinya kita sama-sama taat,” katanya.
Pihaknya tawarkan ke kelompok tani bila mau meningkat perekonomian mari duduk bersama-sama. Misalnya ekonomi kreatif. Seperti di Tanjab Barat yang terbilang berhasil.